Bab 37

42 10 2
                                    

Farikh tertidur di kamar rawat inapnya setelah beberapa dokter memeriksanya. Kesempatan itu digunakan oleh keluarga Farikh untuk menjelaskan keadaan Farikh kepada teman-temannya. Dan di sinilah Rikha berada, dia duduk di ruang kerja papanya Farikh bersama Aran, Arumi, kedua orang tua Farikh dan satu dokter ahli saraf.

"Kalau dilihat dari apa yang diucapkan Farikh, dia mengalami amnesia retrogade. Karena saat kecelakaan, kepalanya mengalami trauma dan dia kehilangan ingatan sebelum dia kecelakaan," ucap dokter ahli saraf itu.

"Dari hasil pemeriksaan, untung saja dia tidak kehilangan seluruh ingatannya dan amnesianya hanya sementara," lanjutnya kemudian.

Rikha tidak terlalu paham dengan masalah amnesia itu dan penjelasan dokter juga tidak cukup untuk mengurangi kebingungannya. Dia merogoh ponselnya di saku dan mencari penjelasan di internet tentang amnesia retrogade.

'Apa itu amnesia retrogade dan bagaimana cara mengobatinya?'

Beberapa detik kemudian banyak artikel bermunculan. Rikha memencet salah satu artikel dan membacanya dalam hati dan menyimpulkannya.

Amnesia retrogade itu penyakit yang menyebabkan seseorang kesulitan untuk memperoleh kembali ingatan di masa lalu. Hal yang menyebabkan seseorang mengalami amnesia retrogade karena pernah mengalami cedera pada otak atau pernah menjalani operasi di bagian kepala, sehingga mengakibatkan hilangnya sebagian memori ingatan.

Rikha mengangguk paham, dia terus men-scroll artikel itu untuk menemukan cara mengobati amnesia jenis ini. Namun tiba-tiba gerakannya terhenti karena bundanya Farikh bertanya hal serupa pada dokter.

"Kalau Anda pernah lihat di film-film, biasanya memukul kepala orang yang amnesia bisa mengembalikan ingatannya, tapi itu tidak sepenuhnya salah. Biasanya amnesia bisa sembuh sendiri, bisa tiba-tiba. Salah satu pemicunya yaitu ketika dia melihat atau merasakan hal familiar yang terjadi di masa lalunya dan juga pastinya dibantu dengan menjalankan terapi.

"Tapi pasien tidak boleh dipaksa agar ingat masa lalunya karena bisa menyakiti kepalanya. Biarkan dia berbaur dengan masa lalunya dan hal itu akan membantunya untuk mengingat," ucap dokter.

Setelah mendengarkan penjelasan panjang lebar dokter, Rikha sebenarnya ingin keluar dari ruang kerja papanya Farikh, tetapi kedua orang tua Farikh menahannya bersama Aran dan Arumi. Mereka sepertinya ingin mengatakan sesuatu yang serius.

"Bolehkan kami meminta bantuan pada kalian berdua?" tanya Anna, dia menatap Aran dan Rikha bergantian.

"Bantuan apa, Tante?" tanya Aran. "Kami akan membantu sebisa mungkin."

"Aku ingin jika Rikha berpura-pura berpacaran dengan Farikh," ucap Anna.

Rikha, Aran dan Arumi kompak menoleh saat ucapan bundanya Farikh berakhir. Rikha mengerutkan kening tidak paham.

"Rikha kalau di depan Farikh berpura-puralah bahwa kalian berpacaran dan kalau kau bersamanya, tolong berpura-puralah sebagai Rena," lanjut Anna. "Arumi akan membantumu jika kau kesulitan."

Arumi melirik Rikha dan Aran sekilas sebelum gadis itu ragu-ragu menganggukkan kepala.

"Di ingatan Farikh, kau adalah Rena dan kalian masih berpacaran." Papanya Farikh ikut dalam percakapan. "Aku cuma takut jika Farikh mengetahui fakta bahwa Rena sudah tiada dia bisa depresi atau melakukan hal yang menyeramkan."

Aran dan Rikha saling menatap satu sama lain, seperti bertanya lewat tatapan mata.

"Aku tahu ini sulit untuk kalian berdua." Anna menghela napas. "Begini saja, kau bisa menemui Farikh seminggu sekali, pokoknya jangan terlalu sering, nanti kami akan berusaha membantu memulihkan ingatannya agar kalian tidak perlu berpura-pura lagi."

Broken Lovers [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang