Chenle dengan keputusan yang ia ambil sekarang mungkin adalah hal tergila yang ia lakukan.
Sebagian orang mungkin menganggap Chenle egois dan berbuat semaunya karena merasa apa yang ia harapkan tak sesuai dengan kenyatannya. Mentang-mentang dia kaya dia bisa melakukan apa yang ia inginkan.
Kalau kekayaan bisa membuat impiannya terwujud, kenapa Yuri malah menolaknya?
Bisa saja nanti Yuri akan membencinya. Itu sudah jadi resiko. Tapi untuk hari ini setidaknya ia akan menghabiskan waktu dengan gadis itu. Berdua saja.
Lamunan Chenle terhenti ketika mendengar suara mobil semakin mendekat menuju villanya. Pemuda itu memperbaiki posisi nya menjadi berdiri. Diam-diam memanjatkan doa berharap Yuri tidak marah padanya atas tindakan bodoh yang ia lakukan sekarang.
Langkah kaki gadis itu semakin mendekat hingga sampai di depan Chenle. Pintu sengaja tak ia tutup agar ketika gadis itu datang ia tidak terlalu terkejut karena dobrakan yang keras dari luar.
"H-hh-hai.." ucap Chenle dengan senyum canggung menutupi kegugupannya. Baru kali ini ia melihat wajah Yuri sedatar itu. Perlahan rasa bersalah itu mulai muncul.
"Lo ngapain disini?" tanya Yuri dengan tatapan menajam. "Lo gatau kalo orang-orang lagi sibuk nyariin lo?"
"Tapi gue kan--"
PLAK!!
"Nggak gini caranya ya, Julio Chenle," kata gadis itu dingin tanpa rasa takut karena sudah menampar anak sultan.
Chenle meringis memegangi pipinya. Asli, ini tuh sakit banget sampai rasanya gak pengen meninggal juga sih.
Pemuda itu memegangi sudut bibirnya. "Anjir, ampe berdarah gini," katanya sontak terkejut dan memandangi wajah Yuri.
"Biarin. Biar lo tau rasa," balas Yuri membuat Chenle tertohok. "Gue masih mau kita temenan ya tapi kelakuan lo bikin gue berpikir dua kali."
"Sorry," kata Chenle lesu. Pemuda itu menundukkan kepalanya dalam tak berani menatap gadis didepannya.
Yuri memejamkan matanya menahan emosi. Perjalanan kesini membuatnya lelah karena ternyata dari kafe ke villa ini memakan waktu hampir tiga jam. Ditambah macetnya luar biasa dan villa ini ternyata jauh dari perkotaan.
"Sekarang kita pulang." Chenle mengangkat kepalanya. "Gue kesini cuma jemput lo kan?"
"Gue gamau pulang."
"Apa lo bilang?"
"Yur, dari sini ke tempat kita tuh jauh banget. Gue gamau pulang ah masih capek."
"Heh! Bukannya lo bakal ada acara bisnis nanti malem?"
"Gue gak ikut. Udah lapor juga sama nyokap gue."
"Yang bener aja lo," kata Yuri ngegas. "Terus lo mau gue disini sama lo? Berdua?"
"Kita gak berdua. Disini banyak penjaga dan pelayan. Lo gausah takut," balas Chenle. "Inget, Yur. Ini permintaan terakhir gue."
"Kayak lo mau mati aja bikin permintaan terakhir."
"Perasaan gue yang mau mati."
Mendengar itu, hati Yuri jadi mencelos. Jadi tidak tega lagi untuk memarahi temannya itu. Perlahan Yuri mendekat dan memegang tangan putih milik Chenle.
Chenle terkejut sebentar namun menikmati tangan Yuri yang mengenggam tangannya. "Maaf buat lo jadi nekat kesini." kata Yuri membuat Chenle menggelengkan kepalanya.
"Nggak, Yur. Ini udah gue pikirin dari jauh-jauh hari kok. Karena gue tahu, akan ada hari dimana gue harus lupain lo dan balik jadi temen lo tanpa ada perasaan lebih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Chaos (✅)
Fiksi PenggemarYuri pengennya masa-masa kuliah itu nggak terlibat cinta-cintaan dengan siapapun. Namun semuanya berubah ketika tiga cowok sengaja ingin masuk dalam kehidupannya. Start : 09 Maret 2020 End : 03 September 2020