Setelah kejadian tadi, kini keluarga Alfian ditambah Dimas sedang sarapan. Mungkin di keluarga lain, suasana makan bersama hening. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang terdengar.
Tapi berbeda dengan keluarga Alfian. Di keluarga Alfian dari dulu makan bersama selalu disertai candaan yang menambah kehangatan keluarga.
Saat sedang tertawa, Dimas melirik Diandra yang sejak tadi menatapnya tajam. Tentu masih kesal dengan Dimas soal sepeda.
Padahal baru beberapa hari yang lalu dia mendapat maaf dari kedua ponakannya, tapi sekarang dia sudah membuat kesal keponakannya lagi.
"Diandra," panggil Dimas lembut.
"Apa?!" Anak perempuan itu bertanya tidak santai.
"Jangan marah lagi ya!" Dimas tersenyum. "Nanti Om beliin sepeda yang mahal deh."
"Nggak usah yang mahal!" Diandra mengembungkan pipinya. "Kalo Om Dimas nggak mampu beli."
Kalimat terakhir yang keluar dari mulut anak perempuan itu kenapa terdengar meremehkan Dimas ya?
"Ehh, enak aja!" Dimas tentu tidak terima. "Om Dimas bisa beliin sepuluh sepeda sekaligus buat Diandra."
Diandra menyipitkan kedua matanya, menatap Dimas tidak percaya. "Beneran?"
"Iya!"
"Om Dimas beneran bisa beliin sepuluh sepeda buat Diandra?"
"Iya!"
"Oke, beliin Diandra sepuluh sepeda!"
Tak sadar, Dimas menjawab, "Oke!"
Kedua mata Diandra berbinar. "Yes!"
Semua orang kecuali Dimas tertawa mendengarnya.
"Haa?" Kedua mata Dimas membelalak setelah menyadari ucapannya barusan. Dimas sekarang yakin, sifat menyebalkan Devandra turun ke Diandra.
"Ehh, ehh, Om Dimas beliinnya satu aja ya?" Dimas membujuk. Bisa-bisa uang tabungannya habis untuk membeli sepeda Diandra.
Diandra menggeleng kuat. "Nggak mau!"
Dimas menghela napas, "Terus sembilan sepeda yang lain gimana? Diandra mau setiap hari ganti sepeda?"
"Nggak lah, Om!"
"Terus buat siapa?"
Diandra tersenyum. "Sepedanya buat temen-temen Diandra yang ada di panti asuhan kakek!"
Semua orang menatap bangga Diandra. Anak sekecil itu sudah memiliki sifat berbagi dengan orang lain.
Devandra mencubit gemas kedua pipi anaknya. "Anak siapa sih pinter banget?"
Diandra nyengir lebar. "Anak Papa, dong!"
"Mama enggak, nih?" Melody berpura-pura menampilkan wajah sedihnya.
Anak perempuan berumur lima tahun itu memeluk Melody dari samping. "Anak Mama juga!"
Dimas tersenyum. "Oke, Om Dimas beliin sepuluh sepeda buat Diandra."
"Yeay!" Diandra berseru saking senangnya. "Makasih, Om Dimas!"
"Sama-sama," ucap Dimas sambil mengusap rambut Diandra. Ia melirik jam yang ada di pergelangan tangannya. Dimas menolehkan kepalanya ke kiri. "Bu Adita—"
Ucapan Dimas dipotong Alfian. "Stop panggil anak saya dengan sebutan Ibu! Adita masih muda."
Dimas menggaruk tengkuk leher. "Ya terus Dimas manggil apa, Om?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Me VS Pak Guru✔
Fiksi RemajaCOMPLETED Alfian Series 3 Gue Arkan Yudhistira pasti bisa ngalahin guru yang sama semua cewek yang ada di sekolahan disebut guru paling ganteng--Dimas Adi Pranata--ambil hati guru baru pelajaran Matematika yang terkenal cantik itu. Adita Putri. --- ...