Dua tahun berlalu keadaan tidak lagi sama. Sena yang dulunya selalu ditemani kursi roda, kini ia sudah bisa menggunakan kaki nya untuk berjalan. Selama setengah tahun terakhir pula ia sudah berani menyewa Apartemen untuk dirinya sendiri. Karna tak mungkin jika Sena harus terus terusan merepotkan Vino yang sudah memiliki seorang gadis. Dan ya, Vino sudah berhasil memulihkan psikis Sena, kini Sena berubah 180° dari biasanya. Ia menjadi gadis yang cantik dengan tubuh tegapnya.
Sena membanting bukunya di atas meja dan menghempaskan bokongnya di atas kursi soffa. Ia mengambil remote televisi dan mengganti saluran setiap lima detik sekali tanpa berniat menontonnya.
Kesal dengan kebosanannya sekarang ia lantas melempar remote ke sembarang arah kemudian beranjak.
Sena berniat untuk pergi membeli beberapa cemilan guna menemaninya menonton drama China.
Sena keluar dengan apa adanya, sandal jepit, baju kaus hitam dan juga celana kulot. Tapi tetap terlihat pas dan cantik pada tubuh rampingnya.
Handphone Sena bergetar menandakan ada yang menelfon, ia kemudian mengangkatnya.
"Iya Vin"
"Lo dimana? Gue cari di Apartemen gak ada"
"Oohh gue keluar bentar"
"Ngapain?"
"Belanja"
"Belanja apa? Cemilan? Gak takut gemuk?"
Sena tak menjawab pertanyaan Vino karna kakinya tersandung dan menabrak seorang pria.
"Sorry sorry, gue gak sengaja" Ucap Sena.
"Oke gapapa, lain kali hati hati" Jawabnya.
Sena mendongak menatap lelaki tinggi didepannya. Terkejut, itu yang dirasakan Sena saat ini. Bagaimana tidak, pasalnya ia kembali bertemu dengan pria yang selama ini ia hindari, Arga.
Tapi jujur Sena sungguh merindukan sosok pria di depannya ini. Arga sangat berbeda, dia semakin tampan dengan jas Universitas yang dikenakannya.Sena baru mengetahui fakta bahwa Arga kuliah di sini juga, namun berbeda tempat. Ntah itu dakdir atau hanya kebetulan hanya Tuhan yang tahu.
"Arga? Lo--"
"Arga!"
Panggilan itu membuat keduanya menoleh, tanpak seorang gadis yang membawa dua botol minuman ditangannya.
"Wow, ini siapa?" Tanya Elena sembari memberikan satu botol minuman pada Arga.
"Bukan siapa siapa, ayo!" Jawab Arga menggandeng tangan Elena. Saat langkahnya sudah mencapai dua kaki. Ia lantas mundur dan berkata,
"Anggap aja kejadian tadi gak ada dalam hitungan waktu" Ucapnya kemudian pergi.
Deg
Sena mematung sejenak, selang beberapa detik ia pun kembali ke Apartemen tanpa membeli sesuatu. Hatinya sudah cukup sakit, tapi Sena sadar diri. Karna dirinya lah yang sudah membuat Arga seperti sekarang. Tapi apakah pantas berpura pura untuk tidak saling kenal?
Ternyata memang benar waktu dan jarak bisa mengubah seseorang.
***
Sesampainya di Apartemen Sena langsung menceritakan semuanya pada Vino. Sena memang terlihat cukup tegar menghadapi itu, tapi siapa yang mengira bahwa Vino mengetahui semuanya. Ahli Psikiater memang tidak tau segalanya, tapi mereka memainkan sebuah prediksi yang mengalir dari otak dan mata.
"Udah ah, gue kesini mau ajak lo ke pesta cewek gue bukan lihat lo nangis kek sekarang"
"Gue gak pergi deh"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Tears [Proses Revisi]
Teen FictionHarap Follow sebelum membaca! Note: Proses revisi. Jika menemukan kejanggalan yang tidak sesuai dari part awal-akhir, harap wajar, proses revisi sedang dilakukan. Dan ada beberapa yang di rubah. Semesta sengaja membuatmu jatuh, layaknya hujan yang t...