"Pagi, Bu Adita!"
"Pagi, Bu!"
"Pagi!" Adita tersenyum membalas sapaan murid-muridnya. Cewek itu berjalan ke arah kantin. Biasanya Adita membawa bekal, tapi hari ini dia lupa.
Adita berhenti di pintu masuk kantin. Menghela napas melihat kantin yang penuh karena sekarang jam istirahat.
"Bu Adita!" Adita menoleh, melihat segerombolan siswi yang melambaikan tangan. "Sini, Bu!"
Adita tersenyum lalu menghampiri mereka. Duduk di salah satu kursi yang kosong. "Kantin emang selalu penuh gini ya?" tanyanya.
Gerombolan siswi itu tertawa. "Iyalah, Bu."
Adita mengedarkan pandangan, melihat semua warung yang ramai. "Antri semua."
Salah satu siswinya bertanya, "Ibu mau makan apa? Biar saya yang beliin."
Baru saja Adita akan menolak tawaran itu, tapi perhatiannya terburu teralihkan pada dua siswi yang sedang bertengkar di bangku pojok kantin.
Segerombolan siswi tadi juga mengikuti arah pandangan Adita. "Mereka udah biasa Bu kayak gitu," ucap salah satu siswinya membuat Adita menoleh.
"Udah biasa?" herannya.
Siswi yang duduk di samping kirinya mengangguk. "Iya, Bu. Nggak ada yang berani misahin mereka."
Siswi yang duduk di depan Adita menunjuk dua siswi yang bertengkar itu. "Yang pake bando itu namanya Ika, Bu. Yang rambutnya diikat itu namanya Bella."
Rasa penasaran Adita muncul. "Alasan mereka berantem apa?"
Siswi yang tadi menawarkan untuk membelikan Adita makanan menjawab, "Biasa Bu, masalah cowok. Padahal dulu mereka sahabatan lho, Bu."
Siswi yang duduk di samping kanannya berkata, "katanya, si Bella ngrebut cowoknya si Ika."
"Ohh gitu." Adita mengangguk-anggukkan kepalanya. Cewek itu mengangkat sebelah alis melihat mereka menatapnya. "Kenapa?"
"Kok Ibu malah nggak berusaha misahin mereka kayak guru-guru yang lain?" heran siswi yang duduk di depannya.
"Ibu mau lihat gimana mereka berantem. Dulu di SMA Ibu nggak ada yang berantem kek gitu. Sekolah Ibu dulu aman-aman aja," ucap Adita yang membuat mereka tertawa.
"Ya ampun, Bu Adita. Kalo mereka ada yang terluka gimana?" tanya siswi yang duduk di depannya.
"Ya tinggal diobati," jawab Adita enteng membuat mereka kembali tertawa.
Keadaan kantin yang ramai seketika hening setelah mendengar teriakan seseorang.
"Gue nggak pernah ngrebut pacar lo!" teriak Bella. "Udah berapa kali gue bilang, gue nggak pernah rebut pacar lo!"
Adita beranjak berdiri, "Ya, sepertinya Ibu harus memisahkan mereka," ucapnya lalu tersenyum ke arah segerombolan cewek tadi.
***
Adita berjalan di belakang Bella dan Ika. Ia dapat melihat tatapan benci yang bercampur dengan tatapan khawatir dengan keadaan satu sama lain.
Sampai di depan pintu ruang BK, mereka berhenti. Adita membuka pintu ruang BK. "Yuk, masuk!"
Bella dan Ika berdiri di depan meja Rita. Adita tersenyum lalu berkata, "mereka bertengkar di kantin, Bu."
Rita menghela napas. "Kalian nggak kapok dapet hukuman setiap hari? Nggak capek juga berantem setiap hari?"
Mereka tidak menjawab pertanyaan Rita. "Oke, nggak ada yang jawab. Ibu terpaksa memanggil orang tua kalian," ucap Rita tegas.
Ika mendongakkan kepalanya. "Jangan, Bu!"
Rita menggeleng. "Nggak bisa, Ika. Kalian sudah berulang kali bertengkar. Saya sudah tidak tahu hukuman apa lagi supaya kalian berhenti bertengkar setiap hari."
Kedua orang tua Ika datang setelah tiga puluh menit yang lalu Rita menelpon mereka. Ika terus menunduk, tidak berani menatap kedua orang tuanya.
Suara ketukan pintu terdengar. Pintu terbuka, menampakkan seorang wanita paruh baya. Wanita itu tersenyum, "Maaf saya terlambat," ucap Laras.
Adita mengangguk sambil tersenyum. "Tidak apa, Bu. Silahkan duduk."
Laras duduk di samping Bella. Cewek itu mencium punggung tangan Laras. "Maaf, Bu. Bella buat keributan lagi," ucapnya.
Laras mengusap rambut Bella penuh kasih sayang. "Nggak papa."
"Sebelumnya saya minta maaf sudah mengganggu waktu Bapak dan Ibu," ucap Rita memulai.
"Tidak usah basa-basi, langsung saja," ucap Reni, Mama Ika. "Saya masih banyak pekerjaan."
Rita mengangguk. "Sesuai aturan di sekolahan ini, siswa yang sudah mendapatkan Surat Peringatan sebanyak dua kali, Ika dan Bella terpaksa kami skors selama dua minggu."
Alan, Papa Ika mengernyit dalam. "Surat Peringatan? Ika tidak pernah memberikan Surat Peringatannya pada kami."
Semua orang kini menatap Ika yang dari tadi menunduk dalam. Ika memilin jarinya yang mengeluarkan keringat dingin. "Maaf, Ma, Pa. Ika nggak sampein ke kalian."
Kedua tangan Alan mengepal. Pria paruh baya itu berdiri dan menarik paksa tangan Ika. "Ayo!"
"Pak--"
Alan memotong ucapan Rita. "Permisi," pamitnya.
🌼🌼🌼
Selamat membaca bab berikutnya
Terima kasih sudah membaca dan memberi suara😊
![](https://img.wattpad.com/cover/220101256-288-k498813.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me VS Pak Guru✔
Novela JuvenilCOMPLETED Alfian Series 3 Gue Arkan Yudhistira pasti bisa ngalahin guru yang sama semua cewek yang ada di sekolahan disebut guru paling ganteng--Dimas Adi Pranata--ambil hati guru baru pelajaran Matematika yang terkenal cantik itu. Adita Putri. --- ...