Bab 35

29 8 0
                                    

Seminggu sejak Farel cerita tentang keluarganya. Berarti terhitung sudah dua minggu Farikh absen dari sekolah. Arumi belum menemukan titik terang dari kasus Farikh, masih abu-abu. Padahal Arumi sudah sampai membuntuti Farel beberapa hari setelah Farel cerita tentang keluarganya.

Namun setidaknya Arumi menemukan beberapa bukti setelah mengikuti Farel yang setidaknya perlahan mampu mengungkap si penjahat. Farel tidak masuk sekolah tanpa keterangan sudah tiga hari. Tidak ada yang tahu kenapa dia tidak masuk, bahkan teman-teman se-tim futsalnya yang dekat dengannya tidak tahu.

Farel seperti menghilang tiba-tiba, menyusul Farikh. Membuat Arumi teringat percakapannya dengan Farel seminggu lalu.

“Kau becanda ‘kan?” tanya Arumi waktu itu.

Farel tidak langsung menjawab karena makanan keburu datang. “Aku serius. Aku akan menceritakan secara detailnya, tapi kau harus berjanji satu hal padaku.”

Arumi menatap Farel. “Apa itu?”

“Kau ... jangan membenciku setelah ini,” jawabnya.

Arumi mengangguk yakin. “Aku tidak berhak membencimu.”

“Dan satu lagi, setelah aku cerita ini, aku mungkin akan menghilang. Setelah aku menghilang, kau bebas untuk menyeritakan hal ini pada siapapun, tapi jangan menceritakannya pada temanmu,” ucap Farel yang mana mengandung teka-teki bagi Arumi.

“Apa maksudmu?”

Farel menggeleng. “Pokoknya jangan cerita pada teman-temanmu, tapi kau boleh cerita pada lainnya. Sudah, jangan tanya lagi, nanti aku nggak mood kalau mau cerita.”

***

Farel saat itu berumur sepuluh tahun, dia duduk di ruang tengah dengan kakak kembarnya, Ferel. Orang tuanya bersiap-siap di dalam karena mereka akan pergi ke luar sebentar, katanya mau beli sesuatu.

Farel dan Ferel fokus melihat televisi yang menayangkan film yang akhir-akhir ini mereka sukai, Spider-man.

“Kami berangkat dulu, Ferel, Farel,” ucap ibunya.

Kedua bocah itu mengangguk, masih fokus pada film hingga selesai. Farel menghela napas menatap layar televisi yang menampilkan iklan tentang minuman.

“Yay! Aku ingin jadi Spiderman!” seru Ferel sembari dia melompat ke sofa dan berpose seperti Spiderman, kedua tangannya diulurkan ke depan dengan jari tengah dan jari manis yang dilipat, menyisahkan ketiga jarinya.

“Hei, Farel. Aku benar-benar mirip Peter Parker ‘kan?” Ferel mendorong bahu Farel dengan kakinya agar dia mendapat perhatian.

Farel yang duduk di lantai mendongakkan kepala, dia tersenyum lebar dan ikut melompat ke sofa. “Aku yang lebih mirip Kapten Amerika!”

Farel mengambil pedang mainan yang ada di sofa, dia mengayunkan pedangnya di depan Ferel. “Kapten Amerika lebih kuat daripada Spiderman.”

Ferel menggelengkan kepala. “Tidak, tidak, Spiderman yang paling keren tahu!”

Farel tertawa. “Keren? Tidak, Ferel. Spiderman tidak keren, apalagi dengan baju ketatnya itu, aku nggak suka baju ketat.”

“Baju ketat itu keren!” balas Ferel, dia mengedarkan pandangannya. “Di mana pedangku?”

“Spiderman tidak pakai pedang,” ucap Farel.

“Memangnya kenapa? Aku ingin pakai,” ujar Ferel. “Apa Kapten Amerika pakai pedang? Bukankah dia hanya memakai perisai bulat?”

Farel mengedikkan bahu. “Aku lupa. Pakai palu mungkin?”

Ferel melompat turun, dia berlari ke dalam dan berseru, “Pertandingan kita lanjutkan di dapur! Cepatlah kemari, dasar Farel lambat!”

Broken Lovers [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang