Taeyong berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Langkah kakinya yang dibalut pantofel Chanel bergema mengisi lantai VIP yang sepi.
Tangannya terangkat melambai saat melihat 2 orang saudaranya yang telah lebih dulu sampai disana.
"Gimana keadaan Pak Bos?" Tanya Taeyong begitu tiba di depan ruang operasi.
"Belum mati." Jawab Kai.
"Kata dokter asal dipasang ring bakal nggak kenapa - kenapa." Sahut Taemin yang duduk dengan kaki menyilang sambil memainkan Nintendo Switchnya.
Taeyong mengangguk lega. "Udah berapa lama operasinya Kak Taemin?" Tanya Taeyong pada kakak pertamanya itu.
"Mau 2 jam." Jawab Taemin setelah mengerling jam rolexnya sekilas.
Tak lama kemudian suara langkah kaki yang berisik membuat ketiganya menoleh dan menemukan adik mereka berjalan dengan terburu - buru.
"Da jia hao, ayahanda ottoke?" (Hai semua, ayahanda gimana?)
"Ngomong apa sih?" Dahi Kai berkerut mendengar bahasa yang asing di telinganya.
Taemin memberikan pelukan hangat pada Lucas. "Masih hidup kok."
"Alhamdulillah." Ujar Lucas lalu beralih memeluk Kai dan Taeyong bergantian.
Keempat bersaudara itu duduk sambil mengobrol basa basi setelah lama tak bertemu.
Nggak berselang lama, satu lagi saudara mereka muncul.
"Kembaranku!" Sambut Lucas penuh semangat.
"Guys, how is Ayahanda?"
"Lo kenapa rapi banget Mark?" Tanya Kai heran dengan Mark yang datang dengan setelan jas hitam - hitam. Sementara dia sendiri cuma pake hoodie, celana jeans bolong - bolong, dan sneaker yang semuanya Gucci.
"Tadi Om Chanyeol telepon bilang Ayah sekarat." Chanyeol itu tangan kanan Baekhyun yang udah dianggap kayak keluarga. "Gue siap - siap aja siapa tahu nyampe sini harus langsung ke rumah duka." Jelas Mark.
"Lah buset buruk amat pikiran lo." Komentar Taeyong.
"Ya mana tau Kak. Canada -Jakarta 'kan jauh. Just in case he didn't make it." Mark mengedikkan bahu.
Operasi berlangsung sekitar 3 jam dan berjalan dengan sukses. Baekhyun dipindahkan ke ruang rawat dan para putranya bersiap untuk menjenguknya. Mereka berkumpul di ruang tamu kamar rawat VVIP yang besarnya udah kayak apartemen 3 kamar di SCBD.
"Ini kurang siapa ya?" Tanya Chanyeol menghitung jumlah putra Baekhyun yang harusnya ada 6.
"Ten." Jawab Taeyong, matanya sibuk memperhatikan pergerakan saham di layar iPadnya.
"Kemana lagi si bangsat satu itu?"
"Si bangsat itu ada disini!" Sebuah suara cempreng terdengar dari arah pintu, menampakkan sosok cowok berambut hitam dengan kemeja satin yang kancing atasnya dibuka 3. Dia berjalan masuk sambil mencopot kacamata hitamnya.
"Darimana aja lo Ten? Bukannya lo 1-1nya yang ada di Jakarta?" Tanya Taemin.
"Pas bangun gue ada di Bangkok." Ten menghempaskan diri ke sebuah sofa di sebelah Lucas.
"Lah kok bisa?" Tanya Mark.
"Nggak inget. Padahal semalem gue lagi party di Seminyak." Ten menggaruk kepalanya, mencoba memanggil memori semalam yang terhalang alkohol.
"Anyway, gue nggak bakal setelat ini kalau bukan gara - gara Lucas!"
"Mwo?! (Apaan?!) Kak Ten kok dateng - dateng nyalahin gue?"
"Gara - gara jetnya dipake jemput lo, gue jadi harus nunggu!"
"Yaelah, kenapa nggak beli lagi aja?" Tanya Kai.
"Maunya juga gitu. Tapi pesawatnya nggak ready. Gue disuruh nunggu sampe besok. Keburu si duda bangkotan modar." Jawab Ten sambil menggerak - gerakkan tangannya dengan sebal.
"Yaudah. Yang penting semua udah ngumpul," ujar Chanyeol, menarik atensi para kakak beradik itu sebelum mereka mulai berdebat.
"Jadi gimana si duda bangkotan itu? Katanya serangan jantung?" Ten memangku dagunya sambil menatap Chanyeol.
"Baik - baik aja. Dia sempet pingsan, tapi bukan serangan jantung. Ada penyempitan di pembuluh darahnya. Sama dokter disuruh pasang ring. Harusnya bentar lagi dia sadar." Jelas Chanyeol.
"Yah, nggak jadi bagi - bagi warisan dong." Ten berujar kecewa.
"Yakin banget lo bakal di kasih bagian?" Seringai Kai.
"Helloooo??? Gue 'kan kesayangan Ayahanda." Balas Ten.
Mark tiba - tiba ketawa. "Kesayangan Ayahanda ya gue lah? Gue yang paling kecil."
Taeyong berdeham. "Kalo ngomongin kesayangan, itu jelas gue."
Taemin ngeliatin aja, karena dalam hati dia yakin dia yang bakal nerima warisan paling besar secara dia anak pertama.
Kalau Lucas sih nggak peduli masalah begituan, dia mah yang penting uang jajan ditransfer terus.
"Guelah!"
"Jelas gue!"
"Dibilangin kok ngeyel!"
"Udah cukup! Bapak lo udah sadar tuh. Ayo masuk!" Chanyeol berdiri dari kursinya dan memimpin anak - anak masuk ke kamar Baekhyun.
"Baru inget lo pada kalo masih punya Bapak?" Tanya Baekhyun dari atas kasur begitu melihat anak - anaknya berjejer di sekelilingnya.
Taemin sebagai yang pertama buka mulut, "maaf Ayah. Tahu sendiri bisnis kita banyak, sibuk banget ngurusinnya."
"Apalagi aku Yah. Udah sibuk kerja, harus ngurusin Haru juga." Kilah Kai, menyeret nama putrinya.
"Aku juga lagi sibuk ngurusin pernikahan Yah. Jadi maaf deh kalo nggak sempet nengokin." Taeyong tersenyum berharap Baekhyun luluh.
"Ape lo? Mau alasan apa? Lupa kalo punya rumah?" Nyolot Baekhyun sebelum Ten bisa beralasan. Dia nggak habis pikir sama Ten yang lebih memilih tinggal di hotel daripada pulang ke rumah mereka di Pondok Indah.
Ten cuma cengar - cengir. "Sibuk bersosialisasi Yah."
"Mulai hari ini kalian semua pulang ke rumah! Pokoknya nggak ada lagi tinggal sendiri - sendiri!" Seru Baekhyun lantang walau baru sadar dari operasi.
Berbagai ekspresi terkejut mewarnai wajah ganteng putra - putranya, diiringi protes tak setuju.
"But how is my school?!" Seru Mark.
"Wo de sekolah ottoke?" (Sekolah gue gimana?) Bingung Lucas.
"Ya tinggal pindah aja, apa susahnya?" Balas Baekhyun.
"Ayah kenapa tiba - tiba sih? Kerjaan kita gimana dong?" Taemin nggak senang dengan perintah ayahnya itu.
"Kamu nggak kasihan apa Bapakmu ini tinggal sendirian? Pingsan di rumah aja baru ketahuan berjam- jam kemudian. Untung gue nggak sampe mati!" Keluh Baekhyun. Sedih juga dia punya banyak uang, rumah gede, tapi kesepian.
Anaknya banyak, tapi nggak ada satupun yang ada didekatnya.
Setelah kejadian hampir bertemu maut ini, Baekhyun jadi sadar kalau dia harus memanfaatkan waktunya dengan lebih baik. Dia pengen lebih dekat dengan anak - anaknya.
Sebelum saatnya berpisah benar - benar tiba.
PS.
Beneran ini bakal sangat random.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Super Makmur
أدب الهواةSaat uang bukan lagi masalah, apakah hidup jadi tanpa masalah? Published 24th June 2020