Bagian 43

39.6K 3K 183
                                    


***

Baru saja Arga sampai di depan pintu masuk, seluruh teman-temannya langsung memeluk Arga begitu erat. Tiga orang dari mereka pun juga ada yang meniupkan terompet sekaligus meledakan seperti hiasan kertas kecil berwarna-warni. Tentu saja hal ini membuat Arga cukup dibuat terkejut.

Bahkan Arga juga spontan terdiam mematung dan tidak bisa bereaksi apapun. Teriakan dari mereka semua akhirnya membuat Arga tersadar, kemudian langsung mendorong teman-temannya yang sedang memeluk Arga.

"Apaan, sih! Minggir!" ketus Arga tak suka. Arga berusaha memberontak, tetapi mereka semua tetap memeluk Arga dan tidak berniat untuk melepaskan pelukannya. "Minggir atau gue bakalan—"

Seketika mereka yang sedang memeluk Arga itu pun melepaskan pelukannya, lalu menghindar. Seolah mereka tahu lanjutan dari ucapan Arga itu. Sedangkan Arga berdecak kesal sembari berkacak pinggang.

"Apa tujuannya kalian meluk gue? Apa lagi sampai harus tiup terompet nggak jelas itu, kenapa? Jelasin," ujar Arga.

"Kita semua lakuin ini, tuh, sebagai perayaan kedatangan lo! Kita semua sengaja buat kayak gini, karena mau nyambut lo, Arga!" jawab Raka, entah keberanian dari mana dia bisa langsung menjawab pertanyaan Arga.

"Ck, gue cuman pergi 5 bulan, bukan 5 tahun."

"Sama aja, 5 bulan kepergian lo sama aja dengan kepergian 5 tahun!"

"Lebay." bohong jika Arga tidak senang dengan adanya acara penyambutan yang menyenangkan ini. Namun, entah mengapa dia tidak bisa menunjukan ekspresi itu, rasa gengsinya terlalu tinggi, sehingga membuat Arga malu untuk mengungkapkan perasaan tersebut. "Walaupun hal yang kalian bikin ini buat basecamp jadi kotor, gue nggak marah. Asal habis ini langsung dibersihin." tambahnya.

"Ga, ceritain dong selama lo di sana, tuh, ngapain aja," pinta Lucas tiba-tiba.

Mendengar itu, Bara langsung menepuk bahu Lucas.

"Maksud lo cerita tentang penderitaan Arga gitu?!" Bara mulai kesal sekarang.

"Gue nggak minta ceritain yang itu!"

"Terus maksud lo bagian yang menyedihkannya? Mikir, dong, Arga di sana buat berobat, bukan having fun! Otak lo memang cetek, persis kayak Raka."

"JAHAT! PADAHAL GUE NGGAK IKUT-IKUTAN!" pekik Raka.

"Jangan berisik." lerai Arga yang membuat semuanya terdiam. "Selama di sana gue nggak punya cerita menarik apapun, kalau lo pengen cerita sedihnya, banyak. Mau gue ceritain?"

Lucas menggeleng cepat. "Enggak jadi, Ga. Tiba-tiba gue lagi nggak mood buat sedih gitu, hehehe...,"

"Belagu, sih, lo!" cibir Raka.

"Berisik lo, ompong!"

"IH, BARA—"

"STOP NGELUH SAMA GUE! NGELUH SAMA ANDI, TUH!" potong Bara dengan cepat. Sungguh, dia sudah lelah mendengar keluhan ataupun aduan dari Raka yang tidak ada gunanya itu.

"Ga, berarti sekarang lo udah sembuh total, kan?" pertanyaan yang dilontarkan oleh salah satu dari mereka, membuat Arga menoleh ke samping, begitu pun lainnya.

"Iya, kenapa? Lo mau adu tinju sama gue?" balas Arga, sekedar gurauan saja.

Seseorang yang berada disebelahnya pun ikut menyahuti. "Boleh, tuh! Kalau Imanuel menang, gue kasih dia uang 50 juta!!"

Lelaki yang dipanggil Imanuel itu langsung menggelengkan kepalanya. Bahkan wajahnya mendadak takut setelah mendengar tawaran dari Arga, menganggap apa yang ditawarkan Arga itu bukanlah candaan.

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang