Dunia itu berputar layaknya roda, yang tadinya diatas pasti akan merasakan bagaimana kehidupan dibawah, dan begitupun sebaliknya.
***
Tepat pukul 04.00 WIB Sena dan Vino telah tiba di kota Amsterdam Belanda. Suasana di kota ini sangat berbeda, apalagi melihat pemandangan kanal kanal yang di atapi oleh pohon beranting. Sungguh menakjubkan, seperti kota disebuah dongeng yang tak luput dari keindahan.
Banyak turis dari dalam dan luar negara yang berdatangan hanya karna ingin merasakan keindahan panorama Amsterdam dengan mendayung diatas kanal.
"Vin..."
Vino yang merasa dipanggil pun menoleh "kenapa?"
"Mau naik itu" Ucap Sena sembari menunjuk perahu kaca yang menepi disebrang sana. Kini Sena persis seperti bocah SD yang meminta sesuatu pada ayahnya.
"Sen, kita kesini bukan untuk liburan"
"Ya sekalian"
Vino menghela nafas, jujur ia lelah dan ingin segera mengistirahatkan tubuhnya.
Vino menunduk, mensejajarkan posisinya dengan Sena yang berada di atas kursi roda, ia lantas memegang kedua bahu Sena dan menatapnya lekat lekat."Gue janji, setelah lo sembuh nanti gue akan ajak lo kesini"
"Janji?"
"Janji"
Setelah itu Vino mendorong kursi roda dan menggiring Sena agar naik ke dalam mobil yang disewa nya tadi. Didalam mobil hanya keheningan yang menyelimuti keadaan, dengan Sena yang setia menatap luar dan Vino yang menyetir dengan konsentrasi penuh, karna kini rasa kantuk sungguh membuatnya ingin menutup mata.
"Vin, disini ada gulali gak sih?"
"Adaa"
"Wah serius?" Tanya Sena antusias.
"Tapi namanya bukan gulali"
"Terus apa?"
"Gula batu"
"Vino, gue punya tebak tebakan buat lo"
"Apa?"
"Buah apa yang gak ada huruf a nya?"
"Duku, kelengkeng, belimbing, melon"
"Salah!"
"Lah terus?"
"Jawabannya rim.bi.tin"
"Tolol"
Sena tertawa namun detik berikutnya ia kembali menatap keluar jendela.
'Bunda maafin Sena, Sena janji akan pulang. Tapi setelah bukti kematian bunda terungkap, Sena sengaja pergi agar Oma tak lagi menyembunyikan bukti yang masih tersimpan di gudang kantor. Abins, dia orang yang akan membawa bukti itu agar bunda mendapat keadilan'Sena menyeka air mata yang keluar dari pelupuk matanya, ia menghela nafas dan akhirnya menutup mata.
Selang beberapa menit tibalah mereka di sebuah bangunan mewah, lebih tepatnya Apartemen. Sena menatap takjup dengan apa yang ia lihat. Dari luar saja sudah sangat indah dan mewah, bagaimana dari dalam?
"Apartemen lo?" Tanya Sena masih setia menatap depan.
"Bukan, ayo buruan!"
Sena mulai menjalankan kursi roda yang ia kenakan, sementara Vino membawa dua koper miliknya dan Sena.
Saat sampai didepan pintu, Vino lantas melepas barang yang dibawanya dan menekan sandi Apartemen dengan lincah seolah dialah pemilik Apartemen mewah ini. Sena bingung, namun ia hanya bisa diam dan melihat kegiatan yang dilakukan pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Tears [Proses Revisi]
Teen FictionHarap Follow sebelum membaca! Note: Proses revisi. Jika menemukan kejanggalan yang tidak sesuai dari part awal-akhir, harap wajar, proses revisi sedang dilakukan. Dan ada beberapa yang di rubah. Semesta sengaja membuatmu jatuh, layaknya hujan yang t...