bagian 5| Aurel itu... (Revisi)

7.3K 360 12
                                    

Dunia terasa berhenti berputar kala Sena harus siap menerima kenyataan pahit lagi dan lagi, kenapa takdir seolah mempermainkannya?

Sena berjalan dengan air mata yang sedari tadi lolos begitu saja, apa cinta senaif itu?

"Kenapa? kenapa gue harus ada dalam masalah serumit ini?" ucapnya dengan suara paraunya.

Aurelia Salsabila anak dari Martin-ayah Sena dan lebih tepatnya saudara tiri Sena, Sena kerap memanggil Aurel dengan panggilan Salsa, sebab itu Sena tidak menyadari bahwa kekasih Arga adalah saudara tirinya sendiri. Aurel dan Sena sejak kecil sering bermain bersama, Aurel adalah gadis baik, ceria, dan penyayang. Martin berpisah dengan Laras saat Sena belum lahir kedunia dan Sena kecil selalu bertanya tanya dimana ayahnya dan kemana, hingga Laras memberikan waktu untuk Sena agar lebih dekat dengan Ayahnya dengan tinggal bersama Martin di Jakarta, saat Aurel berumur 13 tahun ia tinggal bersama Omanya di New York. Sena yang merasa kesepianpun kemudian bertemu dengan Arga hingga hubungan pertemanan mereka berlanjut dengan tingkatan yang lebih atas, lantas bagaimana reaksi Aurel jika Sena mengatakan Arga adalah masa lalunya?

Suara deruan motor dari arah belakang membuat Sena sontak menoleh, tapi sebelum itu ia menghapus air matnya terlebih dahulu. Disana sudah ada cowok dengan helm yang menutupi selutuh wajahnya. Hal itu membuat Sena mengerutkan dahinya, takut juga jika itu adalah begal.


"Jangan norak nangis dijalan."

Tapi suara familiar itu membuat otaknya bekerja lebih lancar. Walaupun sedikit ketus dan terdengar seperti ejekan.


Cowok itu kemudian membuka helm yang dia kenakan, memperlihatkan wajah putih kecoklat-coklatannya. Alisnya begitu lebat, hidungnya mancung dan bibir yang tidak tebal tapi juga tidak tipis.

"Arga." Ya, cowok itu lagi. Cowok yang sudah membuat hidup Sena menjadi sedrama sekarang.

"Mau bareng gak?" ucapnya, kata-katanya ramah, namun nadanya dingin dan ketus.

Tanpa pikir panjang Sena mengangguk, ia sudah lama tidak naik motor bersama Arga, jadi tidak salahkan jika Sena mau?

Diperjalanan hanya keheningan yang menyelimuti mereka, tidak ada pembicaraan apapun, yang ada hanyalah suara deru kendaraan yang berlalu lalang, Arga yang sibuk menyetir motor dan Sena yang dihujani rasa bungkam, walaupun keduanya berbicara akan sulit terdengar oleh telinga, karena kendaraan dijalan kota sangat padat. Tidak butuh waktu lama untuk tiba didepan perkarangan rumah ber-khas Belanda itu. Dan kini keduanya sudah menginjakkan kaki disana, tapi Arga masih berada di motornya dan enggan untuk turun.


"Makasi, yah," ujarnya seraya mengingkirkan anak rambut dari tatapannya. "Kita teman, 'kan?" ntah dari mana Sena mendapat keberanian seperti apa yang ia tawarkan, tapi nalurinya berkata, jangan berlebihan tapi juga jangan berdiam diri tanpa perubahan. Menjalin pertemanan adalah langkah awal untuk kembali atau bahkan melupakan.

Arga melihat gadis didepannya kemudian mengangguk, tidak ada yang salah dengan tawaran itu, dan juga tidak ada yang rugi. "Jangan kebanyakan nangis. Mau bagaimana hidup, mau seberapa besarpun masalah, lo harus tetap tumbuh, jangan pikirkan masa lalu. Gue duluan."

Sena lagi-lagi bungkam, ia menatap kepergian Arga. Tanpa sadar Arga mengucapkan sesuatu yang sangat menghantam hati Sena, bahkan Arga tidak sadar bahwa masa lalu sena adalah dirinya, apa takdir selucu itu?

Rain And Tears [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang