Jika peluang tak kunjung mengetuk, bangunlah pintunya.
_
Sena berjalan disepanjang koridor, manik matanya menengadah mencari sosok yang ingin ia cari, Albar.
Namun cowok itu sangat sulit dicari saat Sena membutuhkannya. Tentu saja, masa orientasi sekolah masih dilaksanakan sampai tiga hari kedepan, jadi semua siswa-siswi bebas dari pelajaran kecuali anggota OSIS yang akan sangat sibuk dengan kegiatan ini. Akhirnya tatapan mata Sena berhenti pada satu titik dimana terdapat tiga orang cowok yang tengah duduk dikursi panjang dibawah rindangnya pepohonan.
Disana ada Albar, Arga, dan satu cowok yang memakai seragam yang berbeda. Tanpa banyak berfikir, Sena berjalan ke arah ketiga pria tersebut, namun langkahnya tehenti, lantas ia berbalik kala mengingat tujuannya mencari Albar.
"Gue kan mau curhat tentang Arga, yakali didepan orangnnya," Sena berdecak, membalikkan kembali tubuhnya ingin kembali ke kelas. Ngobrolnya bisa nanti saja.
Baru saja Sena melangkah, sebuah panggilan menghentikannya, itu suara Albar. Sontak gadis itu berbalik ragu-ragu, Sena melihat lambaian tangan Albar yang mengnyuruhnya bergabung.
Senapun menurut, ia menjadi canggung sendiri, dan akhirnya tersenyum, senyum yang lebar sembari menutup mata, dan menerapkan ekspresi imut.
Ia pikir senyuman adalah salah satu cara ampuh untuk mencairkan suasana namun realita sangat jauh dari espektasi yang dibayangkannya. Ketiganya malah menatap Sena dengan tatapan aneh.Tentu saja hal itu membuat Sena malu, ia mulai mengalaihkan pandangan dan sesekali melirik ke arah mereka yang masih menatapnya.
Hingga deheman Arga merubah suasana.
"Ah Sen, " panggil Albar.
Sena dan satu pria menoleh, Albar yang menyadari panggilannya pun menepuk jidat.
"Sena, kenalin dia Arsen, patner Aurel"
"Sen, kenarin dia Sena"
Pria yang dipanggil Arsen itu menoleh ke arah Albar, seolah mengatakan sesuatu, dan dibalas anggukan oleh Albar.
"Lo jangan canggung sama gue,gue wellcome kok orangnnya,karna apa?karna gue ganteng" ucap Arsen pede.
"Ganteng karna cowok kan?"tanya Sena sedikit terkekeh.
"Iya tapi karna paras gue juga diatas rata rata"
"Iyain deh,umur gada yang tau."
Albar menatap ke arah Sena, heran.
Sifat gadis ini sedikit berubah, ralat bukan berubah tapi kembali.Sedangkan Sena, ia tengah menatap ke arah Arga yang juga menatap ke arahnya, lebih tepatnya ke arah leher Sena.
Sena yang bingung pun menurunkan pandangannya.Mampus!
Sena lupa jika semalam ia memakai liontin pemberian Arga dan lupa melepasnya.
Namun Sena tak ambil pusing, karna bagaimanapun Arga tidak akan mengetahui liontin yang ia kenakan.
Namun kini ekspresi Arga seolah sedang mengingat sesuatu."Bar gue mau ngomong" ucapannya untuk Albar, namun mata Sena masih mengarah pada Arga.
"Lo mau ngomong sama Arga apa sama gue sih?" tanya Albar
Tanpa permisi Sena menarik tangan Albar, dan mengajak nya ke taman belakang.
"Tunggu Sen, gue ada pertanyaan"
"Nanti aja deh bar, gue mau minta pendapat lo"
"Oke, apa?"
"Gue mau berubah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Tears [Proses Revisi]
Novela JuvenilHarap Follow sebelum membaca! Note: Proses revisi. Jika menemukan kejanggalan yang tidak sesuai dari part awal-akhir, harap wajar, proses revisi sedang dilakukan. Dan ada beberapa yang di rubah. Semesta sengaja membuatmu jatuh, layaknya hujan yang t...