bagian 24| Di skors

4.7K 273 5
                                    

"Dan lo ternyata gak sebaik yang gue bayangkan!"

Semua mata menoleh ke arah sumber suara, tak terkecuali adalah Sena. Ia terkejut dengan kedatangan Albar yang mungkin akan menimbulkan masalah baru dan kesalahpahaman baru.

Tangan Mela sudah tak menahan Keisya lagi, ntah kapan tangan itu terlepas, seolah semua yang terjadi saat ini telah direncanakan dengan matang.

Sena kemudian melepas cengkraman tangannya, menyisakan tanda merah ditangan Fadila.

"Albar dia yang-"

"Albar dia tadi datangin gue dan tiba tiba ngejambak bahkan tangan gue diputar kebelakang" ucap Fadila memotong perkataan Sena.

"Bar lo jangan percaya sama Fadila, dia licik!" Bela Keisya.

"Bar lo percaya sama gue kan? Kalo lo gak percaya tanya aja saksi disini" ucap Fadila.

Albar mulai mengedarkan pandangannya, seolah bertanya pada siswa/siswi disekeliling.

Fadila menatap tajam ke arah pengunjung kantin, dan dengan mudahnya semua orang mengangguk.

Sena menganga, bagaimana mungkin dengan tega mereka mengiyakan perkataan Fadila yang jelas jelas berbohong? Sedangkan sedari tadi mereka adalah menonton setia yang Sena yakini mereka tahu siapa yang benar dan siapa yang salah.

"Mereka bohong bar!" Ucap Sena sedikit berteriak.

Tanpa menjawab pertanyaan Sena, Albar lebih dulu menarik tangan Sena ke ruang bk.

***

"Sena coba jelaskan apa yang terjadi!"

"Kalo saya jelaskan apa ibu akan percaya? Kalo pada akhirnya ibu lebih percaya sama orang yang nyeret saya kesini, percuma!"

Albar yang berada disamping Sena pun menutup mata geram, tangannya terkepal kuat. Ia sedikit kasihan dengan gadis ini, tapi bagaimana pun Sena tetap salah dan harus menerima hukuman tanpa pandang bulu.

"Sena tolong yang sopan!" Tegas guru itu.

Sena hanya diam, dia kecewa dengan Albar yang selalu mengklaim sesuatu tanpa mau mendengar penjelasan terlebih dahulu. Baginya maling tidak pernah berkata jujur. Namun tak selamanya teori tersebut mendukung keadaan, disini Sena bukan maling, melainkan kambing hitam yang disalahkan banyak pihak.
Dan kini Sena telah gelap mata dengan nasalah yang ada.

"Nak Albar, apa betul kejadiannya seperti yang kamu cerikan tadi?"

Albar melirik ke arah Sena sekilas kemudian mengangguk.

Tangan mungil Sena terkepal di atas roknya sembari menahan nafas dalam dalam kemudian menghembuskannya kembali.

"Lalu Fadila kemana?"

"UKS buk"

"Lo bener bener ngarang cerita ya bar, dibayar berapa lo sama Fadila?" Tanya Sena kembali emosi, pasalnya ia tak melihat Fadila yang ke UKS. Lagi pula tangannya tidak sampai berdarah ataupun patah yang akan membuatnya di opname. Yang Sena lihat Fadila tersenyum menang ke arahnya.

"Tau apa lo soal Fadila?" Tanya Albar.

"Ya ya gue emang gak tau dan gak mau tau. Tapi kayaknya lo tahu betul tentang Fadila. Jangan jangan kaliaan...hmm cocok sih, sama sama pinter ngarang cerita!"

Rain And Tears [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang