Bagian 45

43.2K 2.9K 45
                                    

***


Di sisi lain, siang ini Jane sedang berada disebuah Coffe shop yang jaraknya tidak jauh dari arah rumahnya. Cuaca yang cukup terik ini, membuat Jane menjadi selalu merasa kehausan dan ingin segera meminum kopi kesukaannya. Meskipun Jane datang hanya seorang diri, tidak membuatnya merasa kesepian.

Lagi pula, tidak seharusnya ia terus meminta Ara untuk selalu menemaninya kapanpun dan dimanapun. Walaupun Ara juga pasti dengan senang hati selalu mau menerima ajakan Jane dalam bentuk apapun itu, tetap saja ia merasa tidak enak.

"Tumben siang ini sepi banget, padahal besok udah mau weekend. Biasanya tempat ini selalu ramai kalau siang gini." monolog Jane sembari mengaduk-aduk minumannya dengan memegang ujung sedotan.

Jane melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah 3, sedangkan Jane sudah berada di sini dari pukul setengah 2, cukup lama juga.

"Ah, gue bakalan tambah bosen banget kalau terus-terusan di sini. Apa gue main ke rumah Ara?" lanjutnya. "Ide bagus. Mungkin gue bisa sekalian nginap di sana."

Ketika Jane ingin bersiap bangun dari tempat duduknya, tiba-tiba saja ada seorang wanita cantik bergaya rambut curly berhenti tepat di sampingnya dan mengatakan sesuatu yang membuat Jane langsung menengok ke samping.

"Wah, lo Jane, kan?" sapa wanita itu diselingi senyuman sinis.

Jane yang ikut mengenal siapa wanita itu, ia cukup terkejut. Wanita itu adalah seseorang yang pernah bertanding balap mobil dengan Ara, atau bisa dibilang lawan main yang selalu kalah. Karena kekalahannya itu, wanita tersebut menjadi marah dan menjadikan Ara musuh. Bahkan sampai sekarang pun, sepertinya wanita itu masih tidak terima akan hal itu semua.

"Alysa?" balas Jane.

"Nggak nyangka, ya, kita bisa ketemu lagi sekarang." kedua mata Alysa melirik ke kanan dan kiri, seolah sedang mencari sesuatu. "Di mana Ara?"

"Kenapa lo nyariin dia?"

"Mau nyapa, dong. Nggak boleh?"

"Buat apa nyapa musuh? Lo masih menganggap Ara sebagai musuh lo, kan? Ck, padahal pertandingan itu udah berlalu dari 2 tahun yang lalu. Dan gue nggak nyangka lo masih ngungkit masalahnya sampai sekarang."

Alysa tertawa kecil, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Jane, gue udah nggak menganggap dia musuh, kok. Dan kebetulan banget kita berdua ketemu lagi di sini, ada satu hal yang mau gue tawarkan buat temen kesayangan lo itu. Mau dengar?"

Jane yang sudah tahu apa maksud dari tawaran Alysa, ia langsung bersikap tegas.

"Enggak. Ara udah nggak balapan lagi sekarang, dan gue mau cabut-"

"Kenapa?" potong Alysa dengan cepat. "Tiba-tiba banget dia udah hiatus dari balapan, apa karena takut suatu saat dia bakal kalah? Ups..."

"Alysa, lo dengar, ya. Balapan itu nggak ada untungnya, memang dari balapan kita bisa dapetin hadiah yang besar. Tapi, kalau dengan balapan bisa ngebuat temen gue jadi punya musuh, untuk apa? Jangan bikin hidup temen gue jadi tambah menderita karena ulah lo, Sa." Jane menatap tajam ke arah Alysa. Wanita ini ternyata tidak pernah berubah.

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang