Rangga dan Sena masih betah dengan obrolan yang terus berganti, mulai dari tetangga sebelah yang memiliki rumah seperti kebun binatang, restotan bintang lima yang konsumennya menurun, dan gosip-gosip panas lainnya.
"Gue sempat mau ngajak Ica ke rumah teman gue dulu, tapi... " ucap Rangga tiba-tiba. Sena yang mengerti pun hanya menunggu lanjutan dari cerita sang kakak. Sena jadi ingat saat Rangga mengatakan hal ini dulu.
Kini posisi mereka tengah tiduran dengan kaki yang melayang di atas lantai, Rangga menghadap barat dan Sena menghadap timur.
Lima detik setelahnya belum ada jawaban dari Rangga, Sena sedikit menengok ke belakang dan mendapati Rangga yang tersenyum kecut, dua bulir air mata pun jatuh dari pelupuk matanya. Lantas Sena menyeru, "Abang boleh ajak aku."
Rangga tersenyum dan kemudian bangkit dari baringannya, di ikuti oleh Sena yang juga melakukan hal yang sama. Mereka memandang satu sama lain dengan posisi duduk bersila.
"Dulu gue punya niat mau ngecomblangin Ica sama teman gue itu, kayaknya mereka cocok," ucap Rangga memandangi foto Ica yang ada di dinding kamar.
Kalau soal ini, Sena tidak ingin mengikuti perkataan Rangga. Tidak, ia masih belum siap memulai hubungan yang baru dengan orang yang baru pula.
"Gue gak bakal jodohin lo sama dia, kok," lanjut Rangga seolah mengetahui apa yang dipikirkan gadis didepannya itu, "jadi lo mau, kan, dek? Besok pagi kita ke rumah nya, gak jauh kok."
Sena menyatukan jari jempol dan telunjuk nya seraya memejamkan matanya yang sebelah. Pertanda ia setuju dengan tawaran kakaknya.
***
Ke-esokan harinya mereka benar-benar menepati rencana yang mereka buat, buktinya kini mereka sudah perjalanan dan akan segera sampai. Sena berpenampilan seperti biasa, ia hanya mengenakan kaus putih dengan bawahan celana jins. Begitu pula dengan Rangga yang mengenakan kaus hitam dan dibalut kemeja berwarna putih, 'tak lupa celana jins hitam yang membuat penampilannya terlihat cool.
Sena menatap jalanan yang keduanya lalui, ia lalu bergumam, "Perasaan gue gak enak."
Samar-samar Rangga mendengar ucapan Sena, ia pun menoleh menatap adik-Nya, "kenapa?"
Refleks Sena menoleh, "bang, turun di toko itu dulu, yah. Mau beli masker, kayaknya aku flu," ucap Sena memegang hidungnya. Rangga kemudian mengangguk dan meminggirkna mobilnya.
"Gue temenin," ucap Rangga hendak membuka sabuk pengamannya. Tapi Sena menahan dan berkata, "jangan, bentar aja, kok."
Setelah mendapat anggukan Sena segera turun dan pergi tanpa Rangga. Ia membeli masker berjudul Sensi di toko tersebut, takut jika tebakannya benar, sebenarnya Sena hanya berbohong bahwa dia flu, tapi ini terpaksa dilakukan.
'Tak butuh waktu lama mobil kembali berjalan, dan benar saja mereka tepat berhenti didepan rumah mewah itu. Hati Sena jadi 'tak karuan, membayangkan sesuatu yang akan terjadi, Sena, takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Tears [Proses Revisi]
Fiksi RemajaHarap Follow sebelum membaca! Note: Proses revisi. Jika menemukan kejanggalan yang tidak sesuai dari part awal-akhir, harap wajar, proses revisi sedang dilakukan. Dan ada beberapa yang di rubah. Semesta sengaja membuatmu jatuh, layaknya hujan yang t...