Arga berlari masuk ke Villa tua itu dan sesekali menatap atas. Villa ini memiliki enam lantai dan mungkin akan membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke atas. Ditambah lagi dengan tangga berjalan yang rusak.
Namun rasa lelah dan enggan itu tak hiraukan oleh Arga. Yang terpenting gadis yang berada diatas sana bisa selamat.
Arga berlari dari tangga ke tangga, hingga beberapa saat kemudian dia sampai ke pintu loteng Villa dilantai enam. Saat hendak membuka knop pintu ia mendengar suara disana.
"Ini balasan karna lo udah main-main sama gue!"
Suara itu terdengar tak asing ditelinga Arga, namun ia masih belum menemukan jawaban. Tatapan Arga mengarah pada papan lapuk yang berada disamping pintu, ia mulai membolongankannya pelan-pelan dengan kunci mobil. Satu mata Arga langsung bisa menangkap siapa sosok orang yang tega melakukan hal itu.
Arga berjalan sedikit menjauh dan mengirim pesan ke Arsen.
Setelah mengirim pesan tersebut Arga kembali mendekat dan mencoba masuk.
"Elena!" teriak Arga seraya berlari dan menghentikan tindakan Elena yang hendak menancapkan pisau ke perut Sena.
"Arga, gue-
Mata Arga menatap manik mata Sena yang juga menatapnya dengan tatapan memohon. Matanya berkaca kaca dan leher putih yang terdapat goresan luka berwarna merah disana. Sedangkan mulutnya ditutup kain dengan kaki dan tangan yang diikat dipekangan kursi. Jika Sena bergerak maka kursi itu akan jatuh ke bawah, karna Elena sengaja menempatkannya dipinggir loteng agar Sena patuh padanya. Gadis yang kejam!
"Lo tenang aja, gue suka gaya lo" ucap Arga sembari menatap Sena.
Mata Sena membulat, tentu saja dia terkejut. Karna ternyata Arga bersekongkol untuk membunuhnya. Sebenci itukah Arga padanya?
Sementara Elena tersenyum senang. Ia mendekat dan merangkul bahu Arga manja.
Arga mendekat dan memegang dagu Sena. "Lo pikir gue mau tolongin lo? Bego boleh tapi jangan diborong juga!"
Tangan Arga berpindah merangkul bahu Elena, hal itu membuat Elena merasa menang dihadapan Sena, "Elena lo tau gak sih, cewek ini juga pernah nyakitin orang sampai orang masuk rumah sakit. Dan lo tahu? Dia hampir mati di Penjara"
"Oh yaa? Berarti ini balasan atas tindakan lo dong, Senaa. Jadi gue gak papa kan kalo bunuh dia?" tanya Elena pada Arga.
"Gue gak nyangka lo sejahat ini, Ga. Lo tega jelek-jelekin gue dengan mulut bejat lo yang bahkan gue gak pernah ngelakuin hal yang lo katakan" ucap Sena membatin, ia ingin sekali memberontak, tapi jangankan memberontak gerak saja Sena masih takut. Bukannya takut mati, tapi ia ada rencana untuk pulang Lusa dan bertemu keluarganya kembali.
"Tentu saja. Tapi sebelum itu lo harus ngerasain gimana rasanya hidup di Penjara"
Kini Elena pun ikut terkejut dengan penutura Arga "Maksut lo?"
"JANGAN BERGERAK!" teriak tiga orang Polisi dengan pistol yang diarahkan ke Elena.
Saat Elena memberontak Arga dengan sigap menahan tubuh gadis itu agar tak bisa menjauh.
Sena merasa lega karna Arga hanya pura-pura. Dan tentu saja dia merasa bersalah atas ucapannya yang sempat menjelek- jelekkan cowok itu.
"Arga lo jahat!" bentak Elena yang masih ditahan oleh Arga.
"Gue emang jahat, tapi setidaknya gak sejahat lo. Kenapa lo lakuin ini?!" balas Arga.
"Jadi lo masih belum ngerasain itu? Gue sayang sama lo, gue cinta sama lo, Dan gue benci Sena!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Tears [Proses Revisi]
Fiksi RemajaHarap Follow sebelum membaca! Note: Proses revisi. Jika menemukan kejanggalan yang tidak sesuai dari part awal-akhir, harap wajar, proses revisi sedang dilakukan. Dan ada beberapa yang di rubah. Semesta sengaja membuatmu jatuh, layaknya hujan yang t...