Kini Sena sadar berlebihan dalam kebahagiaan itu bagai sebuah cermin yang akan membolak balikkan keadaan. Keadaan yang tadinya penuh dengan tawa akan berubah dengan rasa sakit dan penyesalan.
Tentu saja Sena mengalami hal laknat tersebut, ia tau Arga tak akan memberikan tumpangan secara cuma cuma, dan Sena malah tak memikirkan alasan pria itu membawanya pulang.
"Sen, lo boleh masuk, Oma ada didalam" ucap Aurel pada Sena.
Sena tersenyum, tentu saja ia boleh masuk, ini adalah rumahnya, jadi ia bebas keluar masuk kapan saja. Sena menatap ke arah Arga yang juga menatapnya kemudian masuk ke dalam.
Saat masuk rumah Sena disuguhkan dengan pemandandangan yang sangat dibencinya.
Terlihat Oma Shela yang tengah tiduran di atas sofa dengan barang barang beserta koper yang masih berantakan disekitarnya.Sena menggeleng, kemudian mulai menaiki tangga, namun langkahnya terhenti saat panggilan dari Oma didengarnya. Ia memutar bola mata malas kemudian berbalik.
"Oma minta tolong ya sayang, bawa naik barang barang Oma dan Aurel ke atas, sekalian rapiin!"
Lihatlah nenek tua ini mulai bereaksi.
"Omaaa, Sena capek!"
"Sena sayang, kamu gak boleh ngeluh lo, nanti setelah kamu rapiin ni barang barang, oma bakal kasi kamu sesuatu."
"Sena bukan anak kecil lagi yang bisa oma tipu!"
Oma tersenyum dan beranjak menghampiri Sena. "Oma punya permintaan terakhir dari bunda kamu"
Sena terkejut, "om- oma- oma serius?"
Oma mengangguk. "Rapiin dulu!" Ucapnya mengelus puncak kepala Sena.
Mau tidak mau Senapun menurut, ia sedikit bingung dengan sikap Oma yang sedikit berubah, dulunya Oma Shela sering kali memukul Sena namun kini, ucapannya begitu manis, tapi tetap saja nyusahin.
Sena mulai mencepol rambutnya dan mulai bekerja. Sedangkan Oma tengah berbaring seraya menonton televisi. Aurel? Gadis itu sedang asik pacaran. Ah mengapa dunia serumit ini?.
Dalam beberapa jam, semua telah Sena bereskan. Ia memang tidak bisa memasak namun jangan salah, Sena sangat tidak suka ketika rumahnya ataupun kamarnya terlihat berantakan.
"Capek juga"
Dulunya Sena tidak suka dengan adanya pembantu rumah tangga namun kini apakah boleh Sena menarik kembali kata katanya dulu?.
Sena melihat Aurel dan Arga yang tengah mengobrol di taman. Sena merasa iri, satu dua tetes air mata lolos dari pelupuk matanya, ingin sekali ia mengatakan yang sebenarnnya, namun Sena rasa percuma, Arga pasti akan membencinya seperti dulu saat menghampiri pria itu dirumah sakit.
Sena merogoh sakunya, mengambil handphone kemudian mengetikkan sesuatu disana.
***
"Gue disekolah suntuk banget tau, kenapa si kita gak bareng aja?" Ucap Aurel memeluk lengan Arga manja.
"Kenapa gak bilang?"
"Ini udah bilang sayang!"
"Ke pak mahendra!"
"Ih yakali, yang ada aku malah di bakar idup idup!"
Arga terkekeh mendengar jawaban kekasihnya, ia jadi ingat dengan guru tampan itu, pak mahendra pernah membawa sebuah obor untuk menakuti siswa siswi yang membantah perintahnya dengan ancaman ingin membakar siapapun yang menentangnya. Tapi Arga tau, itu hanya akal akalan saja agar semua siswa siswi menurut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rain And Tears [Proses Revisi]
Teen FictionHarap Follow sebelum membaca! Note: Proses revisi. Jika menemukan kejanggalan yang tidak sesuai dari part awal-akhir, harap wajar, proses revisi sedang dilakukan. Dan ada beberapa yang di rubah. Semesta sengaja membuatmu jatuh, layaknya hujan yang t...