"Kenapa lo senyam-senyum sendiri?"
Arkan menoleh ke kiri, mengernyit mendengar pertanyaan Awan barusan. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan ke tempat camping. Sesuai jadwal, kelas 12 berangkat setelah kelas 11 pulang.
Bukannya menjawab, Arkan malah balik nanya. "Siapa yang senyum-senyum?"
Awan mendengus. "Tukang bakso di pinggir jalan tuh yang senyum-senyum sendiri!" kesalnya sambil menunjuk keluar jendela.
"Ohh," balas Arkan.
"Bodo amat!"
***
Arkan turun dari bis. Mengedarkan pandangan mencari seseorang yang sangat ingin dia temui. Kedua sudut bibirnya terangkat melihat orang yang dia cari. Adita Putri.
Di sana, Adita berdiri sambil membawa pengeras suara kecil. "Selamat datang anak-anak kelas 12! Gimana perjalanan kalian?"
Cewek itu mengenakan kaos oversize berwarna navy dan celana panjang. Rambut panjangnya dikepang dari atas sampai ujung.
Cantik
Arkan tersadar dari lamunan ketika seseorang menyenggol bahunya. "Ayo kumpul!" ajak Awan. Arkan mengangguk. Ia mengikuti Awan dan masuk barisan.
Adita berdiri di tengah lapangan. Menjelaskan kegiatan yang akan mereka lakukan selama camping.
Setelah selesai, cewek itu berkata, "Oke, sekarang kalian istirahat sebentar terus bangun tenda sesuai kelompok yang sudah di tentukan ya!"
"Ya Bu!" jawab mereka serempak.
***
Ide jahil muncul di kepala Adita ketika melihat Dimas yang membawa baskom berisi tepung untuk permainan yang akan diadakan siang ini. Adita berjalan pelan menghampiri cowok itu.
Menempelkan telunjuk ke bibir, memberi kode pada Bu Wulan yang berdiri di samping Dimas untuk diam. Bu Wulan mengangguk samar, menuruti perintah Adita.
Setelah sampai di belakang Dimas, Adita menaruh ranting kayu yang dia ambil tadi di leher Dimas lalu berteriak, "Kak Dimas, ulet bulu!"
"Aaa!"
Byur!
Tepung yang Dimas bawa mengenai mukanya. Melihat wajah Dimas yang penuh tepung, Adita dan beberapa orang yang ada di sana tertawa.
Dimas mengerjap. Setelah indra penglihatannya dapat melihat dengan jelas, cowok itu menggeram kesal. "Adita!" Adita berlari ketika Dimas hendak menangkapnya.
"Nyebelin banget lo, ya!" seru cowok itu.
"Nggak sengaja kak!" balas Adita. "Tapi boong," lanjutnya lalu terbahak.
Dimas mempercepat langkah kakinya dan, hap! Ia berhasil menangkap tangan kiri Adita. Dimas menarik tangan Adita lalu mendekap erat cewek itu agar tidak berlari lagi.
Adita memukul dada bidang Dimas. "Lepas!"
Bukannya melepaskan, Dimas malah mengeratkan dekapannya. "Ja-jail banget lo ya!" ucapnya gugup.
Ya, gugup. Setiap berada di dekat Adita membuat jantung Dimas tidak dalam keadaan baik-baik saja. Seperti sekarang, jantungnya berdegup sangat kencang.
Adita nyengir. "Tapi, lo keliatan lebih ganteng kok."
"Ye, muka gue nggak ketutup tepung baru muji gue ganteng," Dimas mendengus. "Kenapa jailnya Devano sama Devandra nular ke elo, sih?"
Adita tertawa. "Lo nggak tau sih kita pas kecil bandelnya kek apa."
"Pasti sampe Bunda sama Om Alfian nggak mau anggep kalian anaknya lagi." Tawa Dimas berderai melihat raut wajah kesal Adita.
Menyadari beberapa orang memperhatikan mereka, Adita memukul dada Dimas. "Lepasin! Modus lo peluk-peluk gue!"
Dimas langsung melepaskan pelukannya. "Gue nggak modus!" Melihat Adita yang akan pergi, Dimas mencekal pergelangan cewek itu. "Mau kemana?"
"Mau ke tenda," jawab Adita.
Dimas menggeleng. "Lo harus tanggung jawab! Bersihin muka gue dulu!"
Adita menyentil lengan Dimas hingga cekalan cowok itu di tangan kirinya terlepas. "Aww!" Dimas meringis sambil mengusap lengannya. "Sakit tau, Ta!"
"Rasain!" Tawa Adita berderai.
Dimas menarik tangan Adita, membuat cewek itu kaget. "Ehh? Kak, lepasin!"
"Ikut gue! Bersihin muka gue dulu."
"Sendiri bisa kan?"
"Nggak mau!"
"Manja banget lo!" cibir Adita.
"Biarin, wle!" Dimas menjulurkan lidahnya, mengejek.
Baru beberapa langkah, mereka berhenti berjalan ketika seseorang memanggil nama Adita. "Bu Adita, tunggu!"
Dimas yang melihat Arkan berlari menghampiri mereka--lebih tepatnya menghampiri Adita--mendengus kesal.
Anak itu selalu berusaha mendekati Adita. Ya, Dimas tau Arkan menyukai Adita, terlihat dari tatapan matanya.
"Kenapa?" tanya Adita kepada Arkan yang sudah berdiri di depannya.
Arkan menatap tak suka genggaman tangan mereka sekilas lalu menatap Adita. "Bisa bantu gue?"
Dahi Adita berkerut. "Bantu apa?"
"Ikut gue!" kata Arkan.
Dimas melebarkan matanya melihat Arkan yang menarik tangan Adita. "Ehh?" Dimas menarik tangan Adita yang dia genggam.
Adita menatap tangannya yang dicekal mereka. Kenapa dia seperti sedang direbutkan sih?
"Adita mau ikut gue!" ucap Dimas, sudah tidak memakai bahasa yang formal. Ia bisa melihat tatapan tidak suka Arkan padanya. Tapi, Dimas sama sekali tidak peduli.
"Urusan gue lebih penting!" ucap Arkan tajam.
Adita menarik kedua tangannya hingga terlepas dari cekalan tangan mereka. "Udah!" seru Adita membuat mereka sedikit tersentak.
"Urusan kamu apa?" tanya Adita pada Arkan.
"Si Awan kakinya keseleo," jawab Arkan.
Dimas memutar bola matanya malas. "Itu bukan urusan Adita. Kenapa lo manggil Adita, sih?"
"Ya jelas itu urusan Bu Adita!" balas Arkan tak mau kalah, "dia kan ketua panitianya. Jadi, dia harus tau keadaan murid-muridnya, lah!"
"Bu--"
Adita memotong ucapan Dimas. "Udah!" Menatap Dimas lalu berkata, "Sorry, gue harus ikut Arkan."
Arkan yang mendengar itu tersenyum. "Ayo, Bu!" Arkan menarik tangan Adita, meninggalkan Dimas yang berdiri mematung di sana.
🌼🌼🌼
Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊16-07-2020

KAMU SEDANG MEMBACA
Me VS Pak Guru✔
Teen FictionCOMPLETED Alfian Series 3 Gue Arkan Yudhistira pasti bisa ngalahin guru yang sama semua cewek yang ada di sekolahan disebut guru paling ganteng--Dimas Adi Pranata--ambil hati guru baru pelajaran Matematika yang terkenal cantik itu. Adita Putri. --- ...