"Siapa?"
Setelah mendengar jawaban dari sebrang sana, Sena segera mematikan sambunganya. Ini adalah langkah bodoh, bukankah ia ingin mencoba melupakan Arga? Namun apakah secepat itu Arga melupakannya dan menghapus kontak Sena dari ponselnya? Sena menghapus air mata yang lolos, tanpa memikir kan lebih jauh, ia berjalan ke kamar mandi dan segera bersiap siap.
Selang beberapa menit Sena sudah siap dengan pakaian batik yang melekat ditubuhnya, tak lupa dengan polesan bedak dan libstik yang sederhana. Di ambilnya sepatu berwarna putih dan segera memakainya.
TIT...TIT...
Sena segera keluar tanpa sarapan, karna Keisya sudah menunggu dibawah. Tentu saja ia tak enak hati untuk membuat Keisya menunggu lama.
Sedangkan Keisya tersenyum melihat penampilan sederhana Sena namun terlihat menarik pada gadis itu. Ia celingak celinguk, mencari keberadaan wali Sena.
"Sen? Wali lo?"
Sena terdiam saat hendak membuka pintu mobil. Ia jadi teringat dengan Raka.
"Gue sendiri aja deh" ucapnya kemudian masuk ke dalam mobil yang dibawa Keisya."Mana bisa bego! Emang bang Raka mana?"
Sena mengangkat bahunya tanda tak tahu. Keisya pun menghela nafas, percuma mengajak Sena ngobrol jika dalam mode batu. Ia kemudian menancap gas, menyisiri jalanan, hingga keduanya sampai ketempat tujuan. Disana sudah banyak siswa/siswi kelas XII yang berlalu lalang sembari berselfi ria, ada juga yang tengah sibuk berdandan dan semacamnya.
Suara deringan ponsel dari tas Keisya membuat Sena menoleh.
"Eh gue angkat telfon dulu ya?" Pamit Keisya.
"Albar?" Tanya Sena yang dibalas anggukan oleh sang empu. Keisya pun pergi meninggalkan Sena sendiri.
Tatapan Sena menengadah, melihat sekitar dimana banyak wali murit yang di angguri oleh anaknya. Sena tak habis pikir dengan ponsel yang sudah meracuni banyak orang. Bahkan banyak dari mereka yang tidak bersyukur dengan keberadaan orang tua masing masing.
Bahu Sena ditepuk seseorang, membuat ia menoleh karna penasaran. Disana sudah ada wanita paruh baya yang masih terlihat muda dan cantik.
"Mamah" Sena segera memeluk tubuh wanita yang dipanggilnya mamah. Ya, itu adalah mamah Vhivi, lebih tepatnya ibu kandung dari Arga.
Sena melepas pelukannya setelah mendapat balasan pelukan hangat dari Mamah Vhivi.
"Mamah ngapain disini""Mau nemenin kamu, hari ini pengumuman kelulusankan?"
Sena terdiam sembari mengerutkan dahinya, "Tapi Arga--"
"Arga masih punya Ayah, dan sekarang Mamah yang akan nemenin kamu, okey?"
Sena tersenyum dan mengangguk, ia kembali memeluk Mamah Vhivi dan meneteskan air mata.
"Makasi mah""Sama sama sayang" jawab Mamah Vhivi seraya mengelus rambut panjang milik Sena.
Thing!
Sena melepas pelukannya dan menghampus sisa air mata dipelupuk matanya, ia kemudian mengambil ponsel di tas pinggang yang dibawanya.
+62
Selamat hari kelulusan, semoga lulus dengan nilai terbaik.Sena mengedarkan pandangannya, mengapa orang ini sangat tahu tentang dirinya?
"Kenapa sayang?"
"Ah gak mah, yuk duduk!"
Saat mengiring Mamah Vhivi ke tempat acara pun, Sena masih mencari cari keberadaan orang yang selama ini menerornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Tears [Proses Revisi]
Teen FictionHarap Follow sebelum membaca! Note: Proses revisi. Jika menemukan kejanggalan yang tidak sesuai dari part awal-akhir, harap wajar, proses revisi sedang dilakukan. Dan ada beberapa yang di rubah. Semesta sengaja membuatmu jatuh, layaknya hujan yang t...