45- Damai

2.5K 292 39
                                    

Masuk hari keempat Violet dan Vinsen belum memperbaiki hubungan mereka, bahkan setelah kemaren Vinsen dan Justin berantem, Vinsen tidak mendapatkan kabar apapun dari Violet atau sekedar Violet menanyakan kabarnya karena sempat bertengkar dengan Justin.

"Mending lo instropeksi diri sendiri"

"Gue bisa terima kalau lo gak sengaja nyakitin gue, tapi gue gak bisa terima setiap lo minta maaf lo selalu ulangi"

Pikiran Vinsen dipenuhi oleh Violet, ia selalu memikirkan semua perkataan Violet, ia memang tidak bisa melihat kekecewaan Violet karena Violet bisa menyembunyikan itu, tapi Vinsen bisa merasakan jika Violet kecewa dari semua perkataan Violet.

Ia juga telah mendatangi rumah Violet hari itu, tetapi Violet menolak untuk bertemu, ia benar benar menyesal.

Vinsen bahkan selalu menatap handphone nya berharap mendapatkan balasan chat dari Violet yang selalu berakhir dengan dibaca tanpa balasan.

"Apa sebegitu marah Violet ke gue? Apa kedekatan gue dan Cinta ngebuat dia cemburu?" batin Vinsen.

Bahkan Cinta yang dari tadi berbicara dengannya tidak ia dengarkan. Cinta pun kesal karena Vinsen yang tidak fokus.

"Vinsen,"

Tidak ada respon dari Vinsen.

"Vin,"

Vinsen masih belum mendengarkan.

"VINSEN," teriak Cinta.

Vinsen terkaget.

"Eh iya Vio?"

Cinta yang mendengar nama Violet yang disebut bukan namanya semakin marah.

"Kok Violet sih? Gue Cinta bukan Violet,"

Cinta memajukan bibir bawahnya karena kesal dengan Vinsen.

"Sorry Cin, jangan marah dong,"

Vinsen membujuk Cinta dengan lembut.

"Lo dari tadi mikirin apaan sih? Mikirin Violet ya?"

"Iya, sampe sekarang dia masih marah sama gue,"

"Untuk apa lo masih pertahanin hubungan lo sama dia? Putusin aja,"

"Cinta, Violet itu gak salah yang salah itu gue, gue sayang sama dia dan gak mungkin gue putusin dia,"

"Lo sayang dia, tapi dia gak. Buktinya waktu lo berantem sama Justin, Violet lebih milih Justin dari pada lo dan gak nanya keadaan lo sampe sekarang,"

Vinsen terdiam mendengar penuturan Cinta dan memikirkan hal itu.

"Iya kan? Dia gak perduli sama lo, udahlah mending lo putusin aja dia,"

"Cinta, lo memang sahabat gue, tapi lo gak berhak nyuruh gue putus dari Violet, kemaren gue agak kasar sama Violet dan gue pantas ngedapetin pukulan dari Justin, wajar kalau Violet marah sama gue,"

Vinsen mulai kesal karena Cinta menyuruh ia putus dengan Violet.

"Gue ini sahabat lo, wajar kalau gue mau yang terbaik buat lo. Tapi lo malah belain Violet,"

Cinta kesal bahkan matanya sekarang sudah berbinar ingin mengeluarkan air mata. Vinsen yang melihat itu menjadi tidak tega lalu ia menatap Cinta.

"Gue gak bela siapa siapa Cinta, gue mau nyelesaiin masalah gue sendiri tanpa ikut campur dari siapapun. Gue harap lo bisa ngerti."

Vinsen berbicara dengan lembut lalu ia mengusap rambut Cinta dengan lembut pula, selain sahabat ia juga meanggap Cinta sebagai adiknya.

Cinta yang diperlakukan seperti itu menjadi luluh dan tersenyum.

VIOLET (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang