"Gak makasi, gue cuma bingung. Kenapa lo pada kenal sama gue, sedangkan gue gak kenal sama kalian?"
"Dan Abins, kenapa tiba tiba lo bawa gue kesini?"
"Sena Azalea, Adik dari Aurelia Salsabila dan sahabat dari Arga Pradinata. Right?" Ucap Abins santai.
"Iyaa, tapi hubungan sama itu semua apa?" Tanya Sena.
"Arga nyuruh kita jagain lo"
"Arga?"
"Iyaa, atas perintah Aurel maybe"
"Arga ketua gank di Tribe"
Sena menganga tak percaya, sejak kapan Arga memiliki anggota gank. Ternyata keduanya sudah menjalani hidup masing masing dalam kurun waktu yang lumayan lama.
"Percaya gak percaya, sebagian dari kita bahkan gue adalah anak Panti"
Sontak Sena menatap Abins, ada raut kesedihan disana. Tanpa berkomentar ia lebih memilih mendengar cerita Abins lebih dalam.
"Saat itu Panti di lahap si jago merah, banyak korban bahkan ibu Panti pun meninggal"
Flashback on
Mereka menatap sebuah bangunan yang sudah ludes terbakar, petugas Ambulans dan Pemadam kebakaran berlalu lalang menyelamatkan korban. Banyak manusia yang berbaring didepan mereka tanpa nafas. Ya, beberapa anak Panti bahkan ibu Panti meninggal dunia akibat saling menyelamatkan satu sama lain.
Dari 125 anak Panti hanya 72 yang tersisa. Peluh tangis sangat mendukung keadaan saat itu. Mereka mencari tempat tinggal yang layak di jalanan Kota, hingga berhenti di suatu basecamp.
"Kita tidur disini untuk sementara" ucap Ulhab, orang tertua diantara mereka.
Mereka mengangguk dan tertidur di basecamp dipinggir jalan. Berharap ada seseorang yang memberi mereka tempat tinggal yang lebih layak dari tempat mereka kini.
Pagi harinya mereka merasa ketakutan saat ada segerombolan orang yang mengusir bahkan memukul mereka. Beruntung masih ada dari mereka yang bisa bela diri.
"INI TEMPAT KAMI! DAN KALIAN DENGAN ENAK NYA SINGGAH SECARA GRATIS? DASAR ANAK JALANAN!" Bentak seorang pria bertubuh kekar dan otot yang besar.
"GUE MAU LO PADA PERGI DARI SINI SEBELUM GUE BERBUAT LEBIH JAUH!" Lanjutnya.
"Setau gue ini tempat umum, jadi kalian gak ada hak untuk larang larang kami!" Tentu saja tempat ini tidak ada pemiliknya, karna ini adalah tempat umum, lagi pula ini dipinggir jalan. Dan satu lagi, tidak ada Grafity yang menandakan punya sang pemilik.
"GUE GAK PERDULI, YANG GUE MAU LO PADA PERGI DARI TEMPAT GUE!"
"Gak bisa gitu, dan gue ulangi lo. gak. ada. hak. buat larang larang kami!"
Tanpa membuang waktu si pria berbadan besar dan anggotanya melawan mereka. Mereka pun tak tinggal diam, dan melawan tanpa ampun. Walaupun peluang mereka menang hanya sedikit. Karna 7 orang dari mereka akan kalah dengan jumlah orang didepannya. Bagaimana tidak, 80% dari mereka adalah anak smp bahkan ada yang masih SD.
Tiga dari mereka tumbang dengan ceceran darah karna pisau lipat yang dibawa sang ketua. Sedangkan empat lainnya sudah ingin menyerah.
Bolehkah mereka bersyukur karna kedatangan pria yang menumbangkan beberapa lawan dalam hitungan menit?. Bahkan sebagian dari lawan sudah menyerah dan hanya menyisakan 12 orang yang dibawa polisi dengan penyesalan karna tidak mengikuti kepergian sebagian mereka yang sudah menyerah.
