Bagian sekolah SHS di sudut sekolah yang jarang ada siswa berkeliaran di sana. Ada seorang siswa cewek dan cowok sedang berbicara. Si cewek mendengar si cowok berbicara sambil melanjutkan membaca novelnya, dan si cowok yang terus berbicara sambil menatap si cewek.
Mereka adalah Vinsen dan Violet. Semenjak kejadian Vinsen mengetahui phobia Violet, mereka menjadi lebih dekat tapi tidak diketahui oleh siswa lainnya termasuk teman teman mereka. Violet menemui Vinsen karena Vinsen menghubunginya tadi dan Violet tidak suka dikantin yang sangat ribut akibat anggota klub yang mempromosikan klubnya.
"Vi, kapan lo mau jadi pacar gue?" kalimat pertama Vinsen, tapi tidak sedikitpun nampak wajah serius nya mengatakan itu.
"Lo nembak gue?" tanya Violet dengan dingin dan masih dengan novelnya.
Sebenarnya Violet sudah biasa mendengar Vinsen berbicara seperti itu, semenjak Janji itu mereka menjadi dekat.
"Bukan, kalau lo udah mau, bilang ke gue, supaya gue bisa persiapin yang romantis pas nembak lo," kata Vinsen.
"O," kata Violet.
"Jadi kapan?" tanyanya lagi.
"Nggak tau, gue belum suka sama lo," jawab Violet dengan ekspresi datarnya.
"Oke, nanti kalau lo udah suka sama gue, lo harus bilang!" kata Vinsen.
"Hm,"
"Jangan terlalu lama juga Vi!" kata Vinsen.
"Iya." Violet menutup novelnya.
Saat Violet menutup novelnya ia melihat seorang siswa cewek berjalan lurus dengan langkahnya yang letih tapi ia terus berjalan. Tapi Violet tidak perduli dan terus menatap ke arah Vinsen.
"Vi, besok lo free gak?" tanya Vinsen.
"Nggak, besok teman teman gue mau belajar bareng di rumah," jawab Violet.
"Karna Ujian sialan itu ya?" tanya Vinsen dengan wajah kecewanya.
"Hmm," jawab Violet
"Tapi besok chat gue dibales jangan dianggurin," kata Vinsen.
"Iya," jawab Violet.
"Jawaban lo Iya mulu," kesal Vinsen.
"Nggak," kata Violet dengan ekspresi datar.
"Jangan IYA aja, bagusan itu," kata Vinsen sambil nyengir.
Lalu mereka terus melanjutkan pembicaraan dengan pembahasan yang tidak jelas.
********
Dikoridor sekolah yang sepi seorang siswi cewek berjalan sendiri dengan langkahnya yang pelan tapi pasti. Ditatapannya hanya tatapan kosong.
Terus berjalan menatap ke depan, dengan raut wajahnya yang suram. Mata nya yang sembab tapi tetap melihatkan raut wajah imut di wajahnya yang kecil.
Kakinya terus melangkah menaiki satu persatu anak tangga tanpa henti hingga ia meneteskan bulir putih dari matanya.
Sampai ia di tempat tujuan membuka pintu yang tak terkunci. Melangkah perlahan menyusuri rooftop tersebut. Benar, sekarang ia ada di rooftop sekolah ini. Ia terus berjalan sampai lah ia di pembatas atap. Cukup tinggi lalu ia mengambil sebuah bangku dan mulai menaikinya perlahan. Pikirannya yang kosong membawa ia ke dalam bencana kematian.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLET (END)
Teen FictionMereka bilang, dirinya sempurna. Kaya, cantik, pintar, populer, multitalent. Kesempurnaan adalah miliknya, Violet Berlian Gerald. Seolah, dirinya tidak memiliki kecacatan sedikitpun. Tapi, siapa sangka. Ia memiliki masalah dan trauma yang tidak dike...