Chapter 41

13K 968 273
                                    

Infus yang semula menempel di tangan mungil nya, kini telah di lepas. Aqila berniat untuk pergi, bukan melarikan diri. Ia tak mau lagi merepotkan David.

Sebelum pergi, Aqila sempat menulis sepucuk surat untuk David dan menaruhnya di atas nakas di sebelah brankar.

Setelah itu, Aqila berjalan keluar ruangan dengan langkah nya yang sedikit pincang, karena jahitan di kaki kirinya itu masih belum kering.

Sesampainya di depan rumah sakit, Aqila bingung ia harus pergi kemana lagi. Keluarga nya telah mengusirnya. Keluarga? Aqila bingung definisi dari sebuah keluarga itu seperti apa? Jika cuma status saja untuk apa? Apa bisa di katakan keluarga jika disana saling menyakiti? Bukan. Bukan kekerasan dalam bentuk fisik. Fisiknya baik-baik saja maksudnya sekarang baik-baik saja. Tapi bagaimana dengan batinnya?

Tatapan Aqila yang semula sendu, berubah menjadi sebuah tatapan kosong.

Aqila tak sadar, bahwa sebuah mobil melaju dengan kecepatan tinggi dari arah kanan. Pengemudi mobil itu terus memencet klakson agar Aqila menghindar. Namun naas, sedetik kemudian, mobil itu pun berhasil menabrak Aqila.

Tubuh Aqila terpental cukup jauh dari tempat kejadian. Sedangkan mobil yang menabraknya pun langsung melarikan diri.

Banyak warga yang berkumpul untuk melihat korban tabrakan itu. Untung saja pegawai rumah sakit langsung membawa Aqila untuk segera di tangani.

Saat ini David sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Namun ketika di tengah perjalan, ia bingung mengapa banyak warga yang berkerumun di jalan. Mungkin ada yang kecelakaan, pikir David.

Setelah sampai di parkiran, David pun segera masuk ke dalam rumah sakit untuk menemui Aqila. Tak lupa juga, ditangannya David membawa sebuah parsel buah dan juga sebuah boneka beruang coklat.

Saat pertama kali membuka ruangan,  ternyata kosong, apa Qila di toilet?, pikir David.

David pun menaruh parsel dan boneka itu di atas ranjang. Kemudian David pun melangkahkan kakinya menuju pintu kamar mandi.

"Qila, kamu di dalam nak?," ucap David.

Hening. David tak mendengar suara gemercik air. Ia yang penasaran pun segera membuka pintu kamar mandi, dan tidak di kunci.

Ternyata kamar mandi pun kosong. Terus Aqila kemana?,  pikir David.

"Qila sayang, kamu dimana nak?," ucap David sedikit panik.

Tiba-tiba mata David pun berhenti ketika melihat selembar kertas di atas nakas. David pun segera membawa kertas itu dan mulai membaca nya.

'Dear Om David:)'

Maaf ya, jika Om kesini tapi Qila udah gak ada...
Om, Qila mau ucapin Terima kasih banyak karena Om udah mau nolong Qila yang jelas-jelas bukan siapa-siapa nya Om.
Qila gak mau terus-terusan ngerepotin Om, makanya Qila pergi aja Om..
Sekali Terima kasih Om...
Dan soal pergi ke Jepang, Qila gak bisa Om. Karena Qila takut keluarga Qila khawatir:)
Suatu saat nanti Qila pasti akan balas semua  kebaikan Om...

Salam manis,
Aqila Felicia:)

"

POSSESSIVE FAMILY & BROTHER'S (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang