Bagian 3

77K 5.7K 403
                                    

***

Pantulan sinar matahari yang begitu terang hingga menembus gorden milik seorang gadis yang tengah tertidur pulas di atas ranjang. Posisi tidur tengkurap, tidak akan membuat gadis itu terbangun karena sesak, lagipula posisi seperti ini baginya sudah biasa. Selain tengkurap, terkadang dia juga bisa posisi tidur seperti sesosok zombi. Aneh sekali bukan.

Tingnong.

Bunyi suara bel yang terdengar begitu nyaring, tetap tidak mengubah posisi tidur Ara. Bahkan membuka matanya pun, tidak sama sekali. Ara masih terlelap bersama mimpinya.

Tingnong.
Tingnong.
Tingnong.

Akhirnya Ara mulai merasa terusik dengan suara bising tersebut. Dia menggerakan kedua kakinya seperti orang kekesalan, perlahan pun dia bangun dengan kedua mata yang masih terpejam, seperti seseorang yang nyawanya belum kumpul.

"Siapa, sih, yang pagi-pagi buta udah dateng kesini!" dumel Ara sambil mengucek mata.

Dengan tubuh yang sempoyongan, Ara berusaha berjalan mendekati pintu yang masih saja berbunyi tanpa henti. Ini kali pertama untuk Ara mendapati tamu yang super tidak sabaran, aneh juga ada yang bertamu di pagi buta seperti ini. Sudah seperti tidak ada kerjaan lagi.

Pintu pun terbuka, tanpa melihat siapa orang yang ada di depannya, Ara mulai membuka suara dengan nada tidak santai. "Lo bisa nggak, sih, jadi orang jangan bacot? Ini, tuh, masih pagi, punya etika dikit dong!"

"Masih punya keberanian juga ternyata."

Refleks Ara kaget dan langsung membuka mata lebar-lebar. Betapa terkejutnya Ara melihat Arga yang sekarang sudah ada di hadapannya. Bahkan Ara sempat memundurkan langkah, saking terkejutnya melihat keberadaan Arga. Sudah seperti orang yang telah melihat hantu, karena memang pada dasarnya Arga adalah orang yang menyeramkan. Bukan karena dari wajahnya, melainkan dari rumor-rumor yang beredar.

"Lo ngapain disini, Sialan?!"

Tiba-tiba saja Arga melemparkan kunci mobil tepat pada wajah Ara, namun dengan gerakan cepat Ara bisa menangkap kunci itu.

"Kunci mobil gue?!" lanjut Ara berbicara lagi, setelah mengetahui kalau kunci yang di lempar Arga adalah kunci mobil milik Ara sendiri.

"Masih inget kejadian semalem?" tanya Arga, tanpa ekspresi apapun.

"Semalem?" beo Ara mulai tak paham.

"Cepet, gue butuh jawaban."

"Enggak. Gue nggak inget."

"Ah, udah, lah, percuma juga nanya sama orang bego." Ara melotot tidak terima mendengar perkataan Arga. "Gue cuma mau balikin kunci mobil, untuk lokasi lo, gue tau dari GPS. Lain kali kalau nggak bisa mabok, jangan maksain."

"Lo ngomong apa, sih? Darimana lo tahu kalau gue mabok?"

"Minum air putih yang banyak, biar otak lo bisa mencerna lebih baik." Arga tersenyum remeh. "Balapan bisa, mabok nggak bisa. Jangan-jangan, lo cuman mau berusaha terlihat jagoan di depan semua orang?"

Ucapan Arga yang terdengar sarkasme itu membuat lawan bicara merasa skakmat. Ara yang memang masih belum bisa mengingat apapun tentang kejadian semalam, hanya bisa menampilkan raut bingung seperti orang bodoh.

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang