bagian 46| Dijual?

4.6K 261 5
                                    

"Kali ini abang udah keterlaluan!"

Hujatnya disepanjang jalan, emosi sangat tercetak jelas di wajah cantiknya. Sedangkan wanita paruh baya disampingnya mencoba menenangkan Sena yang tengah di kuasai amarah. Setelah mendapat pesan dari Raka ia segera ke Jakarta menggunakan pesawat terbang, agar lebih cepat, pikirnya.

Rasanya ia ingin menumpahkan unek uneknya di hadapan Raka.

"Mamah pulang dulu ya, kendaliin diri kamu"

"Iya mah, makasi. Mamah hati hati di jalan"

Setelah melihat Mamah Vhivi masuk ke Taxi, Sena segera bergegas masuk ke dalam rumah mewah didepannya dengan rasa amarah, kecewa, dan sedih secara bersamaan.

"Oke ayah gak masalah kalau kalian tinggal disini, kalian juga anak ayah. Tapi apa alasan kamu menjual rumah bunda kamu di Bandung?"

"Ayah, Raka juga terpaksa"

"Raka yang ayah tanya, apa alasan kamu menjual rumah!"

Flashback on

"Pak, ada yang mengajukan kerja sama dengan modal yang lumayan besar. Tapi ini sangat membantu kita mendapatkan kembali perusahaan ANTAKA dan akan melewati satu tahap lagi" Ucap wanita cantik dengan pakaiman formal yang dikenakanya, Kartika, sekertaris Raka.

"Berapa modal yang di minta?"

"Tiga puluh milyar Pak"

"Saya ingin bertemu dengannya dulu, karna tidak mungkin saya langsung menyetujui kesempakatan besar ini"

"Baik pak saya akan bicara dengan beliau"

Setelah Kartika keluar dari ruangan, Raka tampak berfikir keras. Ekonomi dan perusahaan yang dibangun bundanya kian menipis dari hari ke hari. Sedangkan ia bertekat untuk membangun kembali perusahaan seperti semula.

Ntah pikiran bodoh apa yang merasuki otaknya hingga ia berniat menjual rumah Bunda di Bandung. Lagian mereka tidak mungkin terus terusan tinggal didalam rumah yang menyimpan banyak kenangan dengan sang Bunda yang akan melarutkan keduanya dalam kubangan duka.

Flashback off

"Kamu bisa meminta uang pada ayah, atau oma kamu!"

"Aku tidak enak hati"

"Terus saat abang menjual rumah Bunda, apa abang enak hati?"

Ucapan dari arah pintu membuat semua orang diruangan itu menoleh, sedangkan Sena berjalan menghampiri Raka yang masih diam mematung.

"Dulu abang mati matian pertahanin rumah itu saat Bunda ingin menjualnya, tapi sekarang? Ntah dari mana pikiran bodoh itu datang!"

Raka hanya bisa diam sembari memijat pelipisnya, ia tidak merasa bersalah sedikitpun. Baginya ini adalah langkah yang tepat, dan sekarang perusahaan ANTAKA sudah berkembang seperti semula, hasilnya sangat memuaskan, perusahaan di Filiphina dan di Indonesia.

"Lo akan melakukan hal yang sama, kalo lo berada di posisi gue" Tukas Raka tak mau disalahkan.

"Abang berubah, gue kecewa sama lo!" Sena pergi keluar rumah, ia ingin menenangkan diri.

"Sen, Sena?!!" Panggil Raka hendak mengejar Sena namun segera ditahan oleh sang Ayah.

"Dia butuh waktu"

Rain And Tears [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang