bagian 40| See you

4.8K 249 15
                                    

Keesokan harinya ketika jam menunjukkan pukul 07.00, terlihat Sena yang masih berat mata dan enggan untuk melihat dunia. Tentu saja, semalam mereka memaksakan diri untuk pulang karna keberangkatan ke Jakarta yang awalnya sore hari berubah menjadi siang hari.

"Sen bangun!" Ucap Aurel sedikit berteriak, dibukanya gorden kamar Sena yang membuat sinar matahari menyorot ke arah sang putri tidur.

Aurel tersenyum melihat tingkah Sena yang masih enggan untuk membuka mata, malah sekarang ia nenutup wajahnya dengan bantal.
"Sen bangun! lo gak Sekolah?"

"Izinin gue ke guru Sa, gue ngantuk banget"

Eeh, mudah sekali dia berucap. Aurel mengambil bantal yang masih berada di wajah Sena dengan paksa, membuat Sena terbangun dan segera duduk, namun dengan mata yang masih tertutup.

"Oke, tapi sekarang lo harus mandi. Jangan malas malasan, ayo!" Ucap Aurel menarik tangan Sena, membuat sang empu mendengus kesal, dan pergi ke kamar mandi untuk melakukan ritual mandinya.

"Selama ini gue udah jahat sama lo Sen, padahal lo baik sama gue. Suatu hari nanti gue pasti akan bayar semuanya"

***

Sena turun dengan tubuh yang segar bugar, namun matanya masih terasa panas, bagaimana tidak, semalam mereka sampai rumah pada pukul 02.00. Dan tentu waktu tidur mereka hanya 3 sampai 4 jam.

"Sen sini, masak bareng" ajak Aurel saat melihat Sena yang turun dengan pakaian rumahnya.

"Gue gak bis-"

"Yaudah makanya sini belajar. Kan gak mungkin lo terus terusan beli makanan"

Sena menghampiri Aurel di dapur, ia melihat Oma yang sibuk dengan korannya di ruang keluarga.

"Lo mau masak apa?" Tanya Aurel. Menurut Sena, Aurel adalah gadis yang nyaris sempurna, selain cantik ia juga pandai dalam memasak. Berbeda terbalik dengan dirinya, Sena justru tak terlalu perduli dengan dunia kecantikan, apalagi dengan masak memasak. Ck, sebenarnya Sena ini wanita spesies apa? Dan tentu tidak salah jika Sena mengatakan bahwa Arga sangat beruntung memiliki Aurel. Ahh Sena jadi mengingat percakapan Arga dan Aurel di pantai kemarin, apa mereka akan segera tunangan? Kalau memang takdir berkata demikian Sena bisa apa? Menangis pun bukan lagi jalan yang benar dan mungkin ikhlas adalah jalan yang terbaik.

"Terserah lo aja"

"Dari yang mudah dulu, kalo nasi goreng gimana? Mau gak?"

"Boleh" jawab Sena tersenyum senang, ia juga berfikir bahwa tidak mungkin ia terus terusan meminta jatah sisa di Caffe tempat kerjanya.

Aurel mulai mengajari Sena dari membuat serta mengolah bumbu nasi goreng, Sena hanya menganga sembari menggaruk garuk kepala, tanda tak mengerti sama sekali.

Aurel tersenyum melihat wajah Sena yang masih terlihat kebingungan "gapapa, sekarang lo ambil alat masaknya dan taruh di atas kompor. Bisa kan"

Sena mengangguk, ia mulai mengambil alat masak nasi goreng, namun saat ingin meletakkannya di kompor, alat masak yang Sena tak tahu apa namanya itu jatuh di lantai. Membuat suara nyaring yang sangat bising.

Oma beranjak saat mendengar kekacauan dari arah dapur "kamu ini perempuan bukan sih? Masak kok gak bisa, mau jadi apa kamu kedepannya? Saya jadi prihatin dengan jodoh mu kelak, pasti dia merasa menjadi suami yang paling tidak beruntung sejagat raya! Dasar manja!"

Rain And Tears [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang