👻💕 gak ngerti maksudnya

173 44 8
                                    







Tepat jam dua siang, Yuri akhirnya kembali datang ke kafe. Sontak hal itu membuat James yang sedari tadi berada di belakang meja bar menyambut dengan sumringah.

"Waduh, selamat siang Nona Kamila. Akhirnya datang juga," celetuk pemuda tinggi itu mendekat pada Yuri.

"Apaan sih. Gausah berlebihan," kata Yuri menoleh kanan kiri. "Yang lain mana?"

"Pake nanya lagi. Ya di dapur lah," sahut James seperti ngajak orang berantem.

"Maksudnya Bang Bimo, Bang Wisnu, sama—."

"Kalo Chenle mah belom dateng. Masih ada kelas sampe sore katanya," kata James memotong ucapan Yuri.

Yuri mengangguk pelan. Dia memang mencari Chenle untuk bicara pada pemuda itu. Yuri merasa tidak nyaman bila terus diam-diaman tanpa sebab begini sama Chenle.

"Kalian ada apa sih?" tanya James penasaran.

Yuri mengangkat bahunya. "Dia yang marah duluan sama gue. Aneh banget."

James menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Gue bingung mau ngasitau lo ini apa enggak. Tapi kayaknya lo harus tahu deh, Yur."

"Apaan?"

"Aduh ada Yuri," kata Bimo muncul dari dapur. "Kok malah disini bukannya ke dapur."

"Hehehehe. Oke, bang." sahut Yuri berjalan meninggalkan James begitu saja.

"Ta—tapi—"

"Biarin aja. Entar dia tahu sendiri dari orangnya," kata Bimo menarik kursi dan duduk di meja bar.

James menghela nafas. "Kasian dia tahu. Deket sama tunangan orang."

"Mereka cuma temenan. Yakin gua." Bimo melirik sedikit ke dapur. "Lo belum bilang apa-apa kan?"

"Belum lah udah lo potong duluan," jawab James jadi berbisik. "Tapi, Bim, Chenle kan menganggap dia lebih dari itu."

"Iya jugak sih," kata Bimo jadi bingung.

Kemarin saat Chaeryeong datang kemari dan Chenle menjelaskan semuanya sempat membuat Bimo terkejut. Salah Bimo juga gatau apa-apa perihal keluarga Chenle yang ternyata kaya berat.

"Gue gak nyangka bisa memperkerjakan anak orang kaya di kafe kecil-kecilan begini," gumam Bimo usai mendengarkan semua cerita Chenle kala itu, baik itu keluarganya maupun tujuannya kerja disini.

"Gue juga gak nyangka si Chenle suka sama Yuri. Padahal selama ini kita cuma becanda doang comblangin mereka berdua soalnya kalau mereka bersama itu jadinya cute parah," lanjut Wisnu memandangi lima anak muda yang masih berusaha menyelesaikan konflik di meja mereka.

"Kayaknya kita harus nanya Chenle gimana ceritanya dia suka sama Yuri walau gue gak kaget soal fakta ini sih," sahut James membuat mereka bertiga menoleh kearah James yang kebetulan berdiri di belakang.

"Tau dari mana lo?" tanya Bimo.

"Dari Tia."

"Hehehehe. Dari gerak-gerik Chenle sih taunya," kata Tia langsung memberikan alasan tanpa ditanya. "Waktu itu gue asal nebak, eh dia malah bilang beneran suka."

"Anjay," sahut Wisnu.

Kembali lagi ke sekarang.

Yuri memasuki dapur dan menemukan Tia ada disana. "Hai, kak," sapanya membuat Tia menoleh sejenak lalu tersenyum.

"Kamu sendirian dek?" tanya Tia sibuk memotongi cabe merah.

"Iya kak. Dianterin tadi," jawab Yuri. Kali ini bukan dianterin abang gojek tapi dianterin Daehwi.

Mau minta nganterin Seungmin kan dia boncengan sama Yeji. Mau minta nganterin Hyunjin ya jelas males lah.

Yuri mengambil celemeknya yang tergantung di lemari pojokan dan memakainya. Sejenak gerakannya terhenti karena menyadari di samping celemeknya ada celemek Chenle.

Jadi kangen.

"Hmm...Yuri," panggil Tia membuat Yuri membalik badan. "Habis kakak masak ini, kita ngobrol yuk."

Dahi Yuri sontak berkerut. "Tadi Bang James ngajakin ngomong juga. Emang ya pikiran kalian tuh sejalan banget tau gak."

Tia memutar bola matanya. "Gak gituh, Yur. Pokoknya habis kakak masak nih kita mesti ngobrol."

"Kak, kita lagi kerja loh bukan gibah," kata Yuri menghampiri Tia berniat mencuci piring yang kotor.

"Sebentar aja kok, dek. Tenang aja gak bakal menganggu kok," sahut Tia meyakinkan. Ia ingin sekali membicarakan semuanya pada Yuri.

Kalau Tia pikir, jadi Yuri itu gaenak. Teman dekatnya ternyata tunangan sama teman satu kontrakannya dan parahnya hanya Yuri yang tidak tahu sama sekali.

Tia marah begitu tahu semuanya namun ia tahan karena berusaha memaklumi Chenle yang juga ia anggap adiknya. Tapi Tia juga harus berpihak pada Yuri karena dia juga adalah korban.

"Yaudah deh nanti a—"

Perkataan Yuri terpotong begitu melihat Chenle masuk ke dapur. Chenle berjalan menunduk lalu meletakkan tas nya di sudut ruangan. Pandangan mereka bertemu tatkala Chenle mengangkat kepala dan hendak berjalan menuju keluar lagi.

Beberapa detik mereka berpandangan hingga Chenle yang terlebih dulu memutuskan kontak mata mereka. Pemuda berkulit putih itu berdehem sejenak sembari melihat kearah Tia. "Ada yang bisa dibantu, kak?"

Tia melirik mereka berdua bergantian lalu tertawa canggung. "Nggak kok, dek. Ini tinggal gorengin mie nya."

Chenle menganggukkan kepala. "Yur, nanti malam pulang bareng sama gue ya. Ada yang mau gue omongin."

Ini kenapa semuanya pada mau ngomong tapi gaada yang jadi sih????






⛄⛄⛄⛄







Hai aku kembali.....

jgn lupa vote dan komennya ya hehehehe ramein dong please wkwkwk




------
Minggu, 12 Juli 2020



Sweet Chaos (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang