Bagian 20

58.4K 4.3K 276
                                    

-Kita tidak bisa menentukan siapa orang yang akan kita cintai, karena itu semua datang tanpa disadari dari hati.-

__________

Masih di tempat yang sama, Arga membuka semua ikatan yang mengikat tangan Ara. Terlihat semua pergelangan tangan Ara memerah akibat ikatan yang kencang itu, bahkan kedua bola mata Arga membulat melihat adanya luka goresan di bagian bawah telapak tangan, yang hampir dekat dengan urat nadi.

"Shit. Apa perlu gue langsung bunuh dia sekarang juga?" geram Arga sambil menutupi kedua tangan Ara untuk menghentikan pendarahan itu.

Ara menatap Arga dengan sorot mata tajam. "Otak lo dimana, sih, Ga? Segampang itu lo bilang tentang bunuh di depan gue?!"

"Dia udah berani ngelukain tangan lo!"

"Apa urusannya?!"

"KENAPA LO HARUS NGELARANG GUE UNTUK BUNUH ORANG YANG EMANG UDAH SEPANTASNYA MATI?!"

"CUKUP, ARGA!"

Arga menghembuskan nafas kasar. Untuk pertama kali Arga menurunkan ego demi untuk satu gadis. Arga tidak bisa melawan perkataan Ara lagi, ia tidak mau mendebatkan sesuatu yang Arga tahu bahwa pasti dirinya akan kalah dalam itu semua. Ara yang keras kepala, memang sulit untuk di lawan.

"Gue antar lo kerumah sakit sekarang," ucap Arga yang ingin bersiap menggendong Ara, namun Ara malah menepis tangan Arga duluan.

"Nggak perlu, bawa ke apartemen gue aja."

"Jangan keras kepala, tubuh lo butuh pengobatan."

"Tapi--"

Mendadak pandangan Ara mulai berbayang. Rasa sakit yang berada di lengan sekaligus pipi, membuatnya meringis kesakitan. Dia tidak bisa menahan rasa sakit ini, sampai akhirnya dia merasa semua pandangannya gelap, setelah itu dia tidak mengingat apapun lagi. Lebih tepatnya adalah pingsan.

Tubuh Ara menabrak dada bidang Arga, sehingga membuatnya terkejut. Decakan pelan keluar dari mulut Arga, dia mulai panik sekarang.

"Demi Tuhan, Ra. Gue akan bunuh orang itu, kalau sampai keadaan lo nggak baik-baik aja. Meskipun lo bakal benci gue nantinya." monolog Arga. Kemudian langsung menggendong Ara untuk membawanya keluar dari tempat ini.


Sesampainya di luar gudang, Jane dan Bara segera menghampiri dirinya. Mereka ikut cemas setelah melihat keadaan Ara yang sudah tidak sadarkan diri.

Wajah Ara kian memucat, pendarahan yang berada di pergelangan Ara tidak kian berhenti mengeluarkan darah. Bahkan, tangan Arga ikut terkena darah itu, sebab dia menutupi luka itu menggunakan tangannya.

"Ara..." lirih Jane dengan kedua tangan gemetar. "Ga, dia kenapa? Apa yang terjadi sama Ara?"

"Siapin mobil, kita kerumah sakit sekarang." titah Arga dan Bara langsung mengangguk kemudian mengambil mobilnya. "Lo berdua urus cewe yang ada didalam, bawa dia ke gudang rumah gue, sekap dia dan jangan sampai dia kabur dari tempat itu."

"Jawab gue, Ga! Ara kenapa?!" tanya Jane sekali lagi.

"Lo diam, gue nggak nyuruh lo untuk bicara," jawab Arga, suaranya tegas dan tajam.

ARGA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang