BAB 8 - Ngambek

486 58 2
                                    

"Aksara, maafin Om Dimas yaa?"

Berulang kali Dimas mengulangi kalimat itu, tetap saja Aksara masih belum mau berbicara dengannya.

Ditambah kehadiran anak perempuan berumur empat tahun yang duduk di samping Aksara semakin mempersulit Dimas mendapatkan maaf dari keponakannya itu.

"Jangan maafin Om Dimas ya!" ucap anak perempuan itu mengompori.

Aksara menganggukkan kepala sambil mengangkat ibu jarinya. "Sip!"

Anak perempuan itu berbisik, tapi Dimas masih bisa mendengarnya. "Kan Om Dimas nggak ngasih hadiah Diandra, jadi jangan dimaafin!"

Aksara kembali mengangkat ibu jarinya. "Sip!"

Dimas yang duduk di karpet, memperhatikan dua anak yang duduk di sofa depannya itu. Dimas menggerutu, "anak sama bapak sama aja. Sama-sama ngeselin."

Dimas kembali berusaha mendapatkan maaf dari dua keponakannya itu. "Aksara sama Diandra, maafin Om Dimas yaa? Maafin yaa?"

Kedua anak kecil itu melipat kedua tangan di depan perut lalu menggelengkan kepalanya. Mereka kompak menjawab, "nggak mau!" 

Dimas menghela napas. "Sabar, Dim. Sabar."

"Aksa, main bola aja, yuk!"

"Ayo!"

"Loh, mau kemana?" 

Mereka kompak menjawab, "kepo!"

Devandra yang duduk di sofa mengalihkan pandangannya dari layar laptop ke arah dua anak kecil itu. Ia tertawa, "yang sabar ya, Dim," ledeknya.

Dimas mendengus kesal. Cowok itu membaringkan tubuhnya di karpet, merasa lelah. Baru akan memejamkan kedua mata, suara seseorang mengurungkan niatnya.

"Napa lo, Dim?"

Dimas menoleh ke kanan, melihat Devano menuruni tangga sambil menggendong seorang anak berusia satu tahun. Dimas beranjak bangun. Menatap gemas anak kecil yang ada di gendongan Devano.

"Alvaro!"

Entah karena terkejut mendengar teriakan Dimas atau merasa takut karena sebelumnya belum pernah bertemu dengan Dimas, anak kecil yang ada di gendongan Devano menangis kencang.

Devano menatap tajam Dimas lalu berusaha menenangkan anaknya. "Cup, cup, sayang. Jangan nangis ya. Kita ke Bunda ya?"

Dimas mendengus kesal. Kenapa semua keponakannya tidak mau bermain dengannya?

Dimas duduk di sofa ketika seseorang datang membawakan secangkir teh untuk Devandra. "Diminum dulu," ucapnya.

Devandra langsung mengalihkan pandangannya ke arah Melody. Menghela napas pelan, tangannya mengambil secangkir teh yang di bawa Melody.

Devandra menarik lembut tangan Melody untuk duduk di sampingnya setelah meletakkan laptop dan secangkir teh di atas meja.

Devandra memeluk Melody dari samping. Hal itu membuat Dimas mendengus. Tau kan bagaimana rasanya melihat pasangan yang sedang bermesraan? Panas kan? Nah itu yang dirasakan Dimas.

Dan anehnya, Dimas tidak segera beranjak pergi dari sana. Matanya tetap memperhatikan pasangan suami istri itu.

Devandra mengusap perut Melody yang sedikit membuncit. "Udah aku bilang kan? Kamu jangan terlalu banyak gerak."

Melody terkekeh. "Aku udah nggak ngapa-ngapain dari tadi, kak. Aku juga nggak bantuin kak Vania sama Bunda masak lho."

Devandra menyenderkan kepalanya di pundak Melody. Kedua matanya menatap terkejut Dimas. "Lah ngapain lo di situ? Dari kapan?"

Apa benar, kalau seseorang yang sedang bersama pasangannya, dunia terasa milik berdua dan yang lain ngontrak?






















🌼🌼🌼

Sabar ya, Dim😂

Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊

6-06-2020

Me VS Pak Guru✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang