Hari kedua ujian setelah pulang sekolah Clara menunggu Violet di depan pintu. Karena ujian semester maka ruangan dibagi sesuai abjad nama, Violet dan Jane satu ruangan.
Saat Violet keluar dari ruang ujian, Jane keluar dari pintu ruangan dan melirik sekilas ke arah Violet dan Clara.
"Gue duluan Vi," kata Jane.
"Hm," respon Violet.
Jane meangguk lalu pergi meninggalkan Violet dan Clara berdua. Jane merindukan pertemanannya yang dulu bersama Violet, tetapi diantara mereka memiliki ego yang tinggi untuk saling mengalah.
"Vi, gue ke toilet bentar ya, lo tunggu di parkiran aja," kata Clara.
Violet mengangguk.
"Hm!"
Lalu Clara meninggalkan Violet, ketika Violet menuju parkiran. Violet melihat Vinsen dan Cinta jalan berdua, tetapi Vinsen berada di depan dan Cinta mengikuti Vinsen dari belakang.
Violet tidak mengerti, kakinya bergerak juga mengikuti Vinsen dan Cinta, ia mengikuti dari belakang tanpa sepengetahuan Vinsen dan Cinta.
Vinsen dan Cinta berjalan berdua. Wajah Vinsen tampak serius dan Cinta tampak sedih. Tadi Cinta meminta Vinsen berbicara dengannya. Sampailah mereka di belakang sekolah yang sepi tanpa siapapun.
"Lo kenapa Vin? Lo kenapa ngejauhin gue?"
"Gue bukan ngejauhin lo Cinta, gue cuma jaga jarak,"
"Tapi kenapa? Emang gue ada salah?"
"Gak, lo gak salah apa apa!"
"Terus kenapa lo ngejauhin gue? Atau ini karna Violet ya. Dia ngomong apa sama lo? Dia minta lo ngejauhin gue?"
Cinta seperti ketakutan dan air matanya sudah mulai mau keluar.
"Violet gak minta gue buat ngejauhin lo, dia gak pernah sekalipun minta itu."
Vinsen berbicara dengan lembut agar tidak menyakiti perasaan Cinta.
"Kalau gitu, kenapa 3 hari ini lo jarang bales chat gue, gak mau angkat telpon gue, lo selalu menghindar Vin!"
Cinta sudah mengeluarkan air matanya dan sangat terlihat sedih.
"Gue gak mau semakin menyakiti perasaan pacar gue, Cinta. Gue udah menyakiti dia. Dia pacar gue dan seharusnya gue percaya sama dia!"
Mendengar itu Cinta mengernyitkan dahinya.
"Karna dia pacar lo, jadi lo percaya sama dia gitu? Gue sahabat lo, lo lebih lama kenal gue dibanding dia. Bahkan sahabat sahabatnya aja lebih percaya gue kebanding dia. Kenapa lo harus percaya sama dia?"
Cinta bahkan sudah berbicara dengan emosi dan bernada tinggi.
Vinsen bahkan juga emosi mendengar perkataan Cinta.
"Lo emang sahabat gue Ta, tapi Violet pacar gue. Dia gak mungkin ngelakuin itu Cinta, kalau dia mau nyakitin lo. Udah dari awal dia ngelakuin itu dan Violet bukan type orang yang mau nyakitin orang lain, Cinta."
Cinta yang tidak pernah mendengar Vinsen berbicara seperti itu menjadi menangis.
"Lo bentak gue, cuma gara gara Violet. Lo tega, bahkan lo mikir gue ngelakuin itu. Gue benci lo. Mending gue mati aja, gue kehilangan semua orang yang sayang sama gue dan sekarang gue harus kehilangan lo juga. Gue gak mau hidup, mending gue mati,"
Lalu Cinta mengeluarkan pisau lipat berukuran sangat kecil dari saku blazer-nya. Piau yang tidak tahu berasal dari mana. Ia membuka lipatannya dan mundur ke belakang dan membuat pisau yang tajam itu ke atas pergelangan tangan kanannya dan hampir mengiris pisau itu ke nadi tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET (END)
Teen FictionMereka bilang, dirinya sempurna. Kaya, cantik, pintar, populer, multitalent. Kesempurnaan adalah miliknya, Violet Berlian Gerald. Seolah, dirinya tidak memiliki kecacatan sedikitpun. Tapi, siapa sangka. Ia memiliki masalah dan trauma yang tidak dike...