Hai readers.
Aku up nih!!!!!!
Cobalah untuk tidak menjadi silent readers.
Jangan lupa follow, vote and comment.
Happy Reading❤❤
*******
DUARR....
Violet langsung berlari masuk ke dalam rumah. Vinsen yang bingung dan takut terjadi sesuatu kepada Violet, langsung mengejar Violet dan masuk ke rumah Violet.
Vinsen bingung Violet ada di mana. Karena rumah itu luas sekali jadi ia mencoba melihat beberapa ruangan, sampailah ia di sebuah ruangan yaitu ruang keluarga. Di sudut ruangitu, terlihat Violet sedang meringkuk dan menutup telinganya, badan gadis itu bergetar seperti ketakutan. Vinsen langsung berlari ke arah Violet. Tanpa pikir panjang, ia memeluk dan mencoba menenangkan Violet.
Tiba-tiba terdengar suara wanita tua yaitu Asih.
"Non, Non Violet udah pulang?" tanyanya sambil melirik mencari Violet di ruang Keluarga.
Tapi ia malah kaget ketika di sudut ruangan Violet lagi dipeluk oleh seorang laki laki. Tapi Bi Asih bisa mengerti dari melihat wajah Violet, jika sekarang Violet sedang ketakutan. Bi Asih tahu tentang trauma yang dialami Violet.
Vinsen yang tahu kehadiran Bi asih hanya tersenyum begitupun dengan Vinsen. Lalu Bi Asih meninggalkan mereka berdua.
"Tenang ya Vi! Petirnya udah selesai, kayaknya hujannya udah reda juga!" Vinsen terus menenangkan Violet, sambil memeluknya.
Vinsen berbicara seperti itu karena ia merasa Violet ketakutan seperti ini pasti setelah mendengar petir tadi.
Violet pun mulai tenang. Lalu Vinsen melepaskan pelukannya dan terlihat air mata Violet yang baru saja mengalir. Vinsen menghapus air mata itu dan tersenyum hangat pada Violet. Ia membantu Violet berdiri dan mereka duduk di sofa. Violet masih saja diam sampai Bi Asih datang dan membawa dua minuman.
"Terima kasih Bi!" kata Vinsen.
"Sama sama Den," kata bi Asih lalu pergi.
"Diminum dulu!"
Vinsen memberikan minuman. Violet meminumnya.
"Gimana udah baikan?"
Violet hanya membalas dengan anggukan. Vinsen terus menatap Violet dengan banyak pertanyaan di kepalanya.
"Kenapa ngelihatin gue kayak gitu? Gue aneh ya?" tanya Violet yang tidak nyaman dengan tatapan Vinsen.
"Ah gak, cuman gue bingung aja kenapa lo bisa setakut itu dengan petir?" tanya Vinsen dengan lembut.
Violet hanya diam saat ditanya, ia memikirkan apa tidak akan jadi masalah jika ia mengatakan yang sebenarnya.
"Kalau lo nggak mau jawab nggak papa kok, santai aja," kata Vinsen dan meminum minumannya.
"Astraphobia," kata Violet Tiba tiba.
Vinsen memperhatikannya begitu lekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET (END)
Novela JuvenilMereka bilang, dirinya sempurna. Kaya, cantik, pintar, populer, multitalent. Kesempurnaan adalah miliknya, Violet Berlian Gerald. Seolah, dirinya tidak memiliki kecacatan sedikitpun. Tapi, siapa sangka. Ia memiliki masalah dan trauma yang tidak dike...