Vote and comment.
Harap jangan jadi silent readers.
Paling tidak kalian bisa vote.
Happy reading
Beberapa hari ini hubungan Violet dan Vinsen baik baik saja tanpa ada pertengkaran. Selama beberapa hari ini pula Vinsen sedikit menjaga jarak dengan Cinta, seperti ia jarang menjemput dan mengantar Cinta sekolah, bahkan ia tidak terlalu sering berbicara dengan Cinta, apalagi Violet berada disana dan Cinta bisa merasakan perbedaan itu.
Tapi hanya menjaga jarak sedikit saja tidak terlalu jauh, seperti sekarang ia berada di ruang klub musik melihat latihan antara Vinsen dan Oliv. Vinsen memainkan gitar dan Oliv memainkan biola. Di ruangan itu juga ada Sheina, Jane, dan Hans. Sedangkan Justin dan Rian belum berada diruangan itu. Begitupun Violet yang belum terlihat.
"Sheina, gue keluar bentar ya mau beli minum, soalnya minuman kopi gue udah mau habis," kata Cinta sambil memegang sebuah minuman kopi gelas.
"Iya," jawab Sheina.
Lalu Cinta menuju pintu, saat ia ingin menutup pintu tidak jauh dari klub musik ia melihat Violet dari kejauhan, dalam waktu seketika wajah Cinta berubah seperti orang menahan marah.
"Itu dia orang yang udah buat Vinsen jauh dari gue," gumam Cinta.
"Gue bakal bikin lo jauh lagi dari Vinsen bahkan dari semua orang," batin Cinta lalu ia tersenyum miring.
Saat Violet sudah berada di depan pintu ruang klub dan ingin masuk, Cinta menghalangi Violet masuk dan Violet menatap datar Cinta sedangkan Cinta tersenyum manis ke Violet.
"Vi, ada waktu gak? Gue mau bicara empat mata sama lo,"
"Gak,"
Mendengar itu dihati Cinta ia sangat kesal tapi di wajah ia tetap tersenyum.
"Sebentar doang Vi, ada hal penting yang mau gue omongin soal Vinsen,"
Mendengar nama Vinsen ntah kenapa Violet tertarik.
"Ok,"
Lalu Violet jalan duluan dan Cinta sengaja membuka pintu ruang klub musik sedikit.
Cinta mendahului Violet dan berhenti tidak jauh dari ruang klub musik.
"Disini aja kita bicaranya Vi,"
"Cepettan,"
Cinta tersenyum.
"Vi, kenapa lo nyuruh Vinsen ngejauhin gue?"
"Gue gak pernah ngelakuin itu,"
Violet menjawab dengan ekspresi datar dan cara ngomongnya yang dingin. Violet jujur ia tidak pernah melakukan itu, karena memang ia tidak pernah melakukannya.
"Lo jujur aja Vi, gue gak bakal marah kok,"
Cinta dengan lembut berbicara dan senyuman palsunya dan Violet tahu itu palsu.
"I'm truth and who cares, if you angry or not,"
Mendengar itu membuat Cinta yang tadinya tersenyum menghilangkan senyumannya.
"Lo emang sombong, orang kayak lo gak pantas bahagia,"
Mendengar itu Violet tentunya marah tetapi ia bisa mengontrol emosinya dan tetap melihatkan ekspresi datarnya.
"Oh ya,"
"Ngeselin banget sih lo,"
Violet tersenyum miring melihat Cinta yang tersulut emosi. Cinta kesal dengan senyuman miris Violet.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET (END)
Ficção AdolescenteMereka bilang, dirinya sempurna. Kaya, cantik, pintar, populer, multitalent. Kesempurnaan adalah miliknya, Violet Berlian Gerald. Seolah, dirinya tidak memiliki kecacatan sedikitpun. Tapi, siapa sangka. Ia memiliki masalah dan trauma yang tidak dike...