Adita menghampiri Dimas yang duduk di sofa ruang keluarga. Cowok itu sejak tadi terus menekuk wajah. "Kak, kenapa dari tadi cemberut terus, sih?"
Adita tersentak ketika Dimas menariknya untuk duduk dan memeluknya dari samping. "Aku tuh cemburu. Kamu tau nggak sih? Aku cemburu, cemburu, cemburu," rengeknya seperti anak kecil.
Adita tertawa geli. "Cemburu sama siapa, sih?"
"Pake nanya lagi," Dimas menggerutu. "Ya sama orang yang tiba-tiba peluk kamu di bandara tadi. Seenaknya peluk-peluk kamu di depan umum."
"Kamu juga tadi peluk-peluk aku," Adita mencoba menahan tawa. Dimas terlihat sangat menggemaskan kalau sedang kesal seperti sekarang.
"Ya kan aku tunangan kamu. Pengen banget aku teriak biar satu bandara sekalian denger kalau kamu itu tunangan aku. You're mine, only mine."
Tangan Adita yang sebelumnya memainkan rambut Dimas kini menepuk punggung cowok itu, menyuruh untuk melepaskan pelukannya.
Adita mengusap rahang tegas Dimas. "Udah jangan cemberut. Orang kamu sama Adrian aja gantengan kamu masa kamu cemburu sama dia?"
Kedua sudut bibir Dimas terangkat, membentuk sebuah senyuman manis. "Gantengan aku?"
Adita mengangguk.
"Beneran?"
"Enggak." Tawa Adita berderai melihat raut wajah datar Dimas. "Iya gantengan kamu, Kak."
Dimas kembali memeluk Adita, tidak mau Adita melihat wajahnya yang memerah. Pelukannya terlepas ketika sebuah bantal mendarat mengenai mereka berdua.
"Kalian belum muhrim udah peluk-pelukan aja!"
Dimas menatap tajam Devano yang tiba-tiba muncul dan menganggu mereka. Sepertinya Devano baru saja balik dari kantor terlihat dari jas yang dia sampirkan di pundak.
"Nggak papa kali. Orang dua bulan lagi kita nikah," Dimas kembali memeluk Adita.
Melihat itu, Devano melototkan matanya. Ia menarik paksa kaos bagian belakang yang dipakai Dimas hingga pelukannya terlepas.
"Nggak ya, enggak!"
Dimas mendengus. "Lo ganggu aja, Van. Padahal gue dulu nggak pernah ganggu lo berduaan sama Vania!"
"Nggak pernah ganggu gue sama Vania, ya?" Devano menggulung lengan kemeja yang dia pakai sampai ke siku. "Apa perlu gue jedotin kepala lo ke tembok biar inget, ha?!"
Dimas malah cengengesan. "Jangan marah kakak ipar. Nanti cepet tua lho."
Sebenarnya Devano kesal, benar-benar kesal mendengar Dimas memanggilnya dengan sebutan kakak ipar. Tapi, mau bagaimana lagi, memang benar dia akan menjadi kakak ipar Dimas.
Devano tersenyum manis. "Oke, kalian boleh pelukan dan gue nggak akan ganggu kalian." Dimas tersenyum lebar mendengarnya.
"Tapi..."
Devano sengaja menggantungkan kalimatnya. Dimas langsung ngegas setelah mendengar lanjutannya.
"Lo di depan pagar rumah dan Adita di sini. Minimal jaraknya lima puluh meter lah. Baru kalian boleh pelukan."
"ITU NAMANYA BUKAN PELUKAN, BAMBANG!"
COMPLETED
🌼🌼🌼
Alhamdulillah, cerita Me VS Pak Guru udah lengkap😌
Yuk gulir ke bawah, ada wawancara sama 3DTerima kasih banyak sudah membaca dan memberi suara😊
21-07-2020
![](https://img.wattpad.com/cover/220101256-288-k498813.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me VS Pak Guru✔
Novela JuvenilCOMPLETED Alfian Series 3 Gue Arkan Yudhistira pasti bisa ngalahin guru yang sama semua cewek yang ada di sekolahan disebut guru paling ganteng--Dimas Adi Pranata--ambil hati guru baru pelajaran Matematika yang terkenal cantik itu. Adita Putri. --- ...