43

93 10 0
                                    

Gue duduk di kursi belakang restoran dan menatap indah langit yang berwarna biru.Hembusan angin membelai halus rambut gue dan daun pohon sedikit bergoyang seakan-akan ingin mengajak gue menari.

"Udah Fi jangan nangis terus lah.Bangkit Fi lo bisa lupain dia.Dia udah ga peduli sama lo.Buktinya selama setahun lo mencoba buat hubungin dia tapi dia gak pernah ada kabar.Dan setelah dia mau kabarin lo.Dia cuma bilang Selamat.Cuma itu Fi.Udah jangan gini terus.Jangan tetesin air mata lo.Buktikan ke Nando kalau lo bisa bahagia tanpa dia.Mending lo cari cowok lain.Masih banyak orang yang mau sama lo.Secara lo kan cantik dan pinter masak.Udah lah nurut sama gue.Sekarang gue mau nanya ke lo.Lo mau tetap pertahankan hubungan lo yang gak pasti ini atau mending lo bahagia sama orang lain yang udah pasti?."

Seketika gue hanya diam.Gue masih memikirkan kata-kata Desi.Gue bener-bener bingung.Gue harus bertahan kayak gini atau bahagia sama orang lain.Jujur gue juga pengen bahagia,tapi gue masih ke inget Nando.Nama dia masih tersimpan di hati gue.

"Fia gue nanya sama lo.Lo mau gini terus apa mau bahagia sama orang lain?."
"Des gue bener-bener bingung Des.Di satu sisi gue juga pengen bahagia.Tapi di sisi lain nama Nando masih di simpan di hati gue Des."
"Udah lah move on Fi.Semua orang pada ngincer lo.Mereka semua pengen punya pacar yang cantik apalagi pinter masak kayak lo.Tapi lo malah masih setia sama orang yang ga pasti.Pikirin baik-baik ini Fi."
"Hiks.Gue masih setia sama Nando Des."
"Aduh Fia.Udah ah lupain aja.Tapi gue yakin suatu saat lo pasti pilih orang lain dan lo bakal lupain Nando.Udah jangan nangis mendingan kita masuk aja ke restoran Tante Dewi.Udah mau sore nih,dingin lagi.Entar lo masuk angin gue yang dimarahin Arhan.Dia kan tadi bilang ke gue jangan ngebut kasiah Fia kalau masuk angin.Udah ya masuk yuk nanti masuk angin.Ga kasian kalau gue di marahin Arhan?.Secara lo kan udah kayak adik kesayangannya Arhan."

Gue pun menuruti perintah Desi dan masuk ke dalam restoran.

"Halo non Fia."Sapa salah pak Eko sebagai sapam.
"Halo.Pak habis dari mana pak kok di dalam restoran?."
"Dari dapur non ambil secangkir kopi."
"Owh ibu ke mana pak?."
"Lagi belanja buat stok restoran non."
"Owh gitu."
"Eh non Fia kenapa kok kayak sedih gitu.Harusnya kan seneng non habis lulus SMA.Bajunya juga habis di coret-coret gitu harusnya kan seneng.Kenapa non Fia sedih?.Apa jangan-jangan non Fia gak lulus?."Kata pak Eko sambil tertawa.
"Eh sembarangan pak Eko ya lulus lah.Emang wajah Fia kelihatan kayak orang sedih apa orang Fia bahagia gini kok di bilang sedih."
"Ya habis non Fia kayak orang habis nangis sih."
"Ya udah Fia sama Desi masuk duluan ya pak."
"Iya non."

Gue sama Desi memasuki restoran dan secara tiba-tiba Desi menarik tangan gue.
"Fi tungu deh."Kata Desi sambil menarik tangan gue.
"Paan si sakit lur."
"Tu tu tu itu loh itu itu bukannya Dewa?.Ngapain ya dia di sini?."
"Iya itu Dewa.Udah ah ngapain ngurusin dia udah yuk ke dapur gue mau ngopi."
"Yeeee ngopi mulu lu.Temu in dia kek ngobrol gitu."
"Gak ah ngapain ngobrol sama dia.Ga penting."
"Ya elah ni anak.Gue tau dia masa lalu lo.Tapi apa salahnya coba cuma ngobrol bentar.Lagian selama lo putus sama dia lo kan jadi menjauh sama dia.Lagian gak baik juga kan musuhan gitu."
"Iya sih.Tapi gue.....".Suara gue kepengal.
"Udah lah kenapa lagi.Cuma ngobrol juga.Udah sono.Fi Fia Sono temu in dia ngobrol doang Fi."Kata Desi sambil mendorong gue mendekati Dewa.
"Ih apaan si lu tong.Udah jangan dorong dorong.Lepas ah Des Desi.Iya iya gue samper in dia."
"Nah gitu dong.Eh bentar gue ngikut".Kata Desi sambil berlari mengejar gue.

Kadal is my life || CompeletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang