Setelah kejadian di taman Violet tidak pernah lagi mendapatkan chat, telpon atau apapun itu dari Vinsen.
Sekarang Violet seorang diri berjalan di koridor sekolah, saat bersamaan Vinsen dan Cinta berjalan berdua dan posisi mereka dalam arah berlawanan.
Tangan Cinta yang menggandeng tangan Vinsen dan Vinsen membiarkan itu, Violet sedikit menoleh ke arah Vinsen dan berharap Vinsen menyapanya. Tetapi saat posisi mereka sudah mulai dekat, Vinsen tidak sama sekali melihat ke arah Violet, Vinsen melewati Violet begitu saja.
Violet tentunya merasa sedih, tetapi ia menutupi kesedihannya itu. Ia bersikap biasa saja.
"Lo gak boleh sedih, ini yang lo mau. Akan lebih baik kalau Vinsen bisa melupakan lo," batin Violet.
Sebagian orang di koridor yang melihat itu jadi bertanya tanya melihat sikap Violet dan Vinsen. Mereka sudah lama curiga jika Violet dan Vinsen putus, karena jarang melihat kedekatan diantara mereka berdua.
Tetapi sebelum-sebelumnya setiap ditanya kepada Violet ataupun Vinsen, mereka selalu mengatakan kalau mereka belum putus atau masih baik baik saja.
Mereka baru sekali ini melihat kejadian ini karena selama Violet dan Vinsen tidak berbicara mereka sama sama menghindar dari semua orang agar tidak ada yang curiga melihat mereka. Tapi sekarang mereka melihatkan kerenggangannya di depan semua orang.
Melihat hal ini menjawab pertanyaan seluruh siswa SHS mengenai status hubungan mereka yang telah berakhir.
Saat sudah jauh dari Violet dan tidak ada siswa lainnya, Vinsen melepaskan genggamannya dari tangan Cinta.
Cinta menatap Vinsen dengan tatapan tidak suka dan kesal.
"Kok di lepas?"
"Cin, kan Violetnya udah pergi,"
"Cuma karna ada Violet? jadi kalau gak ada dia gak boleh gitu?"
"Cinta, gue gak mau semakin menyakiti Violet,"
Cinta memutar bola matanya dengan malas.
"Nyakitin gimana sih maksud lo? Dia yang nyakitin lo. Buktinya dia minta putus,"
"Pasti dia gak serius ngomong gitu, gue yakin,"
"Vin, bukak mata lo dan bukak hati lo. Dia itu gak punya perasaan apa apa lagi sama lo, dia gak sayang lo lagi,"
Vinsen hanya diam, ia memikirkan Violet. Ia memikirkan kenapa Violet akhirnya menyerah.
Cinta memeluk Vinsen, ia sandarkan kepalanya di dada bidang Vinsen. Karena tinggi Cinta yang hanya sebatas dada Vinsen.
Vinsen sedikit kaget dengan apa yang dilakukan Cinta.
"Vin, gue-gue suka sama lo,"
Perkataan Cinta membuat Vinsen melepaskan pelukan Cinta dengan pelan dan ia menatap Cinta dengan bingung, kenapa Cinta bisa mengatakan hal itu.
"Maksud lo apa?"
"Gue suka sama lo, gue punya perasaan lebih dari seorang sahabat Vin, gue sayang sama lo Vin,"
"Cinta, lo seharusnya gak punya perasaan itu Cin, gue gak mungkin bisa balas perasaan lo Cin, gak akan pernah bisa,"
"Tapi kenapa? Lo udah putus juga dari Violet, kita udah lama saling kenal, kenapa gak bisa?"
Vinsen memegang kedua bahu Cinta.
"Cinta tatap mata gue,"
Lalu Cinta menatap mata Vinsen.
"Gue ini sahabat lo, gue anggap lo sebagai sahabat dan adik gue, gak lebih dari itu. Jangan rusak persahabatan kita karena perasaan gak jelas ini Cinta,"
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET (END)
Teen FictionMereka bilang, dirinya sempurna. Kaya, cantik, pintar, populer, multitalent. Kesempurnaan adalah miliknya, Violet Berlian Gerald. Seolah, dirinya tidak memiliki kecacatan sedikitpun. Tapi, siapa sangka. Ia memiliki masalah dan trauma yang tidak dike...