Istana Makmur yang luasnya setara dengan Dufan itu tampak sepi di malam minggu.
Hanya ada para pelayan yang leha - leha karena bosnya pada ngilang.
Bahkan Bapak Sooman selaku kepala asisten rumah tangga juga bersantai di teater istana, nonton Habibie Ainun untuk yang kesekian kalinya.
Beliau lagi menghayati banget bagian Bu Ainun marah - marah ke Pak Habibie yang kelewat sibuk. Air mata mulai mengumpul di ujung mata Pak Sooman, siap untuk jatuh.
BRUAK!!!
Pintu teater menjeblak terbuka ditendang oleh the one and only Ten Makmur.
"Woy dicariin malah disini!" Ten berkacak pinggang dengan wajah kesal.
"Ada apa Tuan Muda?" Pak Sooman mengusap matanya pelan lalu bangkit berdiri.
"Pak Sooman, Lucas laper," kata Lucas dari belakang Ten.
"Kenapa nggak minta Chef Juna masakin?" Tanya Pak Sooman kalem.
"Lucas takut." Jujur Lucas. Dia emang takut sama chef utama keluarga Makmur yang badannya banyak tato itu. Masakannya enak sih, tapi kalo nggak diabisin bakal dibentak - bentar.
Lucas sampai trauma waktu kecil nggak abis makanannya disuruh ngitung jumlah butir nasi yang tersisa. Terus push up sesuai jumlah yang dia dapat.
Udah kayak di militer.
Pak Sooman menghembuskan nafas pelan, padahal dia lagi seru nonton. Terpaksa harus ngurusin bocah - bocah tua ini.
"Ya udah, biar saya kasih tahu."
"Lagian ini mbak - mbak pada kemana deh? Berasa di rumah hantu gua, rumah sepi begini," ujar Ten yang mengekor di belakang Pak Sooman.
"Ih Kak Ten, Lucas don't like ya kalau bahas hantu - hantu!" Lucas memperingatkan kakaknya dengan mata melotot.
"Mendingan lo ati - ati," kata Ten dengan suara berbisik dan mata menyipit ke arah Lucas.
Lucas langsung celingak celinguk. Mereka bertiga lagi melewati selasar panjang menuju dapur yang ada di sisi utara rumah.
Malam itu benar - benar sunyi. Cuma gema suara langkah kaki mereka aja yang terdengar. Belum lagi lampu yang diredupkan karena Tuan Besar Baekhyun sedang mempraktekan sustainable living. Lucas tiba - tiba merasa bulu - bulu kuduknya berdiri.
"Kak Ten, Lucas takut." Tangan besar Lucas mencengkeram lengan Ten.
"Anjing geli!" Ten melepaskan diri.
Lucas mempercepat langkahnya lalu menggamit lengan Pak Sooman.
Mereka sedang berbelok menuju lobby yang ada di tengah istana saat terdengar suara derit pintu.
Kriieet kriieett krieeettt...
Pupil mata Lucas otomatis melebar. "Suara apaan tuh?"
"Paling cuma angin," jawab Pak Sooman santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Super Makmur
FanficSaat uang bukan lagi masalah, apakah hidup jadi tanpa masalah? Published 24th June 2020