Bab 16

57 14 0
                                    

Setelah Arumi memberinya kado kemarin dan setelah dia menolak memberi tahu Farikh bagaimana dia bisa mendapat kado milik Rena, keesokan harinya saat di sekolah, dia seperti menghindari Farikh, gadis itu bahkan tidak menyapa atau tersenyum ketika bertemu dengan Farikh, ia langsung mengalihkan pandangannya dari Farikh.

Farikh tidak bisa fokus pada pelajarannya karena pikirannya melayang ke mana-mana, dia bingung dengan sikap Arumi yang tiba-tiba menghindarinya dan juga dia tidak punya ide lain bagaimana Arumi bisa memiliki kado itu, semuanya tiba-tiba rumit, lebih rumit daripada rumus-rumus fisika yang ada di papan tulis.

Farikh menghela napas bosan, Farel hari ini tidak masuk karena sakit, tidak ada orang yang akan diganggu Farikh, biasanya Farikh suka menganggu dan membuat kesal Farel, tapi anak itu kini tidak masuk.

Saat bel pulang terdengar, Farikh buru-buru membereskan buku-bukunya karena dilihatnya Arumi juga terburu-buru untuk pulang, padahal biasanya dia paling santai. Farikh tahu jika gadis itu menghindarinya.

"Arumi," panggil Farikh, tetapi gadis itu hanya menoleh sekilas dan melengos begitu saja dari hadapan Farikh.

Farikh mengejar Arumi, dia menarik tangan Arumi tepat saat gadis itu hendak keluar dari kelas---yang mana perbuatan Farikh menarik perhatian teman-temannya.

"Kenapa kau mengabaikanku? Apa aku membuatmu tidak nyaman?"

Arumi berusaha melepaskan tangan Farikh. "Aku tidak sedang menghindari siapa-siapa."

"Tapi kenapa kau seperti menghindariku? Aku hanya ingin bertanya, dari mana kau dapat kado itu?"tanya Farikh, dia memandang Arumi lurus.

"Aku sudah bilang, aku tidak bisa memberitahumu sekarang." Arumi tetap bersikeras. "Kalau tidak ada lagi yang ingin kaukatakan, aku pergi dulu, aku harus bertemu seseorang."

Arumi lantas meninggalkan Farikh yang terdiam, teman-temannya mulai menggosipkan Farikh dan Arumi.

"Kenapa sulit sekali mengorek informasi darimu," gumam Farikh.

"Kalian baru jadian ya?" celetuk Andi yang kebetulan berdiri di sisi Farikh. "Dan sekarang kalian marahan? Memang susah menebak isi hati perempuan."

"Siapa pula yang jadian," ucap Farikh kesal sebelum keluar kelas.

***

Farikh duduk di bus, dia menyandarkan kepalanya di kursi sementara matanya fokus pada pemandangan di balik jendela bus, sedangkan tangannya sibuk memegang ponsel yang menempel di telinga kirinya. Hari ini orang tuanya sibuk, jadi Farikh tidak ingin menyusahkan orang tuanya dengan menyuruhnya untuk menjemput di sekolah.

"Kau sudah baikan?" tanya Farikh.

"Aku masih sakit," jawab Farel di seberang sana. "Kenapa meneleponku? Tumben sekali."

"Apa kau tahu alamat rumah Arumi?" Farikh menggeser duduknya, mencari tempat nyaman. "Aku ingin mengunjunginya."

Farel di sebrang sana batuk-batuk, entah disengaja atau hanya untuk menggoda Farikh. "Ternyata benar gosip cewek-cewek, kau jadian dengan Arumi dan sekarang marahan? Lalu kau akan datang dan meminta maaf?"

Farikh mengernyitkan kening. "Kenapa kau suka sekali mendengarkan gosip cewek-cewek sih Rel? Tapi terserah kau saja. Apa kau tahu alamat Arumi?"

Farel tertawa. "Mendengarkan gosip cewek-cewek menyenangkan loh, coba saja. Oke, oke sebelum kau marah, aku jelas tahu alamat Arumi, aku akan mengirimimu pesan."

"Itu yang kusuka darimu. Ngomong-ngomong, bagaimana kau bisa tahu alamat semua anak sesekolah?"

"Hei, aku tidak tahu semua anak sekolah, aku hanya tahu beberapa, jangan berlebihan. Kau kan sudah tahu, kalau aku stalker dan pencari informasi yang ulung dan profesional, jelaslah aku tahu semua," ucap Farel dengan bangga.

Broken Lovers [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang