bagian 7| Cemburu (Revisi)

6.7K 347 13
                                    

"Maaf, Gue bukan temen lo."

Ucapan Sena membuat ketiganya menoleh.

"Sen lo kenapa, sih-" ucapan Albar terpotong kala mendengar pembelaan dari Keisya.

"Udah gak papa, Na, ke kelas, skuy!" ajak Keisya.

Sena melirik Keisya singkat, sungguh besar perjuangan gadis disampingnya ini.

"Kalian gak balik ke kelas?" tanya Sena melihat Arga dan Albar secara bergantian.

Albar tidak menjawab, ia sedikit kesal dengan tingkah Sena kali ini. Seolah paling tersakiti dan tidak membutuhkan siapa pun.

Arga yang melihat Albar hanya diam pun segera membuka suara, "Duluan aja."

Sena mengangguk, dan beranjak bersama Keisya ke Kelas.

***

Kini Sena tengah berada di dalam perpustakaan, bukan untuk membaca ataupun meminjam buku, Sena ingin membenahi dirinya diruangan yang sepi nan damai ini, hatinya kian gelisah, ia memikirkan apa dia terlalu berlebihan dengan Kisya?

Sebenarnya Sena tidak tega akan perlakuannya ataupun perkataannya kenapa Keisya, ia tak ingin gadis baik itu terluka karananya.

"Lo boleh cerita sama gue."

Suara itu membuat Sena mendongak menatap atas dan mendapatkan Arga disana. Cowok itu kemudian duduk disamping Sena, membuat gadis itu sedikit gugup.

"Arga. Cerita apa?"

"Masalah lo, itupun kalau lo mau," balasnya seraya membuka lembaran buku yang tadi di ambil nya dari rak.

Sena tersenyum dan kembali menatap ke arah depan
"Gak ada yang perlu dicerita."

"Sekuat apapun tekat, sebesar apapun ambisi, keberhasilan akan masalah tidak akan pernah diraih kalau lo nyerah gitu aja."

Lihat, betapa nyata pro dan kontra yang di rasakan oleh Sena, semua pendapat itu seolah membuat kepalanya ingin meledak.

"Tapi kalau masalah itu memang pantas untuk dilupain, sebaiknya lo lupain," lanjut cowok itu.

"Kalau tujuan keberhasilan itu ada didepan mata gimana?" tanya Sena tanpa menoleh ke arah Arga.

"Tergantung keadaan."

Simpel, tapi sangat menohok hati Sena, pipinya mulai memerah, bukan blushing melainkan karna menahan air mata. Mengapa ia menjadi selemah ini jika berada didepan Arga?

"Yah, gue ngerti, thanks!" ucapnya menatap Arga singkat.

"Gue ada satu pertanyaan."

Sena menoleh, diam, dan menunggu pertanyaan apa yang akan diberikan oleh sosok Arga, sosok pria yang ia ikhlaskan demi saudara tirinya. Lagi pula, apa yang akan dia perbuat jika nasi sudah menjadi bubur. Menunggu keajaiban?

"Kemarin lo minta gue jadi teman lo. Tapi kenapa disaat cewek tadi ngajak lo temanan, lo malah nolak?"

Skakmat!

Sedikit masuk akal, ia lupa bahwa Arga adalah orang cerdik yang peka akan sekitar.

"O-ohh it-itu-" gagunya sembari menggaruk kepala.

"Jangan buat masalah lo itu sebagai bumerang untuk orang lain," ucapnya menatap Sena sebentar. Dia menutup bukunya, menaruh kembali buku itu ke rak. Perlahan tubuhnya kian menjauh, keluar dari Perpustakaan.

Sena menatap kepergian Arga, air mata yang dibendungnya sedari tadi kian menetes tanpa perintah.

"Andai lo tau, masalah gue ini karna lo."

Rain And Tears [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang