Bagian 40

39.2K 3.2K 488
                                    

Luka yang kurindu - mahen ♬

-Perempuan bisa bersikap seolah-olah dia baik-baik saja, padahal kenyataannya ia begitu sakit dan hancur.-

***

Sudah 3 hari Ara berada di rumah Ayah-nya, perasaan sedih yang mulanya masih menyelimuti Ara, kini perlahan mulai mereda. Selama ia berada di rumah sang Ayah, ia selalu di temani oleh Jane. Bahkan gadis itu sampai rela pergi ke sekolah dan langsung datang menemui Ara tanpa mengeluh sedikitpun. Ara merasa sangat beruntung bisa memiliki teman baik seperti Jane. Tidak hanya Jane saja, Arga dan keempat temannya pun juga ikut berkunjung kemari, yang membuat Ara semakin tidak merasa kesepian lagi.

Rasanya cukup menyenangkan bisa dipertemukan oleh orang-orang baik seperti mereka.

Dan di hari keempat, Ara memilih untuk kembali pulang ke apartemennya. Jika ia terus-menerus berada di sana, pastinya Jane beserta yang lain juga ikut datang kesana untuk menemani Ara. Hal itu sudah pasti akan merepotkan mereka semua.

Kini, Ara sedang duduk di sofa sembari menonton TV. Sesekali juga Ara mengecek ponselnya, karena sejak semalam Arga belum mengabari apapun padanya sampai sekarang. Terlebih lagi, hatinya mendadak gelisah.

"Kenapa tiba-tiba perasaan gue nggak enak?" gumam Ara yang mulai merasakan perasaan tidak nyaman dalam hatinya. "Ah, enggak. Mungkin emang—"

Tingnong.

Suara bel yang berbunyi membuat Ara menghentikan ucapannya. Ara menautkan kedua alisnya, bertanya-tanya siapa orang yang bertamu di malam-malam seperti ini. Memang, sih, baru jam 7 malam, hanya saja Ara merasa aneh. Mungkinkah itu Jane?

Ara pun bangkit dari duduknya dan berjalan untuk membukakan pintunya.

Ketika pintu sudah terbuka, Ara membelalak kaget. Bagaimana tidak, di depannya sudah ada Arga yang memakai hoodie hitam dengan jeans panjang seraya tersenyum manis ke arah Ara. Secara mengejutkan pemuda itu datang tanpa mengabari apapun pada Ara.

Meskipun Ara senang dengan kehadiran Arga, tetapi rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Perasaan senang itu terkalahkan oleh perasaan cemasnya yang tiba-tiba datang.

"Arga?" Ara memegang kedua bahu Arga dengan tatapan bingung. "Lo ngapain kesini? Kenapa nggak ngabarin gue dulu kalau mau kesini?"

"Sekarang harus pake alesan dulu kalau mau kerumah lo?" jawab Arga.

"Bukan gitu. Bukannya sekarang ini lo masih harus ada dirumah sakit? Kenapa tiba-tiba datang kesini?"

"Kangen, makanya gue kesini."

"Enggak mungkin."

"Boleh gue masuk?"

Ara mengangguk mengiyakan, lalu mempersilahkan Arga masuk ke dalam. Tidak lupa juga Ara menutup pintunya setelah Arga masuk ke dalam, setelah itu ia berjalan menyusuli Arga yang sedang berdiri di atas balkon kamarnya.


"Ga, ada apa? Gimana dengan lukanya?" tanya Ara yang sekarang sudah berada di hadapan Arga.

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang