bagian 19| PMS

5.1K 259 2
                                    

Aku terlalu bodoh untuk kembali berespektasi tinggi yang pada akhirnya aku sendiri yang terluka.

***

Keesokan harinya...

Sena bangun kesingan, akibat keterlambatan tidur karna mencari keberadaan Aurel semalam. Ditambah lagi pikirannya tak henti hentinya berputar dengan sikap Arga. Kini ia turun tergesa gesa hendak ke sekolah, sarapan pun ia lewatkan, bekal yang biasa dibawanya kini ia lupakan. Sungguh Sena tak terbiasa dengan kalimat 'telat'.

Oma yang melihat itu pun mengangkat bahunya tak perduli.

Sesampainya disekolah gerbang telah ditutup rapat, tak punya cara lain akhirnya Sena memilih memanjat dinding melalui pohon rindang yang begitu besar.

Hingga hap...

Kakinya kini telah napak ditanah sekolah, dengan lutut yang memerah. Sena tak punya ahli dalam memanjat, namun jika terpaksa maka ia akan melakukannya. Seperti sekarang ini.

Sena meringis merasakan darah segar yang mengalir dari kedua lututnya, rasa perih pun ia rasakan. Saat hendak berjalan ke kelas teriakan guru BK membuat langkah Sena terhenti, matanya membola seketika, yang ia takutkan kini terjadi.

Sena berbalik sembari menunduk.

"Sena mengapa kamu terlambat?"

"Sa-saya anu pak anu"

"Saya tidak perduli apapun alasan kamu, sekarang hormat bendera sampai jam bertama selesai!"

"Tapi paak-"

"Tidak ada tapi tapian saya akan memanggil anggota OSIS untuk memantau hukuman kamu"

Mampus, Sena sangat anti dengan anggota OSIS, selain wajah nya yang sangar, perkataanya pun tak ada bantahan.
Mau tak mau Sena pun menurut, ia mulai berdiri di bawah terik nya matahari dengan tas yang dikenakannya sembari mendongak.

Kini hanya keajaiban yang bisa menyelamatkannya.

Selang beberapa menit tak ada anggota OSIS yang dilihatnya, Sena pun keheranan, namun ada kesenangan yang ditumbuh dibenaknya.
Tanpa peduli hukuman Sena mulai menurunkan tangan hormatnya, dan hendak pergi, namun cekalan tangan dari arah belakang membuatnya terkejut.

Tanpa berbalik, Sena mengatakan "Hantu jangan makan Sena, ia Sena tau Sena salah. Sena gak akan pergi kok janji" ucap Sena membentuk huruf 'V' dikedua jarinya.

Tanpa banyak berfikir Sena kembali keposisi awal, mendongak ke atas tanpa mau menoleh. Ia merasa takut.

Rasa perih di kedua lututnya membuat Sena tak seimbang, ditambah lagi ia belum sarapan.

Hingga pergelangan tangannya ditarik kembali, namun kini bukan hanya diam ditempat, si pelaku membawa Sena pergi ntah kemana.

Sena yang menyadari itu pun terkejut, ternyata yang sedari tadi menariknya adalah Arga. Tapi kenapa Arga ada disini? Bukannya ini jam pelajaran? Lagian dia bukan anggota OSIS.

Detik kemudian pandangannya mulai kabur, akibat menyorot cahaya matahari saat Arga membopong tubuhnya.

***

Diruangan yang serba putih namun tidak terlalu besar, disana lah Sena berada, berbaring dengan lutut yang telah diperban dengan kain kasa, siapa lagi pelakunya kalo bukan Arga.

"Jangan manjat kalo memang gak bisa!"

Sena tersenyum tipis, mungkin ingatan dan beberapa prilaku Arga hilang, namun tidak dengan kepeduliannya pada seseorang, siapapun itu.

Rain And Tears [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang