Bagian 41

39.8K 3.5K 106
                                    

guys, chapter ini lumayan panjang. ada 3094 kata. jadi, aku minta sama kalian buat baca dengan seksama, ya. akhir dari chapter ini pasti bikin kalian senang, kok. Di baca pelan-pelan aja, yang penting ngerti hehe❤

***

5 bulan berlalu...

Tak terasa waktu sudah berjalan cukup lama. Ah, mungkin sebagian orang lain menganggap kalau 5 bulan itu bukan waktu yang cukup lama, tetapi bagi sebagian orang juga yang menjalani harinya selama seorang diri, pasti sangat terasa baginya. Benar, ini lah yang di rasakan Ara sekarang.

Rasanya, Ara telah melewati hari-hari yang begitu kosong, hampa, dan kesepian. Meskipun dia masih mempunyai Jane yang selalu ada di sisi nya, juga terkadang teman-teman Arga yang ikut menemani dirinya, tetap saja Ara merasa dirinya kesepian di tengah keramaian orang.

Mungkinkah ini efek dari kehilangan seseorang yang dia sayang?

Sudah 5 bulan lamanya juga Arga tidak mengabari apapun. Ara tidak tahu apa yang terjadi kepada laki-laki itu selama 5 bulan. Perasaan cemas, takut, khawatir dan trauma bercampur menjadi satu. Rasa trauma kehilangan itu kembali menguasai diri Ara. Bagaimana jika ternyata Arga tidak akan kembali padanya untuk selamanya? Bukankah itu sesuatu yang sangat menyakitkan? Sanggupkah Ara kembali melanjutkan hidupnya yang penuh kepahitan itu?

Tidak. Ara tidak akan sekuat itu. Dia bukan lah wanita yang setabah dan seikhlas itu. Walaupun dia tidak pernah mendapatkan kabar dari Arga sedikitpun, dia selalu berharap dan berdoa agar laki-laki itu masih di beri hidup oleh Tuhan.

Kini, Ara sedang berjalan melewati koridor sekolah yang begitu ramai dengan teriakan dan tawa dari murid-murid yang sedang bersemangat mencoretkan seragam putih mereka sebagai hari bahagia mereka karena sudah dinyatakan lulus oleh pihak sekolah.

Seramai apapun orang yang berada di sekeliling Ara, tetap saja kesepian menyelimuti dirinya. Aneh memang, namun inilah kenyataannya.

"Ara!" panggil salah seorang gadis berambut panjang sebahu, dengan wajah dan seragam yang sudah penuh coretan warna warni. Satu tangan kanannya menggenggam sebotol cat warna atau orang-orang sering menyebutnya dengan kata pikok. "Gue boleh coret baju lo nggak? Di lihat-lihat baju lo nggak terlalu banyak coretan, memangnya lo nggak saling minta coretan sama mereka?"

Ara menggeleng pelan.

"Kalau mau coret, coret aja," kata Ara.

"Oke, bentar!"

Gadis itu pun mulai membuatkan sebuah tanda tangannya di belakang seragam putih Ara. Setelah selesai, gadis itu kembali menawarkan Ara untuk mencoretkan sesuatu di seragam gadis itu. Akan tetapi, Ara menolak. Yah, mau tidak mau gadis itu hanya menurut saja. Dan kembali berjalan meninggalkan Ara.

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang