Vote and comment.
Jangan jadi silent readers.
Happy reading😊
Langit mendung dan angin sedikit kencang. Violet turun dari motor Vinsen. Mereka ada di depan gerbang rumah Violet.
Violet menatap cemas ke arah atas melihat cuaca yang tidak bersahabat. Kakeknya sedang tidak berada di rumah. Papa dan mamanya belum pulang padahal sudah masuk bulan ke tiga mereka berada di Paris. Walapun di rumahnya banyak pelayan dan bodyguard tapi ia tetap merasa ketakutan.
Vinsen melihat kecemasan yang ada di wajah Violet. Lalu Vinsen menggenggam ke dua tangan Violet.
Violet menatap Vinsen dan mereka saling menatap."Lo jangan takut, ingat hujan itu membawa kebahagiaan. Lo ingat Allah yang akan selalu jagain lo," kata Vinsen dengan lembut.
Violet mendengar itu jadi tersenyum dan sedikit tenang.
"Satu lagi ingat gue," kata Vinsen.
Violet mendengar itu jadi memutar matanya.
Vinsen terkekeh melihat ekspresi Violet.
"Ya udah masuk gih," kata Vinsen.
"Mau hujan lo gak pakek jaket?" tanya Violet.
"Gak, lupa gue bawanya," kata Vinsen.
Lalu handphone Vinsen berbunyi dan Vinsen membuka handphone nya setelah melihat layar handphone nya ia langsung menyimpan handphone di sakunya.
"Gue balik dulu ya Vi," kata Vinsen sedikit terburu buru.
"Hm, hati hati," kata Violet.
Lalu Vinsen melajukan motornya.
Violet sekarang berada di kamarnya hujan mulai turun walaupun kamarnya kedap suara tapi kilatan dan air hujan itu masih terlihat dari celah kaca jendela kamarnya.
Walaupun kamarnya ber ac tapi tetap mengalir keringat di pelipisnya. Violet mengambil handphone nya dan menggunakan handsfree di telinganya menghidupkan sebuah lagu yang menenangkan pikirannya dan mengingat kata kata Vinsen. Hal itu membuat ia sedikit tenang dan terlelap dalam tidurnya.
💡💡💡
Violet masih menggunakan seragam sekolahnya sekarang berada di depan sebuah rumah mewah yang berada di kawasan komplek elit. Rumah ini bewarna putih dengan taman di depan rumah. Violet memarkirkan motornya di tepi jalan karena memang jalanan ini sepi.
Ia memasuki perkarangan rumah yang tidak di jaga oleh satpam dan memencet bel yang ada di dekat pintu dan tidak lupa dengan sebuah bingkisan di tangannya.
Tidak lama ia menunggu, seorang wanita tua yang umurnya tidak berbeda jauh dengan bi Asih membuka pintu.
"Eh ada neng geulis cari siapa neng eh non?" tanya wanita itu dengan ramah.
"Apa benar ini rumah Vinsen bu?" tanya Violet dengan ramah.
"Benar non, non temannya den Vinsen?" tanya wanita itu.
Violet hanya tersenyum dan meangguk.
"Kalau begitu silahkan masuk non," kata Wanita itu dan membawa Violet masuk ke dalam rumah.
Wanita itu membawa Violet ke ruang tamu.
"Non silahkan duduk, mau minum apa? panggil saja saya bibi Ina saya pembantu disini," kata Bi Ina.
"Iya Bi, air putih saja," kata Violet,"bi ini, saya gak tau harus bawa apa," kata Violet memberikan bingkisan berisi buah buahan.
"Non mah repot repot, makasih ya, tunggu sebentar ya non, bibi panggilkan nyonya juga," kata Bi Ina.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET (END)
Teen FictionMereka bilang, dirinya sempurna. Kaya, cantik, pintar, populer, multitalent. Kesempurnaan adalah miliknya, Violet Berlian Gerald. Seolah, dirinya tidak memiliki kecacatan sedikitpun. Tapi, siapa sangka. Ia memiliki masalah dan trauma yang tidak dike...