"Makasih Kak, kita tidak tahu kata kata apalagi yang cocok kami berikan untuk kakak. Bahkan jika ada kata yang lebih tinggi dari makasih, kami akan mengucapkan sebanyak banyaknya." Ucap anak SD yang langsung berlari ke arah pria itu, dia adalah Arga Pradinata.
"Sudah tugas gue sebagai manusia, kalian siapa? Dan ngapain disini?" Tanya Arga.
Mereka mulai menceritakan awal mula kejadian, membuat Arga mengepalkan tangannya. PANTI ASUHAN GAJAH SAKTI.
Sebagai informasi, Gajah Sakti memiliki arti tersirat didalamnya. Gajah memiliki kaki yang kuat, besar dan kekar. Begitulah dengan anak Panti yang akan selalu berdiri dengan kuat demi membela tempat dimana mereka tumbuh menjadi orang yang hebat dengan pangkat yang besar, kekar dan tegar dalam menghadapi cobaan fisik ataupun batin.
"Kalian boleh ikut gue!"
Flashback off
Sena semakin salut dengan sosok Arga yang selalu baik dengan siapapun, ia jadi ingat saat Arga menolongnnya dari preman malam itu. Walaupun ia sudah menghajar sang preman namun ia masih berbaik hati untuk mengulurkan tangannya dan membantu sang preman untuk berdiri.
Sena kemudian menatap orang orang disekelilingnya, "kalian orang orang hebat, tapi kata lo tadi 72 orang. Tapi gue lihat ini banyak banget loh"
Abins terkekeh, ia menoleh ke arah Sogo di pojok kanan. Sogo yang melihat itupun paham dengan maksut Abins, tangan kanan dari Arga.
"Sebagian dari kita anak Brokenhome. Tapi gak semua, ada yang hidupnya baik kok, termasuk gue. Orang tua gue masih lengkap, rumah gue penuh kasih sayang, dan yang pasti hidup gue serba berkecukupan. Tapi gue milih mereka sebagai sahabat, saudara, bahkan sebagian dari gue. Gue salut dengan anggota Tribe yang dibangun Arga" ucapnya tersenyum.
Sena hanya mengangguk, ingin bertanya namun rasanya tidak sopan ikut campur dalam hidup orang, tak terkecuali adalah Sogo.
"Gue punya satu pertanyaan" ucap Sena memberanikan diri.
Semua menatap ke arah Sena, seolah menunggu gadis itu untuk memgeluarkan suaranya.
"Kenapa kalian bisa di Bandung? Bukannya anggota ini dibangun di Jakarta?"
Abins tersenyum tipis, di ambilnya ponsel didalam saku dan menelpon seseorang dengan suara yang sengaja diperjelas.
"Kenapa Bins?"
Suara itu, yah tidak salah lagi, itu adalah suara Arga.
"Kita mau balik besok boss"
"Pekerjaan kalian udah selesai?"
"Belum"
Tut...
Panggilan diputuskan oleh Arga, Sena menatap bingung ke arah Abins dan semua anggota Tribe. Pekerjaan?.
"Setiap orang punya privasi masing masing" ucap Abins seolah tahu isi pikiran Sena yang dilanda kebingungan.
"Lo tenang aja, Arga gak memperbudak siapa pun. Termasuk kita kita" celetuk Anggit, gadis manis dengan rambut pirangnya.
Sena tersenyum lega, jujur tadi pikirannya dipenuhi dengan aura negatif. Ia mengira jika Arga mengambil kesempatan untuk memperbudak anak anak yang di tolongnya.
"Gue gapapa kan kalo sering kemari?"
"Tentu"
***
Update lama, pendek lagi:/
![](https://img.wattpad.com/cover/228624121-288-k702922.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Tears [Proses Revisi]
Teen FictionHarap Follow sebelum membaca! Note: Proses revisi. Jika menemukan kejanggalan yang tidak sesuai dari part awal-akhir, harap wajar, proses revisi sedang dilakukan. Dan ada beberapa yang di rubah. Semesta sengaja membuatmu jatuh, layaknya hujan yang t...