Sebenarnnya kamu yang jahat atau aku yang terlalu berharap?
***
Cup
Kecupan singkat mendarat di pipi Sena membuat mata gadis itu membulat seketika.
Arga yang kelepasan pun salah tingkah
"Ma-maaf"Sena tak menjawab, isak tangis mulai terdengar dikuping Arga, ya Sena menangis.
Merasa bersalah, itu lah yang Arga rasakan. Semua ini juga diluar kendalinya, bagaimanapun dia juga manusia normal.
"Sial" umpat Arga, sontak ia memeluk tubuh Sena, membawa gadis itu kedalam dekapannya sembari mengelus puncak kepala Sena.
***
Ditempat lain, dimeja makan tepatnya dipinggir pantai membuat selera makan menjadi bertambah, tatapan mata terus mengarah pada makanan dan sesekali beralih ke arah pantai, memandangi ombak yang tenang sembari melihat bintang yang ditemani oleh bulan.
"Yaelah gue udah laper njir, Arga sama Sena kemana?" Tanya Keisya yang sedari tadi menahan laparnya, mereka sepakat tidak memulai makan malam sebelum semuanya berkumpul.
"Mojok kali!" Ucap Arsen santai.
"Sembarangan!" Kesal Aurel.
Hingga tatapan mereka mengarah pada dua orang remaja yang datang tanpa alas kaki, mereka adalah Arga dan Sena dengan suasana canggung masing masing.
"Lo udah kemana Sen? Sama Arga lagi" Tanya Keisya.
"Aaa mmm gue gue-" Sena masih gugup, untungnnya mata sembab itu hilang dari kelopak matanya.
"Dia hambir diculik" jawab Arga cepat.
"WHAT?!" teriak semuanya.
"Bagaimana bisa?"
"Lagian lo Sen, pergi gak ngajak ngajak" ucap Keisya.
"Gimana mau ngajak, lo kan sibuk skincarean"
"Sena merajuk hahah"
"Yaudah makan makan, udah laper gue" ajak Fadila.
Semuanya memulai makan malam, dan sesekali mengobrol. Namun tidak dengan Arga dan Sena yang duduk berhadapan, keduanya masih dikuasai suasana canggung.
Albar yang melihat itu pun menatap keduanya bergantian dengan tatapan curiga.Sena berdiri, lantas berkata "gue ke atas dulu ya"
Sena pergi setelah mendapat anggukan dari semua orang. Namun beberapa detik kemudian.
"Gue juga" ucap Arga dan pergi ke arah villa.
Semua yang berada dimeja makan pun merasa aneh.
"Mereka kenapa?" Tanya Fadila yang dibalas gelengan singkat.
***
Keesokan harinya, pantai telah di hiasi oleh pemandangan sunrise yang begitu indah. Dan tidak sedikit pengunjung yang rela melewatkan pemandangan di ujung pantai. Begitupun dengan Sena, Aurel dan yang lainnya.
Mereka menghabiskan waktu subuh setelah sholat untuk berkuncung ke pesisir pantai.
Hari sudah mulai terang. Semua pengunjung di manjakan dengan keindahannya, berbeda dengan Sena yang memberi makan burung burung disekitar pantai dengan pilus milik Albar.
"Awas burungnya ngigit!" Tetiak Albar pada Sena. Albar tersenyum sembari mengeluarkan handphone untuk memotret Sena diam diam. Hingga pikiran usil muncul di otak cerdiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Tears [Proses Revisi]
Teen FictionHarap Follow sebelum membaca! Note: Proses revisi. Jika menemukan kejanggalan yang tidak sesuai dari part awal-akhir, harap wajar, proses revisi sedang dilakukan. Dan ada beberapa yang di rubah. Semesta sengaja membuatmu jatuh, layaknya hujan yang t...