Rumah kontrakan yang dihuni empat gadis itu terlihat sunyi di dalam karena semua penghuninya tengah sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Minju si mahasiswi Pendidikan Matematika kini sibuk di ruang tamu mengerjakan laporannya. Chaeryeong baru saja masuk ke kamar mandi usai latihan menari. Ryujin dan Yuri berada di dalam kamar namun tetap saja sibuk sendiri. Ryujin sedang sibuk bermain hape, Yuri sedang menelepon orangtuanya yang jauh.
"Ibu tenang aja. Duit aku masih cukup kok," ujar Yuri berusaha membuat Ibu nya tidak khawatir.
"Yakin? Padahal Ibu kirim waktu itu kayaknya nggak cukup deh, nak. Ibu kirim lagi aja ya," Yuri menggelengkan kepala walau Ibu tidak bisa melihat penolakan Yuri.
"Gausah, Bu. Mending duitnya buat sekolah adek aja. Sama keperluan yang lain," kata Yuri menolak halus, tahu jika kondisi ekonomi mereka pas-pasan.
Dari sebrang sana terdengar Ibu melengos. "Yaudah. Kalo kamu butuh duit langsung bilang ke Ibu ya, Nak. Atau kasih tau lewat adekmu soalnya telepon Ibu ini sering nggak ada pulsa."
"Diisi dong Bu kalo nggak ada. Entar masa aktifnya abis lagi," kata Yuri membuat Ryujin yang diam-diam nguping ikut menyengir.
"Ibu suka lupa, nak. Ini aja diingetin adekmu makanya ibu inget. Sekalian nanyain kabar kamu juga soalnya kamu jarang kasih kami kabar."
Yuri tersenyum miris. "Lain kali Yuri sering nelpon Ibu ya. Entar ditelponnya lewat hape adek aja."
"Yaudah. Ibu tutup telponnya dulu ya, nak."
"Lo bohong lagi ke nyokap lo?" tanya Ryujin usai sambungan telepon sudah terputus.
"Mau gimana lagi," kata Yuri mendesah berat. "Pokoknya gue harus dapet kerjaan di kafe itu," lanjutnya mulai bertekad.
Meski Yuri mendapatkan beasiswa, namun ia tidak bisa bergantung hanya pada beasiswa tersebut. Penghasilan Ayah dan Ibu tidak pernah berlebih. Adiknya, Dohyon juga butuh biaya karena tahun ini baru saja masuk SMA, itupun SMA swasta.
Itulah mengapa Yuri bertekad bekerja di sebuah kafe dekat kampusnya. Kalau perlu dia harus mengambil pekerjaan lain asalkan dapat uang tambahan.
Ryujin menegakkan tubuhnya menatap Yuri. "Lo yakin? Secara di jurusan lo aja pasti bakalan sibuk, ditambah lagi sama kerja part time, terus lo bakal masuk ukm seni."
Yuri langsung terkekeh, merasa heran mengapa Ryujin begitu khawatir. "Lo kayak nggak tau aja gue pas SMA gimana."
Meski saat SMA mereka tidak dekat, Ryujin dan Yuri saling mengenal satu sama lain. Ryujin cukup dikenal sebagai pentolan ekskul tari sedangkan Yuri cukup dikenal sebagai sekretaris osis dan ketua ekskul paduan suara.
"Ya kan gue cuma ngingetin, Yur. Pas kita SMA sama kuliah itu udah pasti beda. Jauh lebih sibuk sekarang lah pokoknya," kata Ryujin.
Yuri menganggukkan kepala paham. "Santai aja, Ryu. Gue bisa handle semuanya kok," katanya mencoba meyakinkan Ryujin. Setelah tadi pagi meyakinkan Minju sekarang ia harus meyakinkan Ryujin.
Untung Chaeryeong tidak ikut-ikutan.
Hape Yuri bergetar beberapa kali, membuat fokus dua gadis itu teralih. Kening Yuri mengerut ketika layar hape itu menampilkan chat dari nomor baru.
"Dari siapa?" tanya Ryujin ketika Yuri membaca chat yang masuk.
"Ini dari temen sejurusan gue. Nanya jadi masuk ukm seni apa enggak," kata Yuri tanpa menatap Ryujin karena jari dan kedua matanya fokus membalas chat tersebut.
"Jadi lo jawab apa?" tanya Ryujin lagi.
"Iya. Sekalian nyuruh gue ngambil formulir pendaftarannya besok."
"Ngambilnya dimana?"
⛄⛄⛄⛄
Sementara itu di tempat lain-
"HYUNJIN SIALAN LO APAIN HAPE GUEEEEEEEEE????" Teriak Daehwi begitu membaca roomchatnya dengan Yuri.
Hyunjin kembali merebut hape milik Daehwi.
"Entar. Itu dia nanyain ketemu dimana," katanya mengetikkan balasan.
"Gila lo," cibir Daehwi, kemudian membelalakkan mata membaca balasan yang diketik Hyunjin. "APAAN ANJING NGAMBIL FORMULIR PENDAFTARANNYA KE FT??"
"DAEHWI, HYUNJIN, KALO MAU RIBUT KELUAR LO PADA!!!!!!!," Teriak Lia karena tak tahan dengan kelakuan dua anak curut itu.
"Lagian Hyunjin ngapain sih main kesini mulu. Buat onar mulu kerjaannya," kata Tzuyu berkomentar.
"Ya mau gangguin kakak lah masa gangguin Daehwi," sahut Hyunjin tak berdosa sembari mencolek dagu kakak tingkatnya itu. Daehwi langsung menggeplak kepala Hyunjin kemudian berlalu mencari tempat kosong.
Saat ini mereka di sekretariat ukm seni. Lia dan Tzuyu sibuk mendata maba yang ikut UKM seni baik musik maupun teater. Daehwi sebagai perwakilan dari para maba ikut membantu. Sementara Hyunjin sedang gabut.
"Bener-bener Hyunjin bajingan," umpat Daehwi pelan membaca semua percakapan yang dikirimkan Hyunjin pada Yuri.
Kalandra D:
Malam, yuri :)
Ini gue Daehwi, temen
sejurusan lo.
Jadi gakbuat daftar ukm seni
nya?Kamila Yurinanda :
Eh, iya.
Gue kenal lo kok.Jadi, wi.
Kalandra D :
Oh, gituh ya? :)
Besok gue kasih aja ke lo
formulir pendaftarannya
Biar bisa langsung lo isi.
Btw, besok lo ngampus kan?Kamila Yurinanda :
Ngampus kok, wi.
Ketemu di lantai satu aja ya.Kalandra D :
Lantai satu jurusan maksud lo?
Jangan dong :(Kamila Yurinanda :
Yaahhhhh :(
Jadi dimana?Kalandra D
Dateng aja ke ft.
Di jurusan teknik mesinnya.
Kamila Yurinanda :Hahhh????
Jauh bener, wi.
(read)
Kalandra D :Hehehe nggak jadi di ft yur.
Besok ketemu dijurusan aja.
Kasih tau aja gue lo
udah dimana
Oke?Kamila Yurinanda :
Oke, daehwi.
Makasih ya
"Wi, siniin hape lo. Gue belom ambil kontaknya Yuri."
"BODOAMAT BAJINGAN."
⛄⛄⛄⛄
-----
Jumat, 31 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos (✅)
FanfictionYuri pengennya masa-masa kuliah itu nggak terlibat cinta-cintaan dengan siapapun. Namun semuanya berubah ketika tiga cowok sengaja ingin masuk dalam kehidupannya. Start : 09 Maret 2020 End : 03 September 2020