👻💕 bertemu lagi

316 71 30
                                    

(sudah berapa hari tidak update wkwkwk padahal udah janji sama diri sendiri bakalan rajin update wkwkwk)










"Lo beneran nggak inget gue?" tanya Chenle masih nggak percaya kalau Yuri tidak mengenalinya.

Yuri mengerutkan dahi lalu menggelengkan kepala pelan.

Chenle cuma menghela nafas. "Padahal udah kenalan pas di auditorium kemaren."

"Oh...yang nyariin Ryujin ya?" Tebak Yuri.

Chenle berdehem pelan. "Perlu kenalan lagi nggak nih?"

"Gausahlah kan udah kenal. Chenle kan namanya?" kata Yuri. "Maaf. Gue emang pelupa sih."

"Gapapa. Santai aja," ujar Chenle.

Mereka berdua kemudian berjalan beriringan. Chenle memperlambat langkah kakinya sehingga Yuri jadi ikut-ikutan lambat juga.

Yuri jadi pengen suruh Chenle cepet-cepet soalnya dia nggak terbiasa jalan lambat kayak siput gini.

"Lo tadi ngapain di sekre ukm seni?" tanya Chenle basa-basi.

"Mau daftar masuk ukm lah," jawab Yuri.

"Ohhhh..." gumam Chenle. Padahal dia emang tahu kalau Yuri mau daftar ukm seni.

Tahu dari siapa? Tentu saja dari Bomin.

Bomin tahu dari siapa? Dari Minju, yang merangkap sebagai "teman dekat" Bomin saat ini.

"Lo kenal Ryujin dimana sih? Kayaknya kalian akrab deh," ucap Chenle lagi. Asli di kepalanya saat ini cuma itu doang yang mau ditanya.

Yang mau dideketin Yuri, yang ditanyain malah tentang Ryujin.

"Dulu temen satu sekolah. Sekarang jadi temen satu rumah," ujar Yuri.

"Berarti akrab dari dulu dong,"

"Nggak juga sih. Kita beda jurusan jadi ya nggak akrab banget, tapi saling tahu nama masing-masing aja," ucap Yuri.

"Lo dulu jurusan IPA?"

"Iyaaa," Yuri menganggukkan kepala. Dan tidak terasa mereka sudah sampai di kantin FEB. Sayangnya, disana tidak ada Ryujin.

"Loh. Ryujin nya mana?" tanya Yuri. Pandangannya masih menelusuri sekitar kantin.

"Mungkin dia masih ada mata kuliah," sahut Chenle.

"Yaaa....Kalo gituh mending gue langsung balik aja," kata Yuri jadi lesu. Chenle jadi merasa nggak enak pakai nama Ryujin.

"Lo emang langsung mau balik?" tanya Chenle. Nanya mulu daritadi.

"Nggak sih. Mau ke suatu tempat. Ada urusan soalnya."

"Yaudah gue pesen grab aja ya," kata Chenle mengambil hape dari saku celananya.

"Gausah ih gue naik angkot aja," tolak Yuri secara halus.

"Gapapa ih santai aja," kata Chenle mengikuti gaya bicara Yuri. Cewek itu jadi terdiam sementara Chenle sibuk dengan hapenya.

"Ini mau kemana?" tanya Chenle dan Yuri menyebutkan alamatnya.

"Nih. Tunggu aja di gerbang utama. Eh, nomor lo mana biar supirnya bisa nelpon ke elo?" tanya Chenle. Sekalian biar dapat kontaknya Yuri.

Yuri menyebutkan nomor hapenya tanpa tahu alasan terselubung Chenle. "Yaudah. Gue pamit dulu ya, Le. Makasih loh," ujar Yuri.

"Sama-sama. Oh, iya, nanti gausah bayar lagi. Udah gue bayar pake ovo kok," kata Chenle mengingatkan.

"Berapa, Le? Biar gue bayar aja sekarang," sahut Yuri.

"Nggak usah," tolak Chenle halus.

"Tapi kan—,"

"Kalo mau bayar kapan-kapan aja. Nggak usah uang. Entar gue yang minta bayarnya pake apa," kata Chenle sembari tersenyum tulus.

"Beneran? Jangan yang aneh-aneh loh."

Chenle masih mau nyahut perkataan Yuri tapi si abang grabnya nelpon Yuri dan bilang udah nunggu di gerbang satu. Yuri beneran pamit. Chenle masih ngelihatin punggung kecil Yuri sambil tersenyum tipis.

Dia memandangi hapenya, disana ada gambar dengan kontak Yuri yang berhasil dia screenshoot tadi.

"Nggak sia-sia memang cara kerja gue." Begitu kata Chenle sambil jalan menuju fakultas.



⛄⛄⛄⛄





Bomin menolehkan kepala begitu melihat Chenle masuk ke kelas dengan wajah yang sumringah. Dari wajahnya saja cowok itu bisa menebak bahwa perasaannya meringan begitu saja.

Chenle tersenyum pada Bomin sambil duduk di bangku kosong samping cowok itu. "Gimana?" tanya Bomin berbisik pada Chenle.

"Gue dapat kontaknya dong," jawab Chenle menaik-turunkan alisnya.

Bomin menganga tak percaya. "Seriusan? Kok bisa?"

"Tadi dia mau langsung balik. Yaudah gue pesen aja grabnya. Kan butuh kontak penumpang, gue minta dah nomornya. Sekalian gue simpan," jelas Chenle membuat Bomin berdecak kagum.

"Nggak sia-sia memang gue ngajarin lo," ucap Bomin lalu mengajak Chenle untuk high five.

"Fyi, katanya Yuri mau ngambil kerja part time," kata Bomin berbisik lagi.

"Gue udah tahu."

"Tahu dari mane lo?"

Chenle memperbaiki posisi duduknya jadi bersandar di kursi. "Pas gue berangkat pagi itu. Gue denger dia ngobrol sama temennya. Rambutnya panjang juga."

"Maksud lo Minju?"

"Iya. Kerja part time nya di kafe ity lohhhh."

Bomin menganggukkan kepala. "Udah ikut ukm, ngambil kerja part time pula, gimana caranya dia ngatur waktu coba."

Chenle mengangkat bahu. "Coba aja gue bisa suruh dia jadi babu gue kayak yang di cerita-cerita gituh, pasti gue lakuin dah asal dia nggak usah ngambil kerja part time lagi."

"Lo beneran mau jadiin dia pembantu?"

"Nggak gituh juga kali. Cukup dia disamping gue aja pokoknya udah gue gaji banyak dah," ucap Chenle sombong.

"Biar sama-sama enak yeee.."

"Yoi."

Mereka pun tertawa-tawa bersama sampai dosen pun masuk memulai perkuliahan. Sementara itu Chenle jadi tidak fokus. Pikirannya jadi teralih tentang percakapannya dengan Bomin tadi.

Tapi ia menepisnya sejauh mungkin. Ia sungguh tidak mau jika melakukannya pada Yuri. Tidak akan pernah. 


⛄⛄⛄⛄





Hai.. Kembali lagi sama aku yg abal-abal wkwkwk maaf banget ini baru update hehehehe.

Maaf nih aku gabisa ngedit yg manips gtuh jadi aku satuin aja gbr nya huhuu mau nanges kok jd nya gemes yak???

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf nih aku gabisa ngedit yg manips gtuh jadi aku satuin aja gbr nya huhuu mau nanges kok jd nya gemes yak???

Oh y jgn lupa tinggalin jejaknya yaaa hehehehe makasih 😀😀😀😀

-----
Sabtu, 08 Februari 2020

Sweet Chaos (✅)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang