bagian 6| Sekelas (Revisi)

6.9K 364 2
                                    

Di pagi hari yg sendu, disinari matahari yg redup. Sayup angin yg terasa menusuk. Dedaunan berjatuhan bagai berada di musim gugur mengigatkan seorang gadis akan kisah dulu, dimana semuanya tak serumit sekarang.

Hari ini adalah kenaikan kelas untuk Sena, dan berarti Arga sudah melupakannya selama satu tahun lebih. Itu bukan hal yg mudah untuk Sena, semua yg dilalui benar-benar sulit untuk di jalani. Tapi bagaimana pun itu setidaknya ia cukup bersyukur bisa bertemu lagi dengan Arga, selebihnya biar waktu yg menentukan. Kali ini dia tidak ingin berharap lebih.

Sena berjalan ke arah mading untuk melihat kelas XII apa yg akan ditempatinya, namun masih banyak anak- anak dengan ketidak sabaran memenuhi area sekitar, ia pun menunggu dengan duduk di kursi didepan kelas yang tepat berada disamping mading.

Hingga sena merasakan ada yg duduk di samping nya, sontak Sena mengalihkan fokusnya dan menoleh ke arah samping kiri, dimana ia mendapatkan Albar di sana.

"Sudah lihat mading?" tanya Albar saat beberapa detik dia duduk disana.

Sena menggeleng pelan, "Masih ramai." Lalu gadis itu kembali fokus ke bacaannya. Beberapa detik kemudian belum ada percakapan di antara mereka.

"Oh iya, btw, kemarin gue ketemu Aurel. Dan dia bilang, lo itu--" Albar terdiam sejenak, melihat Sena yang perlahan menoleh ke arahnya. Seolah menunggu ucapan apa yang keluar dari cowok itu. "...Adik tiri Aurel. Benar?"

Sena tersenyum kemudian mengangguk, "Iya. Kita satu Ayah."

"Jadi-"

Sena menutup novelnya, bersamaan dengan itu ia menatap iris mata Albar lekat, "Tolong, Bar. Jangan buat gue jadi lebih hancur, gue tau apa yg mau lo bilang," Sena perlahan berdiri, " Lo tenang aja, gue enggak akan ngerusak hubungan mereka, kok. Gue duluan," ucap Sena kemudian pergi meninggalkan Albar. Ia menyempatkan diri melihat mading, saat antrian sudah melonggar.

"Sen, bukan itu maksud gue," kata Albar yang masih bisa didengar Sena. Kemudian gadis itu pergi meninggalkan mading dan berjalan ke arah kanan.  Albar akui, Sena yang sekarang lebih sensitif. Entah apa yang telah gadis itu perbuat hingga Tuhan memberi nya cobaan yang begitu berat.

Kini Sena tengah merebahkan kepalanya di atas meja, seraya memainkan bolpoin hitam nya. Ia kemudian menoleh ke arah samping kiri dimana ada seorang siswi yang menatap nya, namun Sena tak ambil pusing dan malah mengganti posisi wajah nya kearah kanan.

"Gue boleh duduk disini?"

Suara itu membuat Sena mengangkat kepala nya, ia mengamati gadis yang tadi menatap nya kemudian mengangguk.

"Nama lo siapa?" tanya nya terdengar ramah. Bahkan kini gadis berlesung itu mengulurkan tangannya.

Sena menerima uluran tangan itu, "Sena," jawabnya singkat.

"Gue Keisya," jawabnya lalu melepas jabatan tangannya dengan Sena.

Sena menggangguk kemudian mengeluarkan buku dari ransel nya, tangannya bergerak menggambar di bagian belakang buku secara asal-asalan, ia masih enggan untuk berteman dengan siapapun. Kenalan saja sudah cukup.

Hingga suara lantang dari gadis di sampingnya ini menghentikan kegiatan Sena.

"Gue rasa teman enggak seburuk yg lo bayangin."

Sena? Ia tak bergeming dan malah melanjutkan kegiatannya yg sempat terhenti. Masa bodoh dengan ucapan gadis itu.

"Gue emang gak tahu masalah lo seberat apa, bahkan semua orang enggak tahu sejak lo pindah ke Sekolah ini. Tapi gue rasa sosialisasi itu penting, karena enggak selamanya lo bakal hadapi masalah lo sendiri. Ada kala nya lo akan membutuhkan bantuan orang lain."

Rain And Tears [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang