"Selamat datang untuk siswa kelas 10 dan selamat kalian sudah menjadi anggota keluarga SMA Alfian setelah mengikuti kegiatan MOS tiga hari yang lalu. Bapak harap kalian bisa membanggakan nama sekolah...."
Seorang cowok berumur dua puluh lima tahun itu mendengus kecil karena bosan mendengar ucapan seseorang yang berdiri di atas panggung kecil menghadap seluruh siswa yang sedang mengikuti upacara bendera.
Padahal ia sudah menjadi seorang guru tapi tetap saja malas mengikuti upacara bendera. Sungguh tidak memberikan panutan yang baik untuk murid-muridnya.
"Pak Dimas."
Seseorang itu menoleh ketika namanya dipanggil. Ya, cowok itu adalah Dimas Adi Pranata. Seorang guru bahasa Inggris di SMA Alfian. Ia sudah menjadi guru di sana kurang lebih tiga tahun.
"Kenapa Pak?"
Guru itu berbisik, "nanti akan ada guru baru penggantinya Bu Eni."
Emang gue pikirin
Dimas hanya tersenyum tipis dan mengangguk daripada ia dipukul oleh guru yang berdiri di sebelahnya ini jika mengatakan apa yang ia ucapkan dalam hati.
Dimas benar-benar malas hari ini. Gara-gara Papanya mengajak nonton bola sampai larut malam membuatnya kurang tidur.
Dimas menutup mulutnya yang hampir menguap lebar. Ia benar-benar mengantuk hari ini. Iseng, Dimas mengedarkan pandangannya.
Kedua matanya menangkap seseorang yang baru saja masuk ke barisan guru. Samar-samar ia mendengar ucapan orang itu.
"Bu, maaf saya terlambat," ucap cewek itu lembut.
Kenapa Dimas tidak bisa mengalihkan pandangannya dari cewek itu?
Kulit kuning langsat, senyum manis, mata indah, alis tebal, rambut hitam dan panjang tergerai indah, bibir tipis berwarna merah muda alami.
"Cantik," gumamnya tak sadar.
Deg!
Dimas gelagapan ketika kedua mata itu menatapnya balik. Ia sangat malu karena ketahuan menatap guru baru itu sampai tidak berkedip.
Dimas kembali menghadap ke depan. Jantungnya sekarang berdegup kencang. Ohh astaga, ada apa dengan dirinya?
Seorang guru yang berdiri di sampingnya berbisik. "Itu guru baru pengganti Bu Eni, Pak," ucap Pak Bowo memberi tahu.
Dimas hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Tak sadar, kedua sudut bibirnya tertarik ke atas.
Dia guru baru? Kalo gurunya cantik mah gue dengan senang hati mikirin terus
***
Seseorang berjalan santai menuju kelas yang akan ia ajar pada jam pertama hari ini. Kedua sudut bibirnya terus terangkat.
Setelah sampai, ia mendongakkan sedikit kepalanya untuk melihat papan nama yang tergantung di pintu. Ia menghela napas sebelum mengetuk pintu.
Tok, tok!
Ia mendorong pintu hingga sedikit terbuka. Seketika semua siswa yang ada di dalam kelas itu diam dan menoleh ke arahnya dengan mulut sedikit terbuka.
Ia memperlihatkan deretan giginya yang putih dan rapi. "Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.
"Kelas 12 IPA 6 ya?" Mereka mengangguk.
"Pelajaran Bu Eni, kan?" tanyanya lagi dan dibalas anggukan oleh mereka.
Seseorang itu tersenyum lalu berjalan masuk ke dalam kelas membuat semua siswa duduk dengan tenang di bangkunya masing-masing.
Ia berjalan santai ke meja guru padahal ia sedang berusaha kuat menutupi rasa gugupnya.
Ia berbalik badan lalu berjalan dan berhenti di depan papan tulis. Ia mengedarkan pandangannya sebelum memperkenalkan diri.
"Selamat pagi semua. Nama Ibu, Adita Putri. Ibu akan menggantikan Bu Eni untuk mengajar pelajaran Matematika kelas 12."
Hening.
Adita terkekeh melihat murid-muridnya terdiam. "Ehh, santai aja. Ibu nggak galak kok." Murid-muridnya ikut tertawa.
"Apa ada pertanyaan buat Ibu?" tanya Adita.
"Saya!"
"Saya!"
"Saya!"
"Saya duluan bu!"
"Saya tanya Bu!"
Adita menggelengkan kepalanya melihat semua siswa mengangkat tangan untuk bertanya. "Oke, satu-satu ya tanyanya."
Adita menunjuk seorang murid yang duduk di barisan paling depan. "Kamu mau tanya apa?"
"Ibu--"
Ucapan siswi itu terpotong ketika seseorang masuk ke dalam kelas dengan santainya tanpa mengetuk pintu atau memberi salam terlebih dahulu.
Siswa itu berjalan menuju bangkunya seolah tidak melihat Adita yang berdiri di depan. "Tunggu!"
Siswa itu menghentikan langkahnya lalu menoleh dengan malas ke arah Adita. "Kamu tidak melihat saya berdiri di depan sini?" tanyanya lembut.
Siswa itu mengangkat sebelah alisnya lalu dengan enteng menggeleng. "Nggak."
Adita tersenyum. "Kalau masuk ke dalam sebuah ruangan, biasakan ketuk pintu atau memberi salam terlebih dahulu ya," ucapnya memberi tahu.
Siswa itu memutar bola mata malas. "Gue nggak peduli," balasnya dengan santai lalu kembali melanjutkan langkahnya.
Adita tersentak. "Tunggu sebentar!"
Baru satu langkah, siswa itu kembali menghentikan langkahnya. Ia berdecak malas. "Apa?!"
"Sini berdiri di depan kelas."
Dengan malas, siswa itu berjalan ke depan dan berdiri di depan Adita. Adita bertanya, "siapa nama kamu?"
Masih dengan raut wajahnya yang datar, siswa itu balik bertanya. "Ngapain nanyain nama gue?"
Adita kembali tersentak. Ini baru hari pertamanya mengajar dan sudah bertemu dengan murid kurang ajar seperti murid yang ada di depannya itu.
Adita menghela napas sabar lalu tersenyum. "Saya cuma mau tanya," ucapnya lembut.
Siswa itu memutar bola mata malas lalu menjawab,
"Arkan Yudhistira."
🌼🌼🌼
Hallo apa kabar?
Ini ceritanya Dimas Adi Pranata lho. Iya, sahabatnya Devano sama Devandra. Cerita ini tu baru kepikiran tadi malam karena Mint nggak bisa tidur, wkwkJam sepuluh pagi ini aku nulis dan langsung publish. Nggak biasanya lho. Biasanya itu aku buat cerita baru, tiga sampai empat hari baru berani publish, wkwk
Maaf apabila ada kesamaan nama tokoh, alur cerita, atau judul. Cerita ini bener-bener dari imajinasi Mint karena ini bagian cerita dari Alfian Series🙏
Gimana nih mau lanjut nggak?
Aku tunggu komen dan vote kalian kalau mau cerita ini lanjut, wkwk
Tapi, tenang. Aku insyaallah menyelesaikan cerita-ceritaku sampai lengkap kokTerima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
10-04-2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Me VS Pak Guru✔
Fiksi RemajaCOMPLETED Alfian Series 3 Gue Arkan Yudhistira pasti bisa ngalahin guru yang sama semua cewek yang ada di sekolahan disebut guru paling ganteng--Dimas Adi Pranata--ambil hati guru baru pelajaran Matematika yang terkenal cantik itu. Adita Putri. --- ...