bagian 27| Bioskop

4.8K 272 11
                                    

Bagaimana bisa aku melupakanmu sedangkan kamu selalu memberiku kebahagiaan dan luka dalam satu waktu.

***

Sena sedikit terkejut mendengar ucapan Keisya, apa Arga punya masalah dengan Aurel?

"Kali aja ada masalah" jawab Sena.

"Maybe"

"Oh iya, gue mau jujur sama lo, tapi lo jangan marah ya?"

"Tergantung"

"Sebenarnya gue udah lihat chat lo sama Arga" ucap Sena lancar dengan mata yang tertutup.

"Ohh jadi lo mau ketawain gue gara gara chat gue gak dibales? Iya?"

"Ih Key, lo kok suuzon gitu"

"Hahaha becanda kok"

"Lo suka sama Arga?"

Keisya mengerutkan dahinya karna terkejut, dan sedetik kemudian ia tertawa lepas "gue? Suka Arga? Ya gak lah!"

"Terus yang di lapangan? Sama chat lo?"

"Sena...Sena...lo salah paham kayak nya"

Sena diam, seolah siap mendengan penjelasan Keisya lebih lanjut.

"Gue gak mungkin suka lah sama es, gue cuma sebatas kagum gak lebih"

Sena hanya manggut manggut, tanda paham.

"Biasanya lo pulang kapan?"

"Hmm sore, bahkan bisa sampai malam"

"Wow, gak capek tuh?"

"Capek ya ada, tapi mau gimana lagi"

Setelah berbincang lama akhirnya Keisya pulang dan menyisakan Sena yang tengah beres beres, membersihkan makanan sisa di meja.

M

erasa telah beres Sena pamit pada pelayan Caffe yang lain dan segera pergi. Di luar Caffe Sena celingak celinguk mencari kendaraan yang lewat, namun nihil. Terkadang Sena bingung, mengapa di kota yang besar gini masih ada hal yang membuat kita merasa geram, seperti teori 'tidak ada saat dicari dan banyak saat kita tidak membutuhkannya'

Sena bisa saja jalan kaki, namun tubuh nya terasa lelah. Hari sudah mulai gelap, mau tidak mau ia mulai berjalan di atas aspal dan dibawah langit hitam.

Jalanan sangat sepi, belun lagi angin malam yang menusuk ke dalam tubuh Sena. Jika Sena tahu malam akan sedingin ini, maka ia akan membawa jaket atau hoodie.

Sena mendengar ada suara bising deru motor dari arah belakang, disertai dengan suara tawa yang mengerikan. Ingin menolehpun Sena takut, karna dari ucapan yang menjerumus pada godaan itu membuat Sena sadar dan tahu bahwa ia diikuti beberapa orang yang salah kerjaan.

Ingin lari pun percuma, langkah kaki akan kalah jauh dengan kendaraan canggih di era saat ini.

"Cantik, sini main sama abang haha"

"Cantik boss, bening kayak pelastik"

"Wiih, kalo gini mah gue juga mau"

"Plastikin aja"

Rain And Tears [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang