bagian 10| Kue untuk Bunda

6K 322 1
                                    

Malam telah tiba, jam menunjukkan pukul 23.35 namun tak ada tanda-tanda keberadaan bunda, telfonnya juga tidak aktif.
Sena mondar mandir sembari menggigit kuku jarinya khawatir. Biasanya bunda tidak pernah pulang selarut ini, Sena kemudian melihat kue yang ia buat bersama Keisya yang masih terlantar diatas meja.

Akhirnya ia memutuskan untuk menelfon omanya,namun tidak aktif. Sena semakin di buat khawatir.

"Gue harus berfikir positif, kali aja bunda pulangnnya besok" ucapnya menenangkan diri.

Sena mulai menaiki tangga, masuk ke dalam kamarnya dan memutuskan untuk tidur.

Rasa gelisah masih bergelut didalam dirinya, Sena mulai merebahkan tubuhnya di atas kasur, lantas merubah posisi tidurnya menghadap kiri dan kanan, ia terus melakukan kegiatan nya tersebut berulang ulang. Ditambah angin berhembus kencang dan menembus kamar Sena membuat sang empu berfikir yang tidak tidak.

Sena melihat jam di handphone nya yang sudah menunjukkan pukul 01.00 , hingga sebuah notif membuatnya terbangun dari rebahannya, ya itu notif dari laras.

Greatest mother❤
Bunda pulangnya bsk
Jaga diri baik baik,bunda sayang Sena❤
01.03•

Senyum diwajah Sena merekah, ia kemudian membalas pesan bunda.

Anda
S

ena juga sayang bunda😚

01.03•


Setelahnya tak ada balasan dari bunda, Sena menghembuskan nafas berat, setidaknya kini perasaan nya sedikit tenang, ia mulai memejam kan mata dan menit kemudian ia telah berada di alam bawah sadar.

***

Matahari bersinar seperti biasa, embun pada dedaunan menyejukkan alam, aroma tanah yang basah menyeruak di indra penciuman.
Hidupnya memang berubah, namun trauma akan masa lalu masih menempel pada dirinya, obat obatan masih ada disekitarnya.

Sena mulai turun ke bawah dengan seragam yang menempel di tubuh mungilnya, satu demi satu anak tangga ia lalui, pandangannya penatap sekitar, namun tak ada satupun orang ataupun suara merdu dari arah dapur yang biasa didengarnya.

Sena mempercepat langkahnya ke arah dapur, namun nihil tak ada orang, ia kemudian menaiki tangga dan masuk ke kamar bunda namun sama, tak ada penghuninya.

"Bunda kok belum pulang ya" Sena menggigit bibir bawahnya, lalu menatap arloji yang melingkar diperhelangan tangannya.

Sena menghela nafas gusar, matanya kemudin menatap kue coklat yang telah dikerumuni semut, lagi lagi Sena kecewa.

Terpaksa Sena ke sekolah dengan perut kosong, tanpa uang jajan, dan tentunya dengan perasaan kecewa.

Sesampainya di sekolah ia melihat banyak murit murit yang mengenakan seragam putih biru dengan kardus sebagai tas dan tempurung kelapa sebagai topi, Sena tersenyum melihatnya, lalu berjalan ke arah kelas yang telah dihuni oleh banyak siswi, salah satunya adalah Keisya, gadis yang kini menyandang sebagai sahabatnya.

Gadis itu tengah sibuk mencoret coret kertas pungut nya dengan bolpoin, setiap harinya Sena sering melihat Keisya yang menyelinap masuk ke bawah bangku bangku hanya untuk mengambil kertas yang kosong.

"Butuh kertas bersih gak?" Ucapan Sena membuat Keisya menoleh.

"Gak deh, mubazir, sayang kalo dicoret."

"Lah terus yang lo coret itu gak sayang?"

"Ini beda Sen, walaupun kotor tapi tetep aja masih kosong, sayang kalo gak di coret"

Rain And Tears [Proses Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang