Chapter 32

11.8K 553 28
                                    

Semua murid tampak kelelahan dan juga kepanasan. Bagaimana tidak? Sudah hampir 25 menit mereka berdiri di lapangan di temani dengan terik matahari yang begitu menyengat. Sedangkan kepala sekolah yang sedari tadi memberikan amanat seolah tidak begitu merasakan apa yang di rasakan oleh anak-anak murid nya.

"Aduhh, ni kepsek kapan berhenti ceramahnya sih, pegel kaki gue dari tadi, apalagi pasti sekarang kulit gue tambah hitam. Aaaa gue gak mau," keluh Clara.

"Sstt Clara kamu jangan berisik," ucap Aqila pelan.

"Ya abisnya gue kesel dari tadi, si kepsek enak di tempat yang teduh, sedangkan kita di tengah lapangan begini, kalo kayak gini terus mah lebih baik gue bolos aja dah," ujar Clara.

"Hooh bener banget Ra," sahut Aurel.

Aqila pun hanya terdiam menyimak pembicaraan kedua sahabatnya itu. Ia merasakan kepalanya semakin pusing. Namun Aqila tetaplah Aqila, ia terus berusaha untuk menahan pusing di kepalanya itu.

"Qil, muka lo pucat banget. Kita ke UKS aja yah," ucap Aurel khawatir.

"Gak usah Rel, aku baik-baik aja kok," kata Aqila sambil tersenyum kecil.

Ucapan Aurel pun terpotong oleh ucapan sang Kepsek di mikropon.

"Baiklah, sebelum mengakhiri semuanya, bapak ingin memberitahu kan kepada kalian semua, bahwa sekolah kita telah memenangkan Olimpiade Matematika yang di wakili oleh, Farrel Edward Sanjaya dan Aqila Felicia Elvarette. Kepada Ananda Farrel dan Aqila dipersilahkan untuk maju kedepan," ucap sang Kepsek.

Semua murid pun riuh bertepuk tangan.

"Qil nama lo di panggil tuh, buruan maju kedepan," kata Clara.

"Heh, curut lo gak liat, si Aqila tuh mukanya pucet banget. Terus gimana kalo dia ping----

"Rel, kamu jangan khawatir aku masih kuat kok. Kalo kayak gitu aku kedepan dulu yah," ucap Aqila sambil melangkah kan kakinya menuju panggung kecil di depan lapangan.

Aqila terus berjalan sambil memegangi kepalanya. Pusing di kepalanya semakin menjadi, namun Aqila tetap menguatkan dirinya agar tidak pingsan.

Dan kini Aqila telah berdiri di samping Farrel yang sedari tadi memperhatikannya dengan khawatir. Aqila pun membalas tatapan Farrel seolah berkata 'tidak usah khawatir, aku baik-baik aja'.

"Nah, sekarang kedua murid kebanggaan sekolah kita telah berdiri di hadapan kalian semua. Farrel, Aqila bapak ucapkan terimakasih kepada kalian berdua, karena berkat kalian sekolah kita dapat memenangkan lomba ini. Bapak bangga sama kalian, tetap pertahanan prestasi kalian yah. Dan ini ada sebuah piala dan juga piagam untuk kalian berdua. Bu Winda tolong berikan piala dan juga piagam untuk mereka berdua," ucap sang Kepsek.

Bu Winda pun memberikan piala dan juga piagam kepada Aqila dan juga Farrel.

Semua murid pun riuh bertepuk tangan sambil bersorak ria.

Sementara Aqila, kini ia tengah berusaha mati-matian menahan pening di kepalanya itu. Namun ia merasa sudah tidak kuat lagi. Dan seketika semuanya menjadi buram. Terakhir, ia mendegar ucapan Farrel yang memanggil namanya, dan seketika semuanya menjadi gelap.

* * *

"Ha-us," lirih Aqila.

Athala yang berada di samping brankar Aqila pun segera memberikan Aqila minum.

"Akhirnya kamu sadar juga sayang. Abang khawatir sama kamu," ucap Athala.

Aqila membalas ucapan Athala seraya tersenyum tipis. "Aku ada dimana bang?," tanya Aqila.

POSSESSIVE FAMILY & BROTHER'S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang