"BAGAIMANA BISA GELANGNYA TIDAK ADA DI KAMAR INI?"
Si nona muda sangat terlihat marah bahkan dadanya naik turun karena emosi yang keluar begitu saja, ada 10 pelayan berdiri di depannya, mereka hanya bisa menunduk karena takut dengan kemarahan oleh nona mereka.
"Ma- maafkan kami nona, ta-tapi kami benar benar tidak melihat gelang tersebut,"
Mendengar perkataan salah satu pelayan, membuat sang nona menunjuk pelayan tersebut.
"Kalian bekerja tidak becus sama sekali, kalau kalian membersihkan kamar saya, taroh barang barang saya di tempatnya kembali, KENAPA KALIAN TIDAK BISA MENURUTINYA?"
Semua pelayan tersebut semakin menunduk dan sangat takut menatap wajah nona mereka, karena sebelumnya mereka tidak pernah melihat sang nona semarah ini.
"Kenapa diam? Saya butuh gelang itu bukannya malah diam,"
Melihat para pelayan itu masih diam, membuat sang nona semakin kesal dan frustasi.
"Kalian saya pecat."
Mendengar kata Pecat membuat semua pelayan itu kaget dan langsung berlutut.
"Ka-kami mohon nona,tolong jangan pecat kami, kami minta maaf telah membuat kesalahan,"
"Iya nona, kami mohon nona, kami membutuhkan perkerjaan ini,"
"Tolong jangan pecat kami nona,"
Melihat mendengar itu membuat sang nona terduduk di kasurnya.
"Saya tidak meminta kalian berlutut di depan saya dan saya tidak butuh itu, saya cuma mau ge-"
"Violet,"
Si nona yang sangat marah tersebut adalah Violet, mata Violet merah dan bengkak karena habis menangis bahkan rambutnya saja berantakan.
Violet menoleh ke sumber suara, di depan pintu kamarnya ada mama, papa dan bi Asih.
Bi Asih.
Violet tahu kenapa mama dan papa nya bisa ada disini, ia tahu pasti bi Asih yang memberitahu orang tuanya jika ia memarahi para pelayan.
Violet tidak menyahut panggilan dari kedua orang tuanya, ia mengacuhkan dan hanya diam, pikirannya sedang kacau sekarang.
Gerald dan Kasih menghampiri Violet, sekilas melihat para pelayan dan kondisi kamar Violet yang sangat berantakan, tidak seperti biasanya yang selalu bersih dan rapi, lalu Kasih hanya menggeleng kecil melihat ketakutan para pelayan itu kepada anaknya.
"Ada apa ini?" tanya Kasih pada para pelayan.
"Kami minta maaf nyonya karena telah membuat gelang nona hilang," jawab salah satu pelayan.
"Gelang," gumam Kasih.
"Kalian menghilangkan gelang putri saya?" tanya Gerald dengan tegas.
Suara Gerald yang tegas membuat para pelayan tersebut semakin takut.
"Kami tidak tau tuan, karena kami tidak pernah melihat gelang tersebut di kamar nona," jawab pelayan.
Gerald marah karena ia memang tidak bisa melihat jika putri kesayangannya itu bersedih apalagi sampai menangis, ia tidak akan memaafkan siapapun yang melukai putrinya.
Kasih yang melihat kemarahan suaminya, langsung menatap Violet yang dari tadi melamun, Kasih dan Gerald tahu penyebab putri mereka bersedih, Kasih duduk di samping Violet dan menggenggam tangan kedua putrinya. Sehingga Violet sadar dari lamunannya dan menatap mata Kasih.
"Sayang, kamu bilang apa sama mereka, sampai mereka berlutut begitu?" tanya Kasih dengan lembut.
"Aku pecat," jawab Violet dengan ekspresi datarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET (END)
Teen FictionMereka bilang, dirinya sempurna. Kaya, cantik, pintar, populer, multitalent. Kesempurnaan adalah miliknya, Violet Berlian Gerald. Seolah, dirinya tidak memiliki kecacatan sedikitpun. Tapi, siapa sangka. Ia memiliki masalah dan trauma yang tidak dike